Berjamaah Itu Dalam Kebaikan, Bukan Mati Sama-sama Minum Oplosan

Jumat, 6 April 2018 | 10:28 WIB
0
1101
Berjamaah Itu Dalam Kebaikan, Bukan Mati Sama-sama Minum Oplosan

Oplosan,,,oplosan,,,oplosan

Opo ora eman (sayang) duite

Gawe tuku(membeli) banyu setan

Opo ora mikir yen (kalau) Mendem (mabuk)

Iku (itu) bisa ngrusak pikiran

Oplosan,,,oplosan,,,Oplosan

Ojo diteruske mendeme

Mergo (karena) ora ono untunge

Yoo cepet marenono (tobatlah) mendemeMu

Ben (biar) dowo umurmu.

Ini adalah sebagian lirik lagu "oplosan" yang begitu terkenal dalam dunia dangdu yang memang tidak ada matinya, malah berkembang dengan semangat berbahasa daerah.

Lirik lagu oplosan ini mempunyai arti atau makna yang bagus, yang berisi ajakan atau nasehat bagi anak-anak muda yang doyan "mendem" atau mabuk untuk segera berhenti dari mabuk-mabukan karena tidak ada gunanya dan malah bisa merusak badan atau pikiran. Dan segera bertobat karena kalau tidak bisa berakhir dengan kematian atau buta matanya.

Lagu "oplosan" sebenarnya bisa dikatakan lagu "dakwah", seperti lagunya Rhoma Irama "judi", hanya kalau lagu "oplosan" terkesan lagu yang bersifat hura-hura dan rame gitu.

Di media televisi dihebohkan dengan berita kematian massal (mungkin para korbannya merencanakan bunuh diri massal seperti pengikut James Jones) warga Duren Sawit, karena minum-minuman oplosan dengan kandungan alkhohol 97%. Jumlah warga yang meninggal 13 orang,bisa saja bertambah karena sebagian masih dirawat di rumah sakit.

Bahkan kasus kematian massal akibat minuman "oplosan" bukan kali ini saja sudah berkali-kali dan korbanya sudah cukup banyak baik yang mati atau buta matanya. Mau sampai kapan?.

Kelakuan warga masyarakat kita memang keterlaluan kalau menenggak minuman keras, bagaimana tidak menyebabkan kematian kalau kandungan alkhohol 70% sampai 97% dan masih dicampur dengan autan atau obat nyamuk dan campuran lainnya.

Seakan ahli kimia, badan manusia memang bisa menerima atau mentoleransi dalam batas-batas tertentu minuman ber-alkhohol. Tetapi kalau dicampur dengan autan atau campuran lainya, bisa menjadi racun atau membahayakan badan atau nyawa dan bisa berakhir dengan kematian.

Inilah yang terjadi warga Duren Sawit, mereka menenggak minuman dengan kadar alkhohol 97% dengan nama Ginseng.

Tentu minuman dengan kadar alkhohol 97% kalau diminum akan membakar atau merusak hati atau onderdil dalam tubuhnya. Biasanya gejalanya mual dan sesak nafas atau mata kabur.

Malah terkadang kuat-kuatan antar peminum, siapa yang tidak tumbang, itulah yang jago mabuk atau minum.

Yang sering melakukan pesta minuman oplosan ini biasanya seperti nelayan untuk menghangatkan badan, sopir-sopir angkot atau anak-anak muda, bahkan dalam hajatan warga sering ada pesta minuman yang kadang berakhir dengan kerusuhan antarwarga dan bisa berakhir dengan pembunuhan.

Inilah dampak negatif dari minuman oplosan atau tradisional.

Masyarakat biasanya menyukai minuman tradisonal yang harganya murah atau terjangkau dan bisa diminum ramai-ramai dengan trambul atau cemilan sebagai tambahan. Ada minuman tradisional yang sangat legendaris, yaitu Ciu.

Ciu adalah minuman tradisional yang ada di wilayah Solo dan sekitarnya dan minuman ini sudah ada dari jaman Belanda, minuman ini fermentasi dari air tebu.

Ada juga minuman-minuman dari daerah atau wilayah lainnya yang diproduksi dengan bahan air aren.

Kasus kematian karena minuman oplosan ini membawa rasa sedih dan malu keluarga terutama seorang ibu, di mana anaknya meninggal karena minum oplosan.

Bahkan kasus-kasus kejahatan atau kriminal biasanya juga karena menenggak minuman keras, misalnya kasus pemerkosaan karena pengaruh minuman keras.

Mau sampai kapan kasus-kasus kematian karena minuman oplosan ini berhenti atau berakhir?

Karena masyarakat sendiri yang suka mencampur atau mengoplosnya. Dan peminat minuman keras juga sangat tinggi dikalangan anak-anak muda.

Tutupen botolmu tutupen oplosanmu

Emane nyawamu,,ojo mbok terus-teruske

Mergane, ora ono gunane

Oplosan, oplosan, oplosan.

***

Editor: Pepih Nugaraha