Rekomendasi Ijtima Ulama GNPF Belum Final

Senin, 30 Juli 2018 | 07:59 WIB
0
599
Rekomendasi Ijtima Ulama GNPF Belum Final

Yang namanya rekomendasi bisa diterima bisa juga tidak. Rekomendasi Ijtima Ulama GNPF bukanlah suatu kemutlakan yang harus diikuti koalisi partai politik, itu kalau memang Koalisi Prabowo belum "Dilebeli Koalisi Keumatan."

Semakin mendekati waktu pendaftaran Capres dan Cawapres, situasi politik mulai semakin adem, keriuhan di media sosial pun sudah semakin berkurang. Perang urat saraf malah bukan terjadi antarpolitikus kedua kubu yang akan bertarung, tapi justeru dikalangan pendukung kedua kubu.

Rekomendasi Ijtima Ulama GNPF cukup memberikan pengaruh terhadap situasi politik terkini. Ijtima Ulama GNPF merekomendasikan 2 pilihan pasangan Capres dan Cawapres.

Yang Pertama, pasangan Prabowo dan Salim Segaf Al Jufri. Yang kedua, Pasangan Prabowo dan Ustadz Abdul Somad (UAS). Namun UAS menolak, karena alasan ingin fokus pada pembinaan umat, UAS justeru mensuport pasangan Prabowo-Salim Asyegaf.

Dengan munculnya Pasangan Capres dan Cawapres hasil rekomendasi Ijtima Ulama GNPF ini, harusnya membuat SBY gundah gulana. Senin, 30 Juli 2018 hari ini rencananya SBY akan kembali bertemu dengan Prabowo.

Jelas SBY tidak mungkin akan bisa dengan legowo bisa menerima rekomendasi tersebut, karena dalam Ijtima Ulama GNPF tersebut Demokrat tidak dilibatkan hanya karena SBY belum sowan ke Habib Riziek Syihab (HRS).

Yang baru bisa menerima dengan senang hati rekomendasi tersebut barulah PKS, karena salah satu dari 9 kadernya yang diajukan sebagai Cawapres sudah diakomodir. Sementara partai-partai lainnya yang ikut dalam Ijtima tersebut, belum bersuka cita menerima hasil rekomendasi Ijtima Ulama GNPF itu, dan pada kenyataannya memang belum ada deklarasi untuk pasangan tersebut.

Kalau menengok ke kubu Jokowi, keenam Partai yang tergabung dalam koalisi Jokowi, sudah sepakat memilih satu nama Cawapres, itu hasil dari pertemuan Jokowi dengan 6 Pimpinan Partai di Istana Bogor beberapa hari yang lalu. Satu nama tersebut akan diumumkan bisa jadi satu hari sebelum pendaftaran. Artinya dari koalisi Jokowi sudah final.

Meskipun HRS pernah mengatakan soal elektabilitas dan logistik tidak usah dipikirkan, tapi tetaplah kedua hal itu menjadi titik perhatian yang penting.

Secara logistik, pasangan Prabowo dan Salim Segaf Al Jufri belumlah aman, karena dukungan logistik ini adalah hal yang vital, meskipun dalam koalisi tersebut banyak tokoh yang tajir, yang kemungkinan besar bisa membantu secara ligistik.

Tapi apakah kader PKS yang menjadi pasangan Prabowo bisa mendongkrak elektabilitas.?

Jelas itu akan menjadi pertimbangan, sementara yang sangat memungkinkan secara logistik dan elektabilitas, adalah jika Prabowo berpasangan dengan AHY atau Anies Baswedan dengan AHY. Secara elektabilitas, AHY mempunyai harapan besar untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo, secara logistik pun akan sangat membantu koalisi Prabowo.

Apakah Prabowo dan koalisinya tetap akan mematuhi rekomendasi Ijtima Ulama GNPF? Kalau memilih rekomendasi Ijtima Ulama GNPF, jelas koalisi Prabowo akan mendapat dukungan HRS dan umatnya secara all out seperti halnya saat Pilkada DKI.

Memang dilematis, tapi sebuah keputusan tetap harus diambil, kalkulasi politik pun tetap harus dimatangkan. Kadang berpolitik seperti halnya berjudi, menang atau kalah tergantung keberuntungan.

***