Mari Jokowi Lagi (3): Jongkok Menyambut Nyak Sandang

Selasa, 27 Maret 2018 | 07:43 WIB
0
665
Mari Jokowi Lagi (3): Jongkok Menyambut Nyak Sandang

Dalam minggu-minggu ini kejadian-kejadian berjalan seolah diritme Tuhan, dan memang demikian sejatinya. Ledakan mulut AR dengan bahasa yang biasa dia pakai seolah tak juga lelah melempar isu murah. Tuduhan pengibulan atas program pemerintah yang sedang konsen memberi SHM tanah kepada rakyat agar tanahnya terjamin juga bisa dijadikan modal, membuat orang yang mendengarnya makin merendahkannya.

Belum lagi urusan SHM selesai, datang isu yang lebih parah Indonesia diramal bubar tahun 2030. Statement PS sebagai orang yang bakal jadi Capres untuk yang ke 3 kali membuat orang pada geli, ini negara dibuat seperti sedang latihan baris berbaris, bisa bubar jalan. Bagaimana orang yang katanya punya IQ superior tidak bisa membedakan fiksi dengan prediksi dan yang dengerin mahasiswa UI.

Untunglah datang Nyak Sandang kakek yang sudah berusia 91 tahun dari Aceh diterima presiden di Istana, disambut sambil jongkok, bersahaja, Jokowi menjadi begitu bijaksana, Nyak Sandang adalah penyumbang dana saat Indonesia tak punya dana membeli dua pesawat untuk negara yang baru merdeka, disanalah rakyat Aceh bahu membahu mengumpulkan dana padahal saat itu di Jawa banyak istana dan raja kenapa Aceh yang punya upaya membeli dua pesawat untuk Soekrno-Hatta.

Kenapa sekarang Nyak Sandang ke Istana dan Jokowi yang didatanginya, kenapa tidak Soeharto pada zamannya serta lainnya, kenapa tidak SBY yang menerimanya. Ada apa... tidak ada yang kebetulan dan tidak ada kejadian yang sia-sia, mudah-mudahan ini pertanda baik untuk Indonesia yang sedang menerima sebuah usaha untuk diremukkan oleh orang-orang bermulut besar dan bocor ke mana-mana.

Nyak Sandang datang pada presiden ke 7, bukan ke 6, atau sebelumnya mungkin baru sekarang geliat hatinya untuk Jokowi, presiden yang jadi monster bagi orang-orang curang dan para pecundang.

Nyak Sandang bukan AR bukan pula PS yang punya julukan orang besar atau yang merasa besar. Nyak Sandang orang kampung di sudut Indonesia, namun putih tulangnya tidak diragukan untuk Indonesia tanpa retorika. Dia tidak ingin Indonesia merana, tidak ingin Indonesia bubar. Dia hanya ingin menunjukkan bahwa Aceh punya sejarah untuk Indonesia, tidak perlu dipanggil raja tidak perlu gaya naik kuda namun darah-darah Tjut Nyak Dien tak diragukan keIndonesiaannya.

Anak muda harus menauladani Nyak Sandang, bukan ikut tertawa mendengar kuliah hayalan Indonesia bubar dan ikut mencemooh SHM yang dibagikan cuma-cuma, tapi mendiamkan jutaan hektar tanah dibagi-bagikan kepada orang kaya melalaui tangan besan yang kebablasan.

Anak muda, Tauladinilah orang yang jiwanya untuk Indonesia,  bukan mulutnya yang banyak mencela sekalgis menghancurkan masa depan kita.

***

Tulisan sebelumnya:

http://pepnews.com/2018/03/23/mari-jokowi-lagi-2-indonesia-tidak-bubar-malah-makin-membesar/