Kemenangan Mahathir Mohamad dalam pemilu di Malaysia mengantarkan Mahathir menjadi perdana menteri kembali, sekalipun usianya 92 tahun.
Kemenangan Mahathir dijadikan politikus negeri ini yang ingin jagoannya menang dalam pilpres 2019 sebagai cermin dan penyemangat.
Padahal setiap negara mempunyai aturan yang berbeda-beda, tidak sama aturan konstitusinya. Di Malaysia sistemnya tidak pemilihan langsung. Tapi lewat parlemen. Sedangkan di Indonesia sistem pemilihan untuk pilpres adalah satu orang satu suara atau pemilihan langsung.
Bukan politikus kita namanya kalau tidak suka mengait-ngaitkan suatu keadaan politik di negeri orang. Politikus kita suka menghibur diri, di tengah rasa tidak percaya diri. Rumput atau ranting yang tidak kuat pun coba diraihnya hanya untuk bisa menahan berat badannya, supaya tidak hanyut.
Apalagi menurut berbagai survey kubu oposisi tidak pernah unggul dalam survey hingga membuat rasa tidak percaya diri atau secara psikologis mentalnya jatuh. Dan kemenangan Mahathir bisa menjadi sedikit obat untuk menghibur diri atau pelipur lara. Karena dianggap sama-sama dari kubu oposisi.
Bahkan lembaga survey abal-abal (INES) yang mengunggulkan kubu oposisi dianggap sebagai survey yang kredibel dijadikan acuan, bahwa elektabilitasnya sudah naik dan meninggalkan kubu petahana (Jokowi).
Dan ini juga menjadi hiburan tersendiri bagi kubu oposisi. Beneran percaya sama survey INES? Lihatlah rekam jejaknya karena rekam jejak tidak akan pernah bohong.
Seperti tanggapan atau komentar dari politikus partai Gerindra dan PKS atas kemenangan Mahathir Mohamad. Pokoknya lucu-lucu dech!
Ini komentar DPP PKS Mardani Ali Sera;
"Saya ingin mengatakan kalau di Malaysia angin perubahan itu ada, Indonesia yang selama ini jadi pioner perubahan, lebih kuat lagi angin itu ada, 2019 ganti presiden,"kata Mardani, Kamis 10 Mei 2018.
[caption id="attachment_15473" align="alignright" width="505"] Fahri Hamzah (Foto: jabarNews.com)[/caption]
Fahri Hamzah juga meyakini akan ada pihak oposisi di Indonesia yang akan membawa perubahan yang lebih baik dan mengerti perasaan masyarakat dan menjadi penyambung lidah rakyat. Wah mirip Bung Karno.
"Sepertinya kekuasaan yang ada sekarang ini dan kekuasaan pemerintah sekarang ini akan berakhir, cukup sampai di sini," kata Fahri dengan mantap dan yakin.
Wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno yang notabene seorang pejabat juga ikut komentar. Menurut Sandiaga Uno, kemenangan partai oposisi Malaysia pimpinan Mahathir Mohamad berkat isu ekonomi yang terjadi di negara tersebut.
"Saya ingin menyoroti hal lain, bahwa yang terjadi di Malaysia itu adalah isu ekonomi terutama biaya hidup. Biaya hidup yang tinggi, rakyat semakin terbebani, kejadiannya sama di sini," kata wakil gubernur DKI Jakarta.
Menurut Sandiaga Uno,p emerintahan Jokowi-Jusuf Kalla belum mengentaskan berbagai masalah ketimpangan ekonomi di masyarakat. Dan kemenangan Mahathir juga akan terjadi atau terulang di Indonesia.
Ini seorang wakil gubernur yang seharusnya mendukung program pemerintah pusat, tetapi malah bertingkah seperti oposan. Ia belum bisa memisahkan tugas-tugas sebagai wakil gubernur. Inilah wakil gubernur kalau dibebani oleh target politik oleh partainya.
Inilah serba-serbi komentar politikus kita atas kemenangan Mahathir Mohamad. Mereka berharap dewi fortuna juga berpihak kepada oposisi Indonesia.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews