Curhatan Menggebu-gebu soal Ganti Presiden

Minggu, 5 Agustus 2018 | 08:32 WIB
0
1291
Curhatan Menggebu-gebu soal Ganti Presiden

Saya itu tidak pernah masalah sama keinginan ganti presiden. Lha kalau memang ada calon dengan kualitas yang terbukti lebih baik dari Jokowi, ya saya dukung dia. Rakyat jelata kayak saya cuma butuh presiden yang nyata kerjanya, tidak harus sosok tertentu. Lha, terus kok saya kelihatan nyinyir terus sama gerakan ganti presiden?

Pertama, saya malu karena Allah diajak berkampanye buat ganti presiden. Tuhan saya, Allah, itu terlalu agung untuk diajak ikut berkampanye. Gerakan ganti presiden, bagi saya adalah penista Allah yang sebenarnya, karena menganggap Allah itu gak punya kerjaan, sehingga diajak ikut berkampanye. Penista agama sesungguhnya, karena membajak forum-forum keagamaan yang seharusnya bersih dari kepentingan politik praktis, bahkan khutbah Jumat.

Kedua, saya malu embel-embel ulama dan umat Islam digunakan sembarangan sama gerakan ganti presiden itu. Saya beberapa kali mengisi taklim subuh di perumahan tempat saya tinggal, atau di perumahan tetangga. Beberapa kali saya diminta ceramah oleh kawan-kawan saya. Hanya memakai panggilan ustadz saja saya gak berani, apalagi mengklaim diri sebagai ulama. Ini kok pada mengklaim diri sebagai ulama. Bahkan mengklaim diri sebagai perwakilan umat Islam se-Indonesia. Kegeeran po piye?

Ketiga, saya gak melihat ada terobosan dari gerakan ganti presiden. Mereka cuma menghembuskan fitnah, hasut, dan hoax lama. Isu yang dibawa, ya itu-itu aja. Sampai bosan. Selama jadi oposisi, mereka mandul. Tidak bisa memberi kritik yang substansial, apalagi memberi alternatif yang lebih baik. Belum punya capres definitif, pun tokoh-tokohnya tidak punya track record yang melebihi Jokowi. Kebanyakan cuma tokoh-tokoh yang dari dulu pengen berkuasa gak bisa-bisa. Mereka cuma mengandalkan 'asal jangan Jokowi'.

Sementara itu, Jokowi bekerja. Infrastruktur mulai terasa manfaatnya. Sudah ada progres untuk menuju kedaulatan penuh atas sumber daya kita. Daerah timur, sebagai contoh NTB dan Papua, mulai diperhatikan, satu hal yang hampir tak terlihat di era sebelumnya.

Saya dukung Jokowi, sampai saat ini. Saya gak bilang Jokowi itu perfect. Nggak! Saya dan Edrian yang dukung Jokowi, kalau cangkrukan juga sering bahas borok-borok pemerintahan Jokowi. Soal penegakan hukum, bagi-bagi kursi menteri, dan semacamnya.

Hanya saja, alternatif yang ditawarkan gerakan ganti presiden tidak memenuhi ekspektasi saya. Tidak ada tanda yang menunjukkan bahwa bisa menyamai prestasi dan memperbaiki borok pemerintahan Jokowi. Pilihan yang paling sedikit jeleknya, ya bagi saya Jokowi.

Sejak diceramahi mulu sama Irvan Kristanto, saya jadi tobat fanatik soal politik. Bukan gak mungkin kalau gerakan ganti presiden bisa membuktikan bahwa mereka bergerak menuju arah yang bagus, saya dukung.

Masalahnya, dengan apa yang sudah saya sebutkan di atas, gerakan ganti presiden hanya jadi gerakan orang-orang haus berkuasa dan menghalalkan segala cara demi itu. Jadi, jelas ya kenapa saya nyinyirin terus, dan memilih dukung Jokowi.

Saya juga gak punya masalah sama orang yang gak dukung Jokowi. Masalah saya cuma sama orang yang dukung secara keterlaluan, pihak mana pun itu. Mau ganti presiden, silakan. Asal tahu diri saja.

Saya oke-oke aja sama teman yang mau ganti presiden, dan dia punya pertimbangan baik. Malah saya dan dia jadi tambah pinter, kan. Lha kalau dukung ganti presiden, dikit-dikit Allah diajak kampanye, kritiknya asbun, lha itu lho yang bikin males. Padahal seringnya ketemu yang gitu....

Udah ah. Nanti saya disetrap lagi sama Mamih Catharina Widyasrini dan Om Boni Soehakso Notohatmodjo. Kabuuuuurrrr...

***