Saya mengenal Menko Maritim Luhut B. Pandjaitan pada tahun 1989, 29 tahun yang lalu, saat ia menjadi ketua panitia penyelenggara Kejuaraan Dunia Terjun Payung yang berlangsung di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Pangkatnya masih Letnan Kolonel Infanteri dari Kesatuan Kopassus.
Kejuaraan Dunia Terjun Payung tersebut tergolong sukses tapi sempat mendapat kritik keras dari Majalah TEMPO. Luhut sempat mencari Bachtiar Abdullah, wartawan yang membuat laporan itu, untuk "dimintai keterangan" atas kritiknya. Ia sempat menugaskan beberapa anak buahnya untuk menemukan Bachtiar. Tapi yang dicari sudah tak ada di hotelnya. Entah apa yang akan terjadi bila saat itu mereka bertemu.
Selepas itu saya bertemu Pak Luhut lagi, kini akrab dipanggil Opung oleh orang-orang terdekatnya, di Bandara Halim Perdanakusuma pada saat melepas jenazah Presiden Gus Dur yang akan diterbangkan menuju Jombang, Jawa Timur, pada 31 Desember 2009.
Hari ini saya kembali bertemu dengan Pak Luhut dalam acara halalbihalal di kantornya atas undangan salah satu stafnya, Ezki Suyanto. Tak ada kemewahan dalam acara halalbihalal yang berlangsung di Gedung BPPT Lantai 2 itu. Cuma ada air mineral dalam kemasan gelas, teh, kopi, tiga jenis jajan pasar, soto ayam, dan bakso yang disajikan perusahaan catering tidak terkenal. Tapi semua makanannya enak dan lezat tak kalah dengan Puspa Catering.
Kesederhanaan ini saya dengar bukan hanya terjadi di Kementeriaan Koordinator Kemaritiman saja. Hampir semua kementeriaan melakukan hal serupa. Juga di lembaga-lembaga pemerintah lainnya.
Hal ini diakui Luhut sebagai contoh teladan dari Presiden Jokowi yang sehari-sehari memang tampil sederhana apa adanya. "Presiden Jokowi itu hidupnya terlalu sederhana. Sepatu saja pakai yang buatan Cibaduyut (Bandung). Saya sampai malu sendiri karena masih pakai sepatu (Salvatore) Ferragamo (buatan Italia)," ungkap Luhut yang mengaku baru saja selesai rapat dengan Presiden Jokowi di Istana Negara.
Luhut sungguh kagum dengan Presiden Jokowi yang baru saja berulang-tahun pada 21 Juni lalu. "Jokowi adalah Presiden terbaik yang kita miliki saat ini. Bukan cuma karena kesederhanaannya saja. Tapi beliau sangat serius bekerja membangun Indonesia. Beliau tidak korupsi. Tidak juga melibatkan Ibu Negara dan anak-anaknya dalam proyek-proyek pembangunan, bahkan anak-anaknya dibiarkan jualan martabak dan pisang goreng," papar Luhut.
Mengenai banyaknya tokoh politik yang menyerang Presiden Jokowi, menurut Luhut, itu karena iri hati. "Bayangkan... Jokowi tidak disangka bisa jadi presiden setelah sukses jadi walikota dan gubernur. Sementara ada yang berambisi jadi presiden gagal terus. Lalu, Jokowi berhasil membangun proyek-proyek infrastruktur di seluruh Indonesia belum empat tahun jadi presiden. Sementara ada presiden yang lebih lama berkuasa tapi tak berbuat apa-apa," kata Luhut yang selalu bersemangat dan berapi-api dalam menyampaikan pendapatnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews