Saya tertarik dengan wawasan dari Gus Mus (KH Achmad Mustofa Bisri) tentang politik dan agama, yang relevan untuk membaca perkembangan politik di Indonesia saat ini.
Gus Mus yang dikenal sebagai seorang Kyai, juga budayawan dan cendekiawan Muslim menanggapi dengan tajam keprihatinannya dari sisi Islam. Dahulu saat mendampingi Menhan, Bpk Matori Abdul Djalil (Alm), saya pernah ikut nyantri sekali dua kali kepada beliau... ini tokoh hebat dan realistis.
Sebagai fakta tausiyah dari Pak Amien Rais menyentuh dua pemahaman, yaitu soal 'Partai Allah' dan 'Partai Setan'.
Amien mengatakan, sekarang ini kita harus menggerakkan seluruh kekuatan bangsa ini untuk bergabung kekuatan dengan sebuah partai. Bukan hanya PAN, PKS, Gerindra, tapi kelompok yang membela agama Allah, yaitu Hizbullah. Untuk melawan siapa? Untuk melawan Hizbusy Syaithan," ujar Amien dalam tausiyah di Masjid Baiturrahim, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat 13 APril 2018, setelah subuhan.
"Orang-orang yang anti Tuhan, itu otomatis bergabung dalam partai besar, itu partai setan. Ketahuilah partai setan itu mesti dihuni oleh orang-orang yang rugi, rugi dunia rugi akhiratnya... Tapi di tempat lain, orang yang beriman bergabung di sebuah partai besar namanya Hizbullah, Partai Allah.
[irp posts="15484" name="Politisasi Masjid versus Polisisasi Masjid"]
Kemudian lagi dari kelompok yang sama, Habib Rizieq melempar pendapat bahwa Pilres 2019 akan diiikuti poros Mekah dan poros Beijing. Aneh kan? Ucapannya menjadi polemik.
Sebetulnya, kalau ditinjau dari pemahanan intelijen, ungkapan-ungkapan itu adalah upaya conditioning biasa dan mudah dibaca, mendikotomi dalam rangka pembentukan Solidaritas Islam menuju pilpres 2019. Intinya ini upaya serangan psikologis terhadap Pak Jokowi dan parpol pengusungnya.
Jelas sasarannya untuk memengaruhi pemilih pemula serta mereka yang setuju dengan ide khilafah.
Nah, Gus Mus menyentuhnya dan menyentil dari sudut pandang sebagai Kyai serta cedekiawan Muslim, sbb ;
"Adalah terlalu berani membawa ayat-ayat dan sunah Rasul SAW untuk kepentingan politik praktis. Itu merupakan pelecehan dan sekaligus membuat umat bingung. Lihatlah, tokoh partai ini menggunakan ayat dan hadis untuk mendukung partainya.
Apa ini tidak membingungkan masyarakat? Bila kemudian, dengan menggunakan sabda Allah dan Rasul-Nya, masyarakat awam meyakininya sebagai kebenaran mutlak, apa tidak terjadi sikap mutlak-mutlakan antar pendukung partai?
Apakah tokoh-tokoh yang suka membawa-bawa ayat dan hadis itu tidak memikirkan akibatnya di dunia maupun di akhirat kelak?
Bagaimana kalau masing-masing pendukung yang awam itu meyakini bahwa mendukung partainya sama dengan mendukung agama dan memperjuangkan partainya sama dengan jihad fi sabilillah?"
Coba kita pikirkan, ada bahaya tersembunyi yang mengancam keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa tercinta.
Ya itulah politik, agama pun dipolitisasi... Hati-hati efek negatifnya bisa berdarah-darah.
***
Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews