Pertama, mari bicara prestasi Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi ini, bahwa namanya selalu muncul di bursa capres-cawapres Partai Demokrat. Kedua, ia memimpin provinsi yang bersebelahan dengan Bali ini selama dua periode itu. Ketiga, dalam sejumlah survei untuk capres maupun cawapres, ia selalu menjadi calon alternatif yang elektabilitasnya cukup lumayan dibanding mereka yang sering beriklan.
Bukan sekadar tiga prestasi saja yang disandang TGB, tentu masih serenceng prestasi lainnya. Ketua DPD Demokrat NTB Mahally Fikri misalnya mengatakan, Tuan Guru Bajang memang disukai oleh para kader Demokrat di daerah. Tidak hanya di NTB tapi juga di Sumatera dan Kalimantan. Bahkan, pendukung TGB menurutnya telah membentuk relawan untuk memuluskan jalannya bertarung di Pilpres 2019.
Situs Merdeka.com juga mengumpulkan prestasi TGB yang disebutnya mengubah sedikit demi sedikit NTB ke arah lebih baik dengan mengutip penelitian ACI Lee Kwan Yew School of Publicity, sebuah universitas di Singapura, di mana tingkat daya saing NTB naik fantastis dari peringkat 26 pada 2015 menjadi 19 pada 2016.
Dalam dua periode kepemimpinannya, TGB juga sukses mengangkat NTB dari predikat sebagai provinsi tertinggal. Dalam jangka waktu 2014-2016, laju pertumbuhan ekonomi NTB meningkat dengan 9,9 persen. Prestasi ini membuat NTB diganjar predikat pertumbuhan ekonomi terbaik. Bahkan melampaui nasional yang hanya sebesar 4,9 persen.
Masih menurut situs berita online itu, TGB juga berhasil menekan angka pengangguran di NTB hingga 3,32 persen. Prestasinya ini menempatkan NTB sebagai provinsi ke-6 dengan angka pengangguran terendah. Dengan sederet prestasi itu, TGB meraih penghargaan sebagai salah satu Gubernur terbaik versi Kementerian Dalam Negeri pada 2017. Penghargaan tersebut berdasarkan penilaian aspek kepemimpinan, kredibilitas dan akseptabilitas dalam rangka menciptakan pemerintahan bersih.
Kekuatan terbesar TGB dalam konteks politik kekinian karena dikenal sebagai seseorang tokoh yang kuat dengan citra Islaminya, sosok santri dari pesantren di Lombok Timur yang hafal Alquran. Gelar Tuan Guru Bajang merupakan gelar yang diberikan oleh masyarakat adat Sasak kepada sosok tokoh Agama. Sementara nama Bajang, merupakan bahasa Sasak yang artinya 'muda'. TGB menjadi Gubernur saat berusia 36 tahun.
Prestasi yang luar biasa dari jebolan universitas di Kairo, Mesir, dan pernah menjadi anggota DPR mewakili PBB ini tentu saja mengangkat namanya di pentas nasional. Popularitasnya moncer tanpa harus beriklan dengan memasang baliho raksasa, cukup dengan jalan-jalan ke daerrah menyapa warga. Elektabilitasnya pelan tapi pasti terkerek naik. Warga NTB khususnya, sangat percaya kemampuan lebih dari TGB sehingga ia sangat dihormati.
Namun di balik fakta mengenai prestasi yang pernah diuraikan tadi, ada fakta terbaru yang kurang mengenakkan terkait pertumbuhan ekonomi di NTB. Sebagaimana data yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018, NTB menempati daftar terendah dalam pertumbuhan ekonomi di tingkat provinsi, yakni hanya 0,11 persen. Capaian tersebut masih sangat jauh di bawah target yang di atas 5 persen. Sebagai perbandingan, tingkat pertumbuhan tertinggi diraih Maluku Utara yang 7,67 persen.
Di tingkat nasional, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 hanya 5,07 persen, sebuah capaian yang lebih rendah dari target 5,2 persen yang dicangkan.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi di NTB terjadi pada lapangan usaha jasa keuangan, yaitu sebesar 9,98 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga ( LNPRT) dengan 6,14 persen.
Kepala BPS Provinsi NTB Endang Tri Wahyuningsih sebagaimana dilaporkan Jurnalpolitik.id mengemukakan pertumbuhan ekonomi NTB 2017 tersebut berdasarkan besaran produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan keempat 2017 mencapai Rp 31,19 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 23,26 triliun. Sehingga, PDRB tahun 2017 menjadi Rp 123,9 triliun atas dasar harga berlaku dan Rp 94,6 triliun atas dasar harga konstan.
Di luar laporan data BPS yang dilansir bulan Februari 2018, saat ini tengah beredar foto bakal capres dan cawapres di akun relawan TGB berpasangan dengan Gatot Nurmantyo. Dalam foto itu TGB berpasangan dengan Gatot dengan di latar belakang foto Prabowo Subianto.
Dari foto ini saja sudah memunculkan berbagai persepsi. Benar bahwa TGB bisa berpasangan dengan Gatot sebagai capres-cawapres. Bahwa latar belakang foto itu adalah Prabowo.
Ini mengindikasikan bahwa TGB-Gatot akan didorong Prabowo sebagai "Kingmaker". Jika itu yang dimaksud, maka Prabowo tidak lagi menjalankan amanat partai sebagai "Kingplayer".
Jika kerinduan sebagaian rakyat Indonesia yang gandrung terhadap hal-hal yang Islami terakomodir, maka pasangan TGB-Gatot ini akan menjadi "pasangan dahsyat" dengan sendirinya. Perpaduan sipil-sipil, Luar Jawa-Jawa, sama-sama dekat dengan Islam, didukung Alumni 212, dan dengan kekuatan finansial yang dahsyat, adalah kekuatan yang sangat menggetarkan.
Bukan rahasia lagi, di belakang Gatot ada konglomerat superkaya, Tomy Winata, sebagaimana yang diakuinya kepada majalah Tempo beberapa waktu lalu. Seorang Kivlan Zein pun bahkan harus mengakui finansial Prabowo tidak lebih kuat dari Gatot Nurmantyo untuk saat ini.
Terbentuknya pasangan TGB-Gatot ini sangat tergantung pada "kerelaan" Prabowo sendiri. Jika ia hanya menjadi "Kingmaker" saja, maka dengan adanya TGB di sana, Partai Demokrat akan berada di barisan Gerindra, PKS, PAN, dan mungkin PKB. Sebagai "Kingmaker", kehebatan Prabowo tidak bisa diragukan lagi. Jokowi, Ahok, Anies pun jadi di tangan dinginnya Prabowo sebagai "Kingmaker".
Meski mantan Panglima TNI yang memasuki masa pensiun pada Sabtu, 31 Maret 2018 lalu saat ini nama digadang-gadang sebagai "calon capres alternatif" di luar Joko Widodo dan Prabowo Subianto, tetapi komposisi TGB-Gatot atau Gatot-TGB masih bisa dikompromikan. Pergerakan Gatot menuju pencapresan mulai terlihat melalui aksi Relawan Selendang Putih Nusantara (RSPN), meski ia belum mendeklarasikan diri sebagai bakal capres.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews