Dulu saya berpikir sorban akan dijual murah di Kota Suci Mekkah atau Madinah pada musim haji untuk menyambut kedatangan para tamu Allah. Tentu saja bagi anda yang belum tercemar aliran Islam sesat dan anti Arab sudah tahu, orang-orang Saudi yang wahabi tulen itu paling murah hati kalau urusan membantu orang beribadah.
Bulan Puasa di sana orang berlomba-lomba menyediakan takjil dan makanan berbuka puasa, kita di Nusantara berlomba-lomba mencari tempat gratis berbuka puasa.
Pada bulan Haji orang di sana berlomba-lomba melayani para jamaah tamu Allah, sedangkan orang Nusantara...?
Untunglah tujuan Haji bukan ke Borobudur, kalau tidak para jamaah haji baru setengah jalan sebagian besar akan kabur.
Melihat wajah-wajah baru pendatang, para pedagang dan tukang ojek serta tukang pangkas bahkan pejabat-pejabat negeri ini semuanya akan satu pikiran, proyek aji mumpung.
Jadilah harga bubur biasa sepuluh ribu semangkok jadi seratus ribu. Ojek yang lima ribu jadi limapuluh ribu, pangkas limabelas ribu jadi seratus limapuluh ribu...
Jangan ditanya proyek dan aji mumpungnya para pejabat, andai Ka'bah ada di Indonesia saya tidak akan heran kalau Rumah Allah itu sudah lama mereka gadaikan.
Terimalah, bangsa kita adalah kelompok omnivora paling culas sejagad raya.
Sorban di Arab dijual murah agar umat bisa merasakan atau meniru cara berpakaian ala Rasulullah. Tapi sorban dijual murah di Indonesia lengkap dengan orang-orangnya untuk kepentingan politik dan duit.
Di tahun-tahun politik setahun menjelang Pemilu dan Pilpres, Sorban tiba-tiba saja laku keras. Capres yang ngajinya saja "lakalawalakata ila bilillah", mendadak bersorban dan jadi imam.
Andai saja Ngabalin tidak bersorban, apakah anda yakin dia akan diambil jadi tukang mikrofon Istana?
Andai Kapitra tidak dekat dengan para Habib bersorban, apakah anda yakin dia akan dilamar (pengakuannya) partai yang selama ini dianggap sering berseberangan dengan umat Islam untuk jadi anggota Dewan?
Percayalah, semakin dekat waktu Pemilu dan Pilpres, saya yakin akan semakin banyak para penjual sorban yang bergentayangan.
Bahkan jangan heran kalau tiba-tiba saja akan ada yang mendadak berjilbab....
Catat dan ingat, mereka adalah manusia-manusia munafik yang berpolitik dengan menjual agama.
Kalau kita berpolitik dengan tuntunan agama maka mereka berpolitik dengan menjual agama.
Karena itu, merekalah setan yang sebenarnya. Jauhi dan jangan dipilih kalau masih berharap berkah Allah untuk Indonesia.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews