Jakarta, 8 Januari 1998. Dua puluh tahun silam. Saat itu kurs dollar melonjak dari semula berada di kisaran Rp2.380 per 1 Januari 1997, Rp3.639 per 1 Desember 1997, lalu tiba-tiba meroket ke angka Rp11.355 di Januari 1998. Memang itu bukan rekor terendah. Rupiah baru mencetak rekor nilai terendah sepanjang sejarah pada bulan Juni 1998, saat nilainya anjlok menjadi Rp16.650/USD.
Saya ingat, sejak penghujung 1997, seorang pengusaha yang kini menjadi staf di Istana Wakil Presiden gencar mengumbar pernyataan di media bahwa jika Pak Harto ingin agar nilai tukar Rupiah menguat, maka ia harus memilih kembali petahana wakil presiden. Dialah yang diinginkan pasar. Sebab, jika Habibie yang dipilih jadi Wakil Presiden, karena ia tak disukai pasar maka nilai Rupiah akan terus merosot.
Untunglah Sidang Umum MPR memilih Habibie, bukan nama yang jadi jualan sang pengusaha. Di tangan Habibie, nilai Rupiah terbukti bisa naik hingga ke level Rp6.500, rekor prestasi yang tak pernah bisa dilampaui oleh Presiden manapun sesudahnya. Kita tak pernah tahu jika yang terpilih adalah nama sebaliknya.
Pada waktu itu, selain harus mengalami tekanan dari dalam negeri, Habibie juga harus berhadapan dengan intervensi ekonomi yang dipaksakan International Monetary Fund (IMF). Kita memang sedang menjadi pasien IMF waktu itu.
Lembaga para meneer ini memaksa Indonesia agar menghapus kebijakan subsidi, terutama BBM dan TDL. Namun, hal itu ditolak oleh Habibie. Ia ngotot mempertahankan subsidi BBM, juga listrik, agar rakyat yang tengah terpuruk akibat krisis tak semakin merosot lagi kualitas hidupnya. Ia tetap kukuh dengan pendiriannya meskipun untuk itu dia terus diserang oleh IMF.
Jumat, 2 Maret 2018 ini, di tengah pujian setinggi langit IMF, secara ironis nilai Rupiah justru malah terus merosot! Dan kita semua bisa sama-sama merasakan bahwa perekonomian kita tak sedang baik-baik saja sebagaimana yang dipuji Nyonya Lagarde.
Pelajaran yang bisa kita petik adalah: pada 1998 kita berani membuat pilihan yang berseberangan dengan bualan pasar, sementara pada 2014 kita malah menurutinya.
Anda kini bisa membuat penilaian sendiri atas hasil dua pilihan tadi.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews