Ada pepatah bahasa Sunda,"Dipoyok Dilebok" artinya kurang lebih: dicela, nyinyir, dikata-katain yang jelek atau diolok-olok, tetapi dimakan atau ditelan juga. Atau menjilat ludah sendiri. Bahasa ini punya makna yang amat dalam.
Sering kali dalam pertemanan, persahabatan atau dalam bertetangga kita sering menjumpai atau menemui orang-orang yang bermental seperti itu. Di belakang sering mencela atau menceritakan yang jelek tentang seseorang, tetapi ketika dikasih sesuatu oleh orang yang DICELANYA diterimanya dengan senang hati.
Coba Anda punya karyawan atau pegawai, kerjanya hanya mencela atau ngata-ngatain yang jelek kepada pemberi pekerjaan, apa yang Anda lakukan? Mungkin Anda akan memecat pegawai atau karyawan tersebut. Orang-orang bermental seperti ini tidak tahu terimakasih.
Naah,orang-orang yang bermental "Dipoyok Dilebok ini banyak menjadi abdi negara, baik sebagai PNS/ASN, BUMN. Pengawai-pengawai pemerintah ini mendapat gaji dan fasilitas dari negara. Anak-istri dihidupi dari gaji sebagai pegawai pemerintah (PNS/ANS dan BUMN).
Tetapi mereka suka mencela pemerintah atau negara, tidak mau hormat pada bendera merah putih dan menyanyikan lagu kebangsaan dan menuduh pemerintah adalah thagut. Bagaimana bisa pegawai-pegawai yang mencari nafkah dari uang negara, tetapi menuduh pemerintah thagut atau kafir.
Mereka bisa menyekolahkan anak-anak, bisa membeli rumah dan membeli kendaraan dari gaji dan uang negara, tetapi mereka suka mencela, nyinyir, bahkan mengolok-olok pada simbul negara. Gaji atau duitnya diterima tetapi sikapnya bermusuhan kepada pemerintah.
Mereka seperti pengkhianat atau ingin menusuk dari belakang kepada pemberi kerja, yaitu pemerintah.
Kalau pemerintah itu thagut atau kafir, kenapa gaji atau duitnya Anda terima? Bukankan itu uang haram? Tapi kenapa Anda makan atau telan juga? Anda benar-benar seperti sifat ASU yang memakan muntahan sendiri, sangat menjijikkan.
Virus-virus seperti ini banyak diindap oleh para pegawai PNS/ASN atau BUMN. Mereka ingin melubangi kapal yang besar ini dari dalam.
Kalau memang pemerintah itu thagut dan kafir, lebih baik keluar dari pegawai PNS/ASN atau BUMN. Itu lebih baik dan sikap gentle.
Orang-orang yang suka mencela atau menuduh pemerintah thagut seperti lupa pesan Kanjeng Nabi, yaitu, "Jangan suka mencela makanan, kalau kamu suka, maka makanlah, tetapi kalau tidak suka, maka tinggalkanlah."
Pesan kanjeng nabi itu cukup jelas, sekalipun konteksnya pada "makanan" tetapi kalau diambil pelajaran, ini sama dengan orang-orang yang bermental "Dipoyok Dilebok".
Ayo berani tidak ramai-ramai keluar dari PNS/ASN atau BUMN. Toh rezeki dihamparkan oleh tuhan. Wani ora son?
Ibu pertiwi memang anak-anakmu tidak semuanya baik dan berbakti kepadamu. Malah ada yang ingin membunuhmu. Ibu pertiwi jangan bersedih atau menangis.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews