Apa yang dimaksud relawan Jokowi dengan anti politisasi Masjid? Tidak jelas. Mereka cuma membanggakan diri bahwa mereka juga kerap menggelar pengajian.
Terbaca di aliena pertama berita Tempo.co, Gerakan Nasional Jutaan Relawan Dukung Joko Widodo atau Jokowi membuat program antipolitisasi masjid. Program itu dilakukan melalui ceramah dan pengajian yang digelar relawan. "Kami melakukan ceramah soal itu tiap ada pengajian relawan," kata koordinator gerakan, Sylver Matutina di Sarinah, Jakarta Pusat, Ahad, 22 April 2018. Relawan menggagas program ini untuk mengembalikan fungsi masjid sebagai tempat ibadah.
Sylver Matutina ini siapa? Muslimkah? Kalau muslim apa posisinya hingga bisa dengan sombongnya akan mengembalikan fungsi masjid sebagai tempat ibadah? Memangnya selama ini masjid sebagai tempat apa? Kasihan banget kalau memahami makna ibadah hanya sebatas sholat saja.
Makanya para relawan ini mesti belajar dulu soal makna ibadah menurut Islam. Pahami dulu bedanya ibadah mahdhoh dan ghairu mahdhoh. Lalu jelaskan dulu apa yang dimaksud dengan politisasi. Harus dijelaskan ayat-ayat mana saja yang tidak boleh dibaca dan dibahas di Masjid?
Membahas surah Al Maidah 51 masuk politisasi nggak?
Membahas surah Al Maidah 55- 56 masuk politisasi nggak?
Membahas surah Al Mujadilah 22 masuk politisasi nggak?
Membahas Fiqh siyasah masuk politisasi Masjid nggak?
Nggak perlulah menjelaskan fungsi masjid pada zaman Razulullah sampai zaman now. Nggak perlulah kasih penjelasan bahwa Al qur’an bukan hanya bicara soal sholat tapi juga bicara soal kesehatan, pertanian, sampai soal politik. Nggak bakal paham kalian. Kalau toh paham nggak bakal mau menerima fakta itu.
Kalau toh ada yang ingin meluruskan fungsi Masjid, bukan kalian para relawan. Ada kementerian agama yang lebih berhak.
Ada MUI, ada Dewan Masjid Indonesia yang diketuai oleh Jusuf kala. Kalau misalnya umat tidak sepakat pada ketiga lembaga itu soal apa yang disebut politisasi masjid, tapi ketiga lembaga itu punya otoritas untuk mengatakan itu. Kalian para relawan punya otoritas apa mau mengatur-ngatur kegiatan Masjid?
Dalam berita Tempo.co ini lebih lanjut para relawan Jokowi menjelaskan: Para ustad dan takmir akan berbicara mengenai Islam yang benar. “Bukan Islam yang dipakai untuk tujuan tertentu yang tidak baik."
Mereka yang melakukan ceramah itu, kata dia, tidak melulu para pendukung Jokowi. "Yang pasti ustaznya nasionalis dan benar-benar paham agama."
Pengajian relawan juga berupaya menepis berbagai tudingan miring terhadap Jokowi. Misalnya soal Jokowi yang dikaitkan dengan paham komunisme.
Kalian ini relawan tahuuuu… Tujuan gerakan kalian agar Jokowi menang pada pilpres 2019. Itu hak kalian yang dilindungi konstitusi. Ngapain sok mengatur umat Islam? Sok menganggap hanya cara berislam kalian yang benar, Islam kelompok lain bukan Islam yang baik?
[irp posts="14477" name="Spanduk Politik di Masjid Adalah Kudeta terhadap Rumah Allah"]
Mau ustadz darimana pun juga, sumbernya sama, Alqur’an dan Hadits. Mau diputer untuk kepentingan apa kek,tetap saja nggak bisa lepas dari dua sumber itu. Kalau kalian bilang akan kalian undang ustadz yang bukan pendukung Jokowi, logikanya dimana?
Kalian ini kan relawan Jokowi. Masa kalian akan mengundang ustadz yang mengusung tagar #2019GantiPresiden, yang bener aje… Netral? Mana ada relawan mengundang penceramah yang netral. Aneh-aneh aje deh.
Relawan, kata dia, juga berupaya menepis isu Jokowi anti islam. Menurut dia Jokowi adalah sosok yang sangat Islami. Jokowi, kata dia, sering membantu acara-acara keagamaan dan tidak pernah lepas salat lima waktu. "Beliau juga jadi sering menjadi imam salat yang baik.”
Sebenarnya agak risih membahas soal ini. Tapi kalian para relawan selalu saja membanggakan Jokowi menjadi imam shalat. Bahkan media kalian, katakita, menantang Prabowo adu fasih dengan Jokowi dalam hal baca Alfatihah.
Terpaksa saya harus katakan ini, bacaan AlFatihah junjungan kalian itu belum betul bacaannya. Nggak usah bicara soal tajwid atau makhraj deh ,kejauhan. Bacaannya ada beberapa yang salah. Salah satunya, “ An’amta” dibaca “amta.” Padahal syarat menjadi imam sholat adalah salah satunya bacaannya harus bener.
Kalau kalian nggak percaya, bawa rekamannya, tunjukan pada ustadz kalian. Makanya jangan lagi ngebahas soal membanggakan menjadi imam atau adu bacaan alfatihah deh…
Terakhir saya mau katakan begini. Kalian bilang kalian akan mengundang takmir masjid dan ustadz yang mendukung Jokowi untuk mengisi pengajian dengan tema anti politisasi Masjid. Kalian mau ngadain di mana? Di Masjid?
Katakanlah bukan di Masjid, apa bedanya dengan pengajian yang tidak pro Jokowi yang Anda tuduh politisasi? Bukankah kalian juga melakukan politisasi pengajian? Kalian itu relawan tahuuuu…Mau pengajian kek, mau dangdutan kek, ya tetap aje punya tujuan politis… Memenangkan kalian punya junjungan. Fiksi banget deh…
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews