Setidaknya ada tiga ‘tidak disangka’ terjadi awal minggu ini.
Yang kedua: tidak disangka telah terjadi persaingan seru dua wanita cantik. Siapa yang lebih cantik. Ibu Negara Korea Utara atau Ibu Negara Tiongkok.
Media sosial begitu riuh dengan isu pembandingan kecantikan dua ibu negara itu.
Hal yang tidak disangka itu terjadi Senin lalu. Ketika Ibu Negara Korea Utara, Ri Sol-ju, bertemu Ibu Negara Tiongkok Peng Liyuan. Di Beijing.
Foto kedua wanita ini lebih mendapat perhatian medsos daripada foto suami mereka. Lalu dibanding-bandingkan. Siapa yang lebih cantik. Siapa yang lebih keren. Baju siapa yang lebih modis. Penataan rambut siapa yang lebih asyik. Sepatunya juga. Heboh. Gempar.
Lihatlah foto-foto mereka. Yang menyertai tulisan ini. Yang saya kutip dari South China Morning Post. Bandingkanlah sendiri. Menurut Anda siapa yang lebih charming?
Sebenarnya tidak fair membandingkan dua wanita itu. Istri Kim Jong-un baru berumur 28 tahun. Sedang istri Xi Jinping sudah berumur 60 tahun.
Maka pertanyaannya seharusnya: seandainya sama-sama 28 tahun siapa yang lebih cantik? Atau, masihkah Ri Sol-ju secantik Peng Liyuan kalau kelak berumur 60 tahun?
Tapi medsos tidak peduli itu. Pokoknya saat ini siapa yang lebih cantik.
Maka setelah sehari penuh tidak henti-hentinya membanding-bandingkan dua ibu negara itu pemerintah menyetopnya. Medsosnya disensor berat. Tidak ada lagi pembandingan itu. Medsos cenderung mengidolakan Ri Sol-ju. Instan sekali.
Yang pertama, (maafkan: yang pertama saya tulis lebih belakangan dari yang kedua): tidak disangka Kim Jong-un tiba-tiba muncul di Beijing.
Dua hari penuh pula. Tidak disangka, gayanya santai pula. Lihatlah foto wajahnya: bisa tersenyum natural. Seperti bukan seorang diktator dari negara otoriter.
Yang ketiga, tidak disangka Kim Jong-un mengajak serta istrinya ke Beijing. Padahal keadaan lagi sensitif.
Tiga ‘tidak disangka’ itulah yang meramaikan dunia awal minggu ini. Dikira Xi Jinping sudah dilupakan. Perannya sudah tidak diperlukan. Tidak ada artinya lagi.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, akan bertemu sendiri dengan Kim Jong-un.
Panggung percaturan internasional seperti dihabisi Trump.
Sampailah ketika tiba-tiba terlihat ada kereta hijau muncul dari arah timur. Menyeberangi jembatan di atas sungai Dandong. Spekulasi pun mulai meluas: siapa yang ada di dalam kereta hijau misterius itu. Pasti ada pejabat penting di dalamnya.
Sudah 8 tahun kereta itu tidak lagi terlihat lewat Dandong. Sejak Kim Jong-il, yang lewat waktu itu, meninggal dunia.
Pertanyaannya tinggal: kini siapa dia yang lewat itu. Delapan tahun lalu kereta misterius itu pernah muncul lewat jembatan Dandong. Isinya: Kim Jong-il. Ayahanda Kim Jong-un. Saat masih menjadi Presiden Korut.
Dandong adalah kota kecil di Tiongkok yang berbatasan dengan Korut. Batasnya berupa sungai yang tidak selebar sungai Mahakam. Separo sungai masuk wilayah Tiongkok. Setengahnya lagi masuk wilayah Korut.
Ada dua jembatan melintasi perbatasan itu. Yang satu jembatan kereta api yang masih utuh. Yang satu lagi jembatan jalan raya yang tinggal separo. Jembatan itu tiba-tiba habis di tengah sungai. Sambungannya, yang di sisi wilayah Korut sudah dibongkar.
Saya beberapa kali ke kota Dandong. Menyusuri jembatan itu sampai ujung yang dibongkar. Saya juga pernah naik speed boat menyusuri sungai tersebut. Sampai masuk perairan korut. Diijinkan. Bahkan bisa membeli beberapa barang yang ditawarkan orang Korut di atas perahu di wilayah Korut. Dengan uang renminbi.
Sejak kereta misterus yang anti peluru itu melewati Dandong rahasia ini mulai terungkap. Diam-diam Kim Jong-un ke Beijing.
Memang media resmi tidak ada yang memberitakan. Semua pejabat Tiongkok bungkam. Kim Jong-un memang minta kunjungannya dirahasiakan. Sampai dia pulang kembali ke Pyongyang.
Kim Jong-un, sebagaimana juga bapaknya, takut dilenyapkan. Amerika memang terang-terangan bersikap Kim Jong-un harus dijatuhkan.
Dianggap membahayakan dunia. Dengan senjata nuklirnya.
Presiden Korea Utara dengan gaya rambutnya yang baru. (Foto: South China Morning Post)
Karena itu Kim ke Beijing dengan naik kereta. Tiongkok lebih mudah mengamankannya.
Tapi kereta itu kecepatannya rendah: hanya 60 km perjam.
Memang di dalamnya didesain seperti istana presiden, tapi jarak tempuh dari Pyongyang (ibukota Korut) ke Beijing bisa 12 jam. Di Beijing kereta itu tiba di 北京站. Stasiun kereta yang letaknya di tengah kota.
Memang lebih sepi. Dibanding 北京南站 maupun 北京西站。
Hanya kereta ke arah utara yang datang dan pergi di stasiun kota. Saya pun hanya sesekali naik kereta cepat dari stasiun ini. Yang sering adalah lewat stasiun Beijing Selatan. Atau Beijing Barat.
Pertimbangan keamanan lainnya adalah: lebih dekat ke Diaoyutai. Itulah istana khusus untuk menginap para presiden yang lagi berkunjung ke Beijing. Saya pernah ikut menginap di Diaoyutai. Saat mendampingi Presiden SBY.
Rahasia kunjungan Kim Jong-un ke Beijing sulit ditutupi. Foto-foto kereta hijau yang lewat di Dandong tersiar. Demikian juga foto ketatnya pengamanan di stasiun Beijing. Apalagi ketatnya penjagaan di Diaoyutai. Selama dua hari penuh.
[caption id="attachment_13491" align="alignleft" width="492"] Kereta api tahan peluru Kim Jong-un (Foto: Disway.id)[/caption]
Akhirnya memang benar. Begitu kereta hijau kembali melewati Dandong, gemparlah. Kim Jong-un sudah kembali ke Pyongyang. Pengamanan Kim sudah bukan tanggungjawab Tiongkok. Maka resmilah diumumkan: benar, Kim Jong-un dua hari berada di Beijing.
Dijamu bak sahabat lama. Bahkan, menurut siaran resmi Korut, seperti sambutan untuk saudara sedarah. Panggung dunia menjadi milik Xi Jinping.
Presiden Trump tiba-tiba kehilangan panggung. Yang memang baru akan dia bangun.
Foto-foto yang disiarkan Tiongkok pun cukup lengkap. Begitu akrabnya dua pemimpin itu. Begitu tumben sikap Kim Jong-un: ramah.
Dan….. ikut tersiar pula foto-foto dua ibu negara. Yang semula statusnya hanya ‘ikut tersiar’. Tiba-tiba menjadi foto utama di media sosial.
Memang saya sendiri gemeeeees melihat foto Ri Sol-ju. Uuh…cantik. Keren. Jauh dari gambaran wanita dari negara yang totaliter. Yang lagi terancam kelaparan. Yang rakyatnya penuh ketakutan.
Lihatlah caranya berpakaian. Memang modelnya tidak seperti gadis barat. Tapi cukuplah. Keren habis. Saya sampai ikut kasihan pada Peng Liyuan. Seperti kalah menarik perhatian.
Jangan-jangan Peng Liyuan sendiri kaget. Tidak menyangka kalau tamunya akan tampil seperti itu. Sehingga Peng Liyuan sengaja tampil lebih sederhana dari biasanya. Untuk menghormati tamunya yang lebih miskin.
Terlihat dalam penampilan berikutnya Peng Liyuan sudah lebih menarik.
Padahal Peng Liyuan adalah idola wanita Tiongkok.
Pakaiannya selalu hasil desain dalam negeri tapi sangat trendy. Selalu jadi trend wanita Tiongkok. Dan Peng Liyuan cantik. Artis penyanyi hebat ini begitu jadi idola sejak sebelum menjadi ibu negara.
Kita tunggu kecantikan Ri Sol-ju saat dia nanti berumur 60 tahun. Kira-kira 32 tahun lagi.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews