Menjadi Pemimpin itu Mewakafkan Hidup untuk Melayani

Rabu, 1 Agustus 2018 | 11:33 WIB
0
427
Menjadi Pemimpin itu Mewakafkan Hidup untuk Melayani

Ini sebuah Pantun lama yang mungkin masih relevan dengan kekinian,

Berakit-rakit kehulu

Berenang-renang ketepian

Bersakit-sakit dahulu

Bersenang-senang kemudian

Pantun ini bermakna, tidak ada sesuatu yang bisa dinikmati tanpa jerih payah. Semua dibutuhkan kerja keras untuk menikmati hasilnya. Tidak ada yang bisa diraih secara instant, semua melalui sebuah proses.

Tapi bukan tidak mungkin bisa menikmati hasil secara instant, tapi tentunya akan berbeda rasanya dengan hasil yang diperoleh dalam proses kerja keras. Banyak yang memperoleh sesuatu secara instant, misalnya dengan korupsi, tapi akibat yang diterimapun hanya penyesalan pada akhirnya.

Kadang menikmati sebuah jerih payah itu seperti menikmati secangkir kopi, pahit diawal saat diteguk, tapi baru terasa manisnya saat tegukan terakhir. Berpahit-pahit dahulu, bermanis-manis kemudian. Semua akan Indah pada waktunya.

Meniti tangga saja tetap harus setahap Demi setahap, tidak mungkin dengan melompat. Bisa saja langsung melompat ketangga Paling atas, tapi lebih besar resiko jatuhnya. Semua harus dilalui sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan.

Seseorang pemimpinpun, baik itu pemimpin rumah tangga, pemimpin organisasi, pemimpin perusahaan, bahkan pemimpin daerah dan pemimpin negara butuh perjuangan untuk menikmati hasil dari Kepemimpinan, butuh proses untuk menggapai prestasi Kepemimpinan nya.

Tidak bisa cuma duduk manis untuk merasakan manisnya sebuah usaha, tidak bisa hanya dengan ongkang-ongkang kaki bisa langsung menikmati kesenangan, semua harus diperjuangkan.

Hanya orang-orang yang memiliki kompetensi dalam bidangnya, yang mampu memetik hasil dari apa yang ditanamnya. Tanpa kompetensi, sangat kecil kemungkinannya seseorang bisa menikmati hasil dari kerja kerasnya.

Sejatinya seseorang yang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang Pemimpin, dia sudah mewakafkan hidupnya untuk pengabdian, dia sudah mempersiapkan dirinya untuk melayani. Kalau masih ada keinginan untuk dilayani, ubahlah niat, jangan menjadi seorang Pemimpin, karena Akan mengecewakan orang-orang yang dipimpinnya.

Menjadi seorang Pemimpin itu menjauhkan diri dari kesenangan duniawi secara pribadi, karena menjadi seorang Pemimpin itu mengabdikan diri untuk menyenangkan dan mensejahterakan orang lain, bukanlah mengutamakan kesejahteraan diri sendiri.

Banyak pemimpin yang Sukses, baru menikmati hasil Kepemimpinan nya Setelah diakhir Masa jabatannya. Menikmati kesenangan karena apa yang dikerjakan diapresiasi oleh orang-orang yang dipimpinnya. Semua memang Indah pada waktunya, begitulah kebahagiaan yang Sejati. Memetik hasil dari memberi manfaat pada banyak orang.

***