Saya sangat buta terhadap ilmu filsafat, jadi ketika belantara fesbuk Indonesia ramai dengan polemik "Kitab Suci adalah Fiksi" dari Prof Rocky Gerung, saya berusaha memahaminya dari sudut yang saya kuasai, yaitu sudut putih yang bersih, netral dan suci tanpa kepentingan apapun dan tidak memihak ke sudut merah ataupun sudut biru.
Saya berpendapat, Prof Gerung terlepas dari pembelaan apapun dan siapapun adalah salah kalau dia mengatakan "Al-Quran adalah fiksi". Saya menjadi orang yang pertama yang akan marah dan mendukung beliau diproses hukum.
Masalahnya, berulangkali saya putar video rekaman ucapan beliau, tidak ada merujuk apalagi menunjuk kepada Al-Quran.
Menurut saya, kalaupun Kitab Suci yang dimaksud adalah Kitab Suci Agama, akan lebih "fair" kalau kita menganggap yang beliau maksud adalah Kitab Suci Agama yang beliau anut.
Pertanyaannya : Kenapa yang begitu terbakar dan ramai menggonggong justru adalah kelompok Islam Katepe?
Aneh...
Lebih lucu mereka saling menggigit ekor, ketika terbukti bahwa jauh sebelumnya salah satu dari mereka pernah menggonggongkan pernyataan yang sama dengan Prof Gerung lewat salakannya di Twitter. Bahkan lebih spesifik lagi, si Penggonggong pentolan Jaringan Islam Liberal itu pernah mengatakan Al-Quran adalah dongeng.
[irp posts="14103" name="Mendadak Filsafat, dari Sutan Takdir Alisjahbana ke Rocky Gerung"]
Sebentar... Sahabat jangan emosi atau marah dulu, kita sedang membicarakan manusia guk-guk.
Sekali lagi, bangsa kita memang sedang dilanda Darurat Logika, khususnya saudara-saudara kita yang selama ini asyik berkubang di Selokan dan Comberan.
Membandingkan Polemik Prof Gerung dengan Kasus Penodaan Al-Quran oleh Ahok adalah bukti Logika Bolong.
Prof Gerung tidak menuding ke Kitab Suci tertentu dan tidak ada niatan atau kepentingan apapun. Sedangkan Ahok bukan seorang Muslim tapi berani mengotak-atik dan melecehkan ayat Al-Quran demi ambisi politik dan kekuasaan.
Lebih lucu lagi saya sering baca pernyataan dan pertanyaan menggelikan dari Para Kelompok Penggonggong Tulang ini yang heran, kenapa Umat Islam tidak mau demo dikasus-kasus penipuan umroh?
Di pemikiran dangkal mereka yang menurut Prof Gerung adalah IQ 200 berbagi sekolam, bukankah Penipuan Umrah itu melecehkan Islam?
Saya berulangkali menjelaskan, Penipuan Umrah adalah kejahatan, sama dengan Korupsi yang mencuri uang rakyat. Tapi saya tidak melihat sedikitpun kaitannya dengan pelecahan agama.
Kalau hanya karena dikasus penggelapan dana tersebut ada "umrah-nya", jadi dianggap melecehkan agama, maka para Pejabat yang terlibat Korupsi lebih jahat dan lebih menodai agama.
Ingat, mereka bersumpah atas nama Tuhan dibawah Kitab Suci ketika dilantik.
Masalahnya, sampai sekarang baik Penipu dana Umrah maupun para Pejabat tidak pernah mengatakan tindakan mereka sesuai ajaran agama apalagi mengutak-atik Ayat Kitab Suci untuk membenarkan kejahatan mereka.
Jadi kejahatan mereka tidak ada kaitannya dengan agama atau Ayat Suci.
[irp posts="14131" name="Tentang Fiksi-nya Rocky Gerung dan Perbatasan Kamus"]
Sebagai penutup, menurut saya pelaporan Prof Gerung oleh para Penggongong Pemburu Tulang ini tidak lebih dari bentuk pelampiasan dendam sekaligus tindakan mencari perhatian dari sang majikan.
Sederhana saja, di mana-mana anjing itu memang suka menjilat. Jadi wajar saja kalau para Penggonggong Tulang ini menyalak ke mana-mana.
"Aaauuùuu..." Artinya, uang pulsa menipis bos, kirim ceban donk...
"Auk...auk..." Artinya, posisi terancam karena Kaos Bertagar Bos.
"Kaing...kaing..." Artinya, maaf anda kami tinggal bos karena sudah kalah dan kami akan mencari jilatan eh majikan baru (ini suara pamitan terakhir mereka setelah Pilpres 2019 nanti kepada Mukidi).
Sekian dan Terimakasih.
Selamat pagi para sahabat, hati-hati dengan Penggonggong Tulang di sekitar pertemanan anda!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews