Jadi Kurang Ajar Gara-gara Medsos

Jumat, 20 Juli 2018 | 15:30 WIB
0
600
Jadi Kurang Ajar Gara-gara Medsos

"Medsos menyebabkan manusia semakin kurang ajar dan tidak punya adab," kata seorang teman pada saya kapan hari. "Itu karena mereka mengira bahwa kehidupan di medsos itu adalah kehidupan dunia maya yang tidak nyata. Itu seperti dunia dalam mimpi atau dalam game di mana kita bisa setiap saat bangun dan berhenti dan memulai lagi dari nol. Dikira tidak ada konsekuensi dan implikasinya."

Ia menarik napas dan meneruskan...

"Padahal tidak demikian."

"Kenapa tidak? Bukankah medsos ini adalah dunia yang maya, yang anonim, yang tidak berpijak pada kenyataan, dunia yang kita bisa menjadi apa yang bukan kita?" tanya saya menantangnya. Sifat ngeyel saya selalu muncul kalau ada teman yang ngomong sok wise seperti ini.

"Tidak. Medsos itu as real as life itself. Di FB, WA, Line, Instagram, dll kita berhubungan dengan manusia nyata dan bukan dengan robot atau alien. Meski pun kita memakai identitas palsu tapi kita sendiri adalah manusia nyata: flesh, blood, mind, and feeling. Kalau dicerca, dihina, dan dimaki-maki kita merasa marah dan darah kita akan naik. Tubuh kita yang nyata yang merasakannya dan bukan identitas palsu yang kita buat. Sebaliknya jika kita dipuji dan dicintai kita juga akan merasa nyaman dan gembira."

Betul juga, pikir saya. Our life is real meski pun kehidupan yang kita tampilkan di medsos bisa saja palsu dan dibuat-buat.

"Kalau ada orang yang masuk ke rumahmu, tidak suka dengan interior rumahmu karena berbeda dengan seleranya, lalu mencaci maki, menghina, dan mengata-ngatai kamu karena dia tidak suka dengan caramu mengatur meja dan kursimu maka orang itu tentulah kurang ajar."

"Tentu saja," jawab saya sedikit heran.

"Jadi kalau ada orang yang masuk ke FB-mu, tidak suka dengan pendapatmu, menghina dan mencaci maki kamu maka orang itu KURANG AJAR tentu saja. Lha wong dia yang datang bertamu tapi misuh-misuh karena tidak cocok dengan penggalihnya dan setelah itu pergi ngibrit apa namanya itu kalau bukan kurang ajar. Dan itu tentu tidak akan dia lakukan jika berhadapan langsung denganmu karena dia akan merasa bahwa itu kurang ajar dan ada konsekuensinya dalam kehidupan nyatanya."

Saya manggut-manggut...

"Dia bersikap kurang ajar dan tidak punya aturan karena dia pikir toh itu bukan dirinya yang sesungguhnya. Toh itu hanya sosok buatan yang maya dan tidak merepresentasikan dirinya."

Betul juga, pikir saya.

"Orang seperti ini mungkin tidak mengimani bahwa setiap sikap dan perbuatannya itu tercatat dan akan dimintai pertanggungjawabanya kelak di akhirat. Mulutnya tidak bisa lagi berbohong atau mengelak bahwa itu bukan dirinya karena jempolnya akan mengakui semua hal yang ia tulis dan sebarkan."

"Berarti para ustadz harus mengingatkan jamaahnya bagaimana bersikap dan berprilaku islami di medsos, ya?" tanya saya sok naif dan berusaha mengarahkannya.

"Bukan hanya para ustadz, Cak. Kita semua ya harus selalu saling mengingatkan bahwa kehidupan di medsos adalah kehidupan nyata yang berdampak nyata dan memiliki implikasi pada kehidupan orang lain. Jadi kita harus selalu menampilkan yang baik dan berimplikasi baik pada orang lain di medsos."

"Wah, berat iku, Cak!" kata saya sambil ndrenges. "Biar Dilan saja sing nglakoni."

Lha gimana wong saya ini kadang lebih sering slengekan di medsos dan bawaannya mau bergurau terus, apalagi kalau ketemu konco Srimulatan seperti Cak Nanang.

***