Perlu waktu setengah bulan untuk menghitung ini: tas dan permata yang disita dari rumah mantan perdana menteri Malaysia Najib Razak. Sedangkan untuk menghitung uang cash-nya diperlukan enam mesin hitung.
Total nilai yang disita itu: sekitar satu miliar ringgit. Atau sekitar Rp3 triliun. Lokasi penyitaan: di enam rumah milik Najib.
Angka-angka rinciannya agak membosankan. Terutama bagi yang tidak suka emas berlian. Nolnya terlalu banyak. Seandainya diberikan kepada Anda juga tidak tahu apakah ada tempat yang cukup untuk menyimpannya.
Pikirkanlah di mana kira-kira akan Anda simpan: perhiasannya itu 12.000 items. Terdiri dari 2.200 cincin, 1.400 kalung, 2.100 bracelets, 2.800 pasang giwang, 1.600 brooches dan 14 tiara.
Dalam konferensi pers dua hari lalu, polisi juga sudah selesai menghitung jumlah arlojinya: 423 buah. Nilainya kira-kira Rp200 miliar. Sedangkan kacamatanya ada 234 buah.
Berapa jumlah pasti tas tangan yang disita? Inilah angkanya: 567 buah. Terdiri dari 37 merk terkenal. Saya amati satu-persatu foto yang tersedia. Siapa tahu ada yang merk Tanggulangin.
Total harga tasnya ini kira-kira Rp150 miliar.
Di antara tas itu ada satu yang bikin heboh. Bukan lagi Birkin (merk termahal dari Hermes yang sangat mahal). Tapi merk Bijan (baca: bizaen). Yang hanya bisa dibeli di Rodeo Drive. Di Beverly Hills. Dekat Hollywood.
Butik ini sangat khusus. Kita tidak bisa masuk dengan cara langsung datang. Mirip-mirip villa Nihi Sumba. Untuk belanja di Bijan Boutique harus mendaftar dulu. Bikin janji dulu. Jauh-jauh hari. Orang yang datang ke situ paling tidak menghabiskan uang Rp1 miliar. Sekali datang.
Mendadak sontak rakyat Malaysia penasaran. Menurut catatan Google: pertanyaan tertinggi hari itu ya tas Bijan itu.
Butik Bijan didirikan oleh desainer terkemuka: Bijan Pakzad. Jangan kaget: dia orang Iran. Awalnya desainer spesialis pakaian laki-laki. Lalu tinggal di Eropa. Kawin dengan wanita bule. Turunan Swiss-Jerman. Cerai. Kawin lagi dengan keturunan Jepang-Irlandia. Tahun 1973 Bijan pindah ke Amerika. Tiga tahun kemudian mendirikan butik di Rodeo Drive itu.
[caption id="attachment_17698" align="alignleft" width="522"] Polisi sita kekayaan Najib (Foto: IDN Times)[/caption]
Tahun 2011 Bijan meninggal. Di usia 73 tahun. Akibat stroke. Operasi otaknya gagal.
Kini Bijan Boutique dimiliki oleh grup Louis Vitton. Dibeli dengan harga: Rp 1,5 triliun.
Mendengar paparan polisi itu, telinga Najib berdiri: taksiran harga itu dilebih-lebihkan, katanya.
Najib juga ngotot bahwa semua itu tidak ada hubungannya dengan korupsi di 1MDB. Semua itu, katanya, hadiah. ”Menerima hadiah itu tidak dilarang,” kata Najib.
Banyak juga, katanya, tas-tas itu hadiah dari menantunya: ponakan dari kepala negara di Asia Tengah yang kaya raya.
Rambut Najib pun ikut berdiri rupanya: ”Mahathir Muhamad juga pernah menerima hadiah 40 ekor kuda,” kata Najib. Semua orang, masih kata Najib, tahu soal kuda itu.
Tentang banyaknya uang cash yang disita, Najib tidak mengakui itu sebagai uangnya. ”Itu uang partai,” katanya. Kok begitu banyak? ”Saya ini ketua partai UMNO dan ketua koalisi Barisan Nasional,” kata Najib.
Di saat Pemilu partai perlu banyak uang kontan. Mahathir, kata Najib, juga tahu. Ia kan pernah jadi ketua UMNO dan Barisan Nasional. ”Setiap Pemilu ya seperti ini,” katanya.
Tapi kok banyak yang mata uang asing? ”Banyak yang ingin menerima dalam mata uang asing. Yang jelas tidak mungkin pakai transaksi bank,” tambahnya.
Salah satu penerima uang cash itu, seperti dalam Pemilu 2013, kata Najib adalah orang yang kini jadi kepercayaan Mahathir.
Bahwa uang cash itu ada di rumahnya, katanya, semata-mata karena Pemilu baru selesai. Belum ditata lagi. Dua hari setelah Pemilu langsung disita.
Pokoknya uang itu akan selalu mengalir. Sampai jauh.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews