Siapa wapres Jokowi? Emang gue pikirin! Persoalan wakil presiden bukan persoalan rakyat. Itu pikiran para elite, yang cuma itung-itungan hasil, duit, proyek, kesejahteraan diri dan kelompoknya. Tak ada urusan dengan proses dan rakyat.
Jika Perindo menggugat UU Pilpres, agar JK bisa nyalonin lagi jadi wapres ketiga kali, dan JK tak menunjukkan gelagat menolak, apalagi MK mengabulkan gugatan, negeri ini memang tak serius menyusun masa depan. Perindo, Hary Tanoe, JK, dan MK adalah bagian negatif.
Jokowi mau milih cawapres kayak apa, terserah. Rakyat menunggu seberapa besar kepekaan Jokowi mendengar hati nurani rakyat. Semua akan terlihat, berapa persen perolehan kemenangannya atas Prabowo (andai tentara pecatan itu nyapres lagi).
Hal sama akan dialami para cawapres yang akan dipilih Prabowo memperingan rasa malunya, sekira masih punya. Karena sebetapapun bagusnya AHY, Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, Aher, Assegaf al Joefrie, atau bahkan Amien Rais dan Rizieq Shihab, tak mudah menghidupkan kartu mati Prabowo.
Prabowo hanyalah bagian dari power-game yang sedang berlangsung. Ia dibutuhkan, karena permainan harus terjadi. Amerika Serikat juga tak punya celah meski Gatot Nurmantyo dolan-dolan ke sana, karena Jokowi bukan Soeharto, apalagi SBY.
Moralitas para elite kita, persis seperti Menkumham Yasona Laoly, yang hari-hari ini gradak-gruduk sidak sana-sini ke lapas-lapas, karena kasus Sukamiskin. Itu hanya menunjukkan betapa naifnya pejabat negara kita. Sudah nggak bisa kerja, bodoh pula.
Apa yang dilakukan Yasona memang pecundang. Tak peka, tak punya konsep, kemudian kebakaran jenggot, padahal wajah pun ia tak punya. Absurd.
Cak Imin mau pakai ilmu langit atau ilmu bumi, rakyat yang pegang kendali. Dan rakyat dalam demokrasi, takkan begitu saja nurut para kyai. Dalam agama bolehlah, tapi dalam politik para kyai juga doyan duit. Ngapain takut pada manusia yang doyan duit?
Kemenangan dan kekalahan dalam pilpres, juga pemilu, tidak terletak pada para pemimpin atau elite. Semuanya akan tergantung seberapa bodoh dan maunya rakyat ditipu mereka. Lihat contoh bagaimana rakyat Jakarta membuang Ahok, dan mendapatkan pesulap kali item yang bercadar.
Rakyat yang pinter dan suka teriak-teriak golput, di jaman sekarang juga akan sama buruknya dengan pemimpin busuk. Karena golput di masa sekarang, beda jaman Arief Budiman dulu.
Golput sekarang sama saja membiarkan politikus busuk melenggang ke kursi kekuasaan, karena suara kritis absen dalam mencegah yang buruk-buruk itu. Lhah, orang pinter yang membiarkan suaranya hangus, dengan sendirinya orang bodoh juga.
Jokowi dengan cawapresnya? Terserah dia. Tapi kalau berkhianat pada suara hati-nurani rakyat, yang dikibuli sejak 1966, kemudian diperpanjang sejak 1998, tunggu saja pembalasan rakyat.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews