Gempar kita dibuat anak kencur yang begitu vulgar menghujat presiden RI. Saya awal mulanya juga kaget kok berani amat anak ini, belum lagi,maaf, dia anak etnis tionghoa yang biasanya sopan dalam bersosial atau lebih ke arah cuek. Apa dia belajar dari Felix Siauw atau Sungkarisna. Kalau belajar dari Ahok, sudah pasti tidak.
Anak dengan usia 16 tahun tumbuh mapan dalam lingkungan kemewahan, belum lahirpun dia sudah ikut kaya karena orang tuanya.
Menarik dari sudut sifat kekanak-kanakannya, pastilah ada yang ditirunya, dia bukan anggota FPI, dia bukan alumni 212, dia tidak pernah ketemu Oman, dan dia pasti melihat dan belajar dari kesehariannya. Di mana? Ya di rumahnya.
Saya dengar orang tuanya pengusaha mapan, entah apa bidangnya. Yang pasti kalau usahanya masuk golongan hengki pengki, zaman Jokowi banyak yang gigit jari dan cenderung sakit hati.
Hari ini seharian saya jalan dengan teman yang profesinya konsultan pajak. Saya tanya bagaimana pandangan mereka tentang usahanya dan dikaitkan dengan kebijakan Jokowi, tegas dia menjawab, banyak yang tidak suka, karena yang dulu mudah seluman selumun menyamun, sekarang pada ngelamun.
Roy adalah korban yang telinganya dijelali cerita miring Jokowi, bisa saja dari saat mereka makan dengan orang tuanya, atau sambil lewat papa dan mamanya serta koleganya terus menceritakan Jokowi dalam tanda kutip bahwa usaha makin sulit sejak Jokowi jadi presiden.
Sebagai anak mungkin dia mau ikut-ikutan mendukung orang tuanya dan jadi pahlawan. Sehingga dia dengan pikiran yang mirip bani micin dengann enteng melakukan sumpah serapah kepada presiden tanpa dia tau perbuatannya itu fatal.
Lihat saja saat papanya meminta maaf di medsos dan dia ada di sampingnya, wajahnya polos, takut, menyesal, sekaligus bingung. Ini adalah refleksi ketidakfahaman dari bocah ingusan.
[irp posts="16184" name="Biar Roy Kapok, Sebaiknya Diserahkan pada Proses Hukum Saja"]
Menarik ditelusuri, bukan sekedar di sanksi, coba tanya dia belajar dari siapa. Jangan denger mulut bapaknya, kok malah mau ngetest polisi, absurd. Ada anak ingusan punya pikiran ngetest polisi, kasi alasan kok picisan.
Fenomena ketidaksukaan atas kebijakan Jokowi kan sudah makin terang benderang. Teroris saja diupayakan untuk dibela, HTI dipiara menjadi musuh Pancasila.
Roy, anak rumahan, ibarat merekam, berulang-ulang dia mendengar hal yang sama, akhirnya tertanam menjadi dendam sekaligus tabiat yang tak bagus.
Semoga hal itu tidak lagi menjadi virus.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews