Jackie Chan Ciptakan 4 Personal Branding Ini dari Bruce Lee

Kamis, 15 Maret 2018 | 22:09 WIB
0
1012
Jackie Chan Ciptakan 4 Personal Branding Ini dari Bruce Lee

Sama-sama dikenal sebagai aktor laga kung-fu yang usianya hanya terpaut 14 tahun saja. Sebagai senior, Bruce Lee lebih dulu terkenal dan menjadi super star aktor film laga. Uniknya, Jackie Chan di awal kariernya adalah seorang stuntman untuk beberapa film Bruce Lee di awal tahun 1970-an.

Pada saat Bruce Lee meninggal secara tragis tahun 1973, penggemar fanatik Bruce Lee seakan belum bisa move on dengan meninggalnya aktor pujaan mereka. Dan ini sebenarnya pasar yang bisa saja dimasuki oleh Jackie Chan untuk masuk di segmen itu dengan positioning sebagai 'Bruce Lee Kedua' misalnya. Kesempatan dan infra-struktur saat itu sangat mendukungnya.

Uniknya, Jackie Chan tidak melakukan itu. Dia secara sadar justru melakukan pembeda (diferensiasi), dia tidak mau menjadi plagiat atau peniru orang lain. Dia melakukan personal branding sendiri.

Coba bandingkan saat suatu ketika ada kevakuman Bang Haji Rhoma Irama dengan Soneta-nya, maka musikus-musikus lain berlomba memanfaatkan moment itu sebagai peniru Bang Haji. Sebut saja di sana ada Mara Karma dengan OM.Kharisma-nya, Nano Romanza dengan OM.Rolista-nya atau kita juga bisa menyebut nama lain semisal Asep Irama.

Mereka membranding diri sebagai Bang Rhoma KW.

Ok, kita kembali ke Bang Haji Jackie Chan...

Alih-alih dia mempersepsikan sebagai pengganti Bruce Lee, dia malah melakukan pembeda atas ciri-ciri keunikan seniornya itu. Setidaknya dia menemukan 4 (empat) keunikan dan ciri Bruce Lee yang dia jadikan sebagai counter pembedanya.

Ciri pertama, Bruce Lee itu kalau berkelahi mukanya serius sekali. Sangat fokus, bahkan seandainya digoda dengan melewatnya seorang gadis cantik nan harum, sepertinya dia akan tetap bergeming.

Maka oleh seorang Jackie Chan, ciri itu dia aplikasikan ke personal branding-nya dengan melakukan counter berkebalikan. Dia akan berkelahi dengan mimik lucu bahkan dibuat seperti blo'on. Kontennya sama-sama kung fu, tapi konteksnya dia ubah dari serius menjadi lucu.

Ciri kedua bahwa Bruce Lee itu setiap berkelahi hampir selalu menang dan membuat lawan kocar-kacir. Maka ciri itu oleh Mas Jackie diubahnya lebih logis lagi, sering kalah dan sering diuber-uber para lawannya.

Ciri ketiga Bruce Lee adalah kalau kena pukulan sering tidak terlihat sakit, bahkan dibuatnya sebagai trigger untuk membuat dia lebih ganas lagi dalam menyerang lawan. Ciri ini oleh Mas Jackie diubah lebih manusiawi lagi, tak jarang Mas Jackie harus berakting nyengir kesakitan sampai keluar air mata, mungkin juga air kencing hanya kameranya saja yang tidak details.

Ciri keempat adalah Bruce Lee selalu punya senjata khas andalannya. Yang sering muncul itu adalah senjata double stick yang sering menginspirasi kaum remaja di tahun 80-an. Ciri ini oleh Mas Jackie dihilangkannya dan diganti dengan "senjata asal comot". Ada kursi di sampingnya, dia jadikan senjata, ada apa pun yang bisa diraihnya saat berkelahi, dia jadikan senjata. Bahkan, tubuh lawan pun tak jarang dijadikan senjata untuk menyerang atau berlindung diri.

**

Apa yang dilakukan Mas Jackie dalam dunia marketing adalah proses diferensiasi. Menemukan pembeda dengan menggabungkan konten, konteks dan perangkat yang ada.

Dan kita tahu perkembangan selanjutnya. Mas Jackie tidak digilas atau dibuntuti oleh figur Bruce Lee. Dia menjadi personal brand sendiri. Berbeda dengan orang yang memposisikan diri sebagai peniru dari sebuah role yang sudah ada.

Ini sama ketika Bang Haji Rhoma Irama aktif kembali ke kancah dunia hiburan, maka nama Mara Karma, Nano Romanza dan Asep Irama semuanya tenggelam.

Mas, bagaimana dengan personal branding untuk seorang Presiden yang sudah terpersepsikan sebagai Presiden Klamar-klemer?

Tinggal dikelola saja persepsi yang sudah kadung muncul itu. Jangan dimatikan. Karena pada saat proses diferensiasi terhadap konten dan konteks di lapangan yang justru counter berkebalikan seperti menghajar mafia migas dan menyentil mafia-mafia lainnya, persepsi Klamar-klemer itu akan hilang dengan sendirinya.

'Personal branding' sebagai klamar-klemer lebih otentik dibanding nanti kita memaksakan presiden untuk seolah-olah seperti Bung Karno, misalnya. Yang namanya KW itu tidak jauh lebih bagus dari sesuatu yang otentik.

Kecuali kalau persepsi negatif itu sudah keterlaluan, maka kita harus segera tangkas mengubahnya.

Contohnya, Mas?

Kalau anda sudah terlanjur dilabeli sebagai Jomblo Planga-plongo, harus segera ubah dan cari counter pembedanya. Misalnya dengan menjadi Jomblo Kepo.

Planga-plongo itu merujuk ke sifat bodoh. Sementara kepo merujuk ke sesuatu yang sedikit positif sebagai seseorang banyak tanya. Kita tahu, orang yang banyak tanya adalah ciri orang pintar.

Hidup kepo...!!!

***

Editor: Pepih Nugraha