Siapa Wakil Presiden Jokowi? Emang Gue Pikirin!

Senin, 23 Juli 2018 | 10:02 WIB
0
514
Siapa Wakil Presiden Jokowi? Emang Gue Pikirin!

Siapa wapres Jokowi? Emang gue pikirin! Persoalan wakil presiden bukan persoalan rakyat. Itu pikiran para elite, yang cuma itung-itungan hasil, duit, proyek, kesejahteraan diri dan kelompoknya. Tak ada urusan dengan proses dan rakyat.

Jika Perindo menggugat UU Pilpres, agar JK bisa nyalonin lagi jadi wapres ketiga kali, dan JK tak menunjukkan gelagat menolak, apalagi MK mengabulkan gugatan, negeri ini memang tak serius menyusun masa depan. Perindo, Hary Tanoe, JK, dan MK adalah bagian negatif.

Jokowi mau milih cawapres kayak apa, terserah. Rakyat menunggu seberapa besar kepekaan Jokowi mendengar hati nurani rakyat. Semua akan terlihat, berapa persen perolehan kemenangannya atas Prabowo (andai tentara pecatan itu nyapres lagi).

Hal sama akan dialami para cawapres yang akan dipilih Prabowo memperingan rasa malunya, sekira masih punya. Karena sebetapapun bagusnya AHY, Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, Aher, Assegaf al Joefrie, atau bahkan Amien Rais dan Rizieq Shihab, tak mudah menghidupkan kartu mati Prabowo.

Prabowo hanyalah bagian dari power-game yang sedang berlangsung. Ia dibutuhkan, karena permainan harus terjadi. Amerika Serikat juga tak punya celah meski Gatot Nurmantyo dolan-dolan ke sana, karena Jokowi bukan Soeharto, apalagi SBY.

Moralitas para elite kita, persis seperti Menkumham Yasona Laoly, yang hari-hari ini gradak-gruduk sidak sana-sini ke lapas-lapas, karena kasus Sukamiskin. Itu hanya menunjukkan betapa naifnya pejabat negara kita. Sudah nggak bisa kerja, bodoh pula.

Apa yang dilakukan Yasona memang pecundang. Tak peka, tak punya konsep, kemudian kebakaran jenggot, padahal wajah pun ia tak punya. Absurd.

Cak Imin mau pakai ilmu langit atau ilmu bumi, rakyat yang pegang kendali. Dan rakyat dalam demokrasi, takkan begitu saja nurut para kyai. Dalam agama bolehlah, tapi dalam politik para kyai juga doyan duit. Ngapain takut pada manusia yang doyan duit?

Kemenangan dan kekalahan dalam pilpres, juga pemilu, tidak terletak pada para pemimpin atau elite. Semuanya akan tergantung seberapa bodoh dan maunya rakyat ditipu mereka. Lihat contoh bagaimana rakyat Jakarta membuang Ahok, dan mendapatkan pesulap kali item yang bercadar.

Rakyat yang pinter dan suka teriak-teriak golput, di jaman sekarang juga akan sama buruknya dengan pemimpin busuk. Karena golput di masa sekarang, beda jaman Arief Budiman dulu.

Golput sekarang sama saja membiarkan politikus busuk melenggang ke kursi kekuasaan, karena suara kritis absen dalam mencegah yang buruk-buruk itu. Lhah, orang pinter yang membiarkan suaranya hangus, dengan sendirinya orang bodoh juga.

Jokowi dengan cawapresnya? Terserah dia. Tapi kalau berkhianat pada suara hati-nurani rakyat, yang dikibuli sejak 1966, kemudian diperpanjang sejak 1998, tunggu saja pembalasan rakyat.

***