Yang Bisa Imbangi Jokowi Hanya Gatot

Minggu, 29 Juli 2018 | 10:12 WIB
0
506
Yang Bisa Imbangi Jokowi Hanya Gatot

Judul yang ditulis Viva.co.id, Sabtu (28/7/2018) berikut cukup menarik: “Prabowo: Kalau Ada Orang yang Lebih Baik, Saya Siap Mendukung”. Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto mengaku siap untuk menjadi alat umat dan rakyat Indonesia.

Yang dilakukannya yaitu dengan terus berjuang untuk merebut kembali apa-apa yang selama ini telah hilang dari genggaman rakyat Indonesia. “Tapi kalau saya tidak dibutuhkan dan ada orang yang lebih baik, saya siap mendukung kepentingan rakyat dan umat,” ujarnya.

“Itu komitmen saya,” tegas Prabowo. Ia meyakini dengan segala kekuatan dan jajaran Partai Gerindra, akan berjuang untuk kepentingan bangsa. “Kita ingin bangsa Indonesia berdiri di atas kaki sendiri. Kita tidak mau jadi antek asing, itu tekad kita,” imbuhnya.

Pernyataan mantan Danjen Kopassus tersebut disampaikan di sela-sela mengikuti acara Ijtima Ulama di Hotel Menaran Peninsula, Jakarta, Jum’at (27/7/2018). Kali ini Prabowo menyoroti soal “pengurangan” angka kemiskinan yang disampaikan Presiden Joko Widodo.

Prabowo membantah kemiskinan saat ini terus mengalami pengurangan. Menurutnya, saat ini justru kemiskinan terus bertambah, terutama akibat pelemahan nilai tukar rupiah yang terus terjadi sehingga menyebabkan harga pangan mengalami lonjakan.

“Lima tahun terakhir kita tambah miskin, kurang lebih, 50 persennya tambah miskin. Kalau kita punya uang Rp10 juta lima tahun lalu, sekarang nilainya Rp 5 juta,” ucapnya dalam acara Ijtima Ulama, di Hotel Menaran Peninsula, Jakarta, Jumat 27 Juli 2018.

Ia bahkan mengatakan, harga telur saat ini menjadi yang termahal dalam sejarah. Termasuk juga harga daging ayam yang terus mengalami lonjakan, sehingga masyarakat tak memiliki makanan yang cukup. Jadi, “Intinya bahwa negara dalam ambang kehancuran,” ungkapnya.

“Karena kalau tidak ada uang enggak mungkin kita selamat. Karena kita harus bayar gaji, kita harus bayar pekerja, rakyat harus punya makan cukup. Harga telor dan ayam tertinggi dalam sejarah. Kalau beras tinggi, rakyat disuruh diet, puasa,” ungkap Prabowo.

Apalagi, lanjut dia, selain kemiskinan, kesenjangan di tengah masyarakat Indonesia saat ini juga semakin jelas terlihat, di mana dikatakannya hanya ada satu persen masyarakat yang menguasai kekayaan alam Indonesia.

Masa’ satu persen menguasai semua, termasuk hanya 29 keluarga menguasai kebun kelapa sawit seluas setengah luas pulau Jawa yang adalah 128 ribu km. Ini tidak adil jadi kita harus melakukan perubahan,” ujarnya, seperti dilansir Viva.co.id.

Karena itu, ia mengaku siap untuk menjadi alat perubahan tersebut. Prabowo menyatakan siap menjadi alat umat dan rakyat Indonesia, dengan terus berjuang untuk merebut kembali apa-apa yang selama ini telah hilang dari genggaman rakyat Indonesia.

“Tapi kalau saya tidak dibutuhkan dan ada orang yang lebih baik, saya siap mendukung kepentingan rakyat dan umat. Itu komitmen saya,” tegasnya. Prabowo meyakini dengan segala kekuatan dan jajaran Partai Gerindra, ia akan berjuang untuk kepentingan bangsa.

Gantikan Prabowo?

Ada ucapan Prabowo di atas yang menarik untuk disimak dan dicermati: “.... kalau saya tidak dibutuhkan dan ada orang yang lebih baik, saya siap mendukung ....” Apakah ini pertanda bahwa Prabowo tidak ngotot lagi ingin bertarung dalam Pilpres 2019 nanti?

Atau mandat Gerindra yang diterima Prabowo akan diserahkan kepada mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo maju sebagai Capres 2019? Pasalnya, sumber Pepnews.com pernah cerita bahwa jika Prabowo batal nyapres, maka ia akan menyerahkan mandat itu ke Gatot.

Direktur Eksekutif Lembaga Median Rico Marbun dalam perbincangan, Sabtu (10/3/2018), pernah menyebut Gatot diprediksi akan menjadi lawan bagi petahana Presiden Joko Widodo alias Jokowi pada Pilpres 2019.

“Kalau ke Pak Jokowi kayaknya nggak mungkin, basis pemilih Pak Gatot benar-benar anti-Jokowi,” ujar Rico Marbun.

Jadi, walaupun Gatot sempat menjadi bawahan Jokowi sebelum digantikan Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI, keduanya diprediksi tidak akan running bareng di Pilpres 2019.

Meski belum mendapatkan kendaraan (parpol) yang akan mengusungnya, Gatot mengatakan masih optimistis bakal menjadi capres pada Pilpres 2019 mendatang. Ia sadar bahwa peluang untuk maju sangat tipis.

Mengutip Tempo.co, Gatot mengatakan peluangnya memang tipis karena masing-masing partai sudah memiliki calon. PDIP, misalnya, sudah mencalonkan Presiden Jokowi sebagai capres pada Pilpres 2019 nanti.

“Kemudian ketua partai lainnya maju jadi capres atau cawapres, partai satu lagi calonkan anaknya sebagai capres atau cawapres. Dari sini maka logikanya enggak ada lagi partai untuk saya,” kata Gatot, Selasa, 24 Juli 2018.

Namun, kata Gatot, yang membuatnya yakin menjadi capres pada Pilpres 2019 adalah jika cara berpikirnya memakai logika keimanan. “Saya percaya takdir, peluang-peluang itu masih ada,” ujarnya.

Selain itu, Gatot menilai peluangnya masih terbuka lebar lantaran pembahasan capres dan cawapres masih sangat dinamis. Sejauh ini, komunikasi dengan sejumlah partai politik tetap dilakukan. Ia enggan menyebutkan partai mana yang memiliki kedekatan lebih dengannya.

Dalam sejumlah survei, Gatot sebenarnya lebih diunggulkan sebagai cawapres. Sigi Indo Barometer pada April lalu, misalnya, menunjukkan elektabilitas Gatot sebesar 12,5 persen sebagai cawapres.

Bila dilakukan simulasi pertanyaan tertutup mengenai 22 nama calon wakil presiden untuk Joko Widodo, dukungan terhadap Gatot tetap terbanyak dengan 16,8 persen. Namun, jika melihat pendukung Gatot, jelas bahwa Gatot tidak akan bersama Jokowi.

Kalau Gatot benar-benar maju sebagai capres Gerindra dkk, maka untuk mengimbanginya, Jokowi harus menggandeng figur militer seperti Moeldoko yang juga mantan Panglima TNI sebelum Gatot Nurmantyo. Di sinilah nantinya pertarungan bakal seru.

Apalagi, jika parpol koalisi Gerindra sepakat mengusung Agus Harimurti Yudhoyono untuk mendampingi Gatot. Karena, bagaimana pun juga, figur Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono masih punya pengaruh kuat di masyarakat.

Atau, jika tidak dengan putra Presiden ke-6 itu, Gatot digandengkan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan. Sebab, baik AHY maupun Anies bisa mewakili suara kaum milenial zaman Now!

Akankah semua itu terjadi? Kita lihat saja hingga pada 9 Agustus 2019 nanti!

***