Hubungan AS-Indonesia Setelah RI Konsisten Dukung Palestina

Kamis, 1 Maret 2018 | 09:51 WIB
0
670

Kemerdekaan bangsa Palestina memang jauh dari harapan setelah Amerika Serikat (AS) mengakui Jerusalem sebagai ibukota negara bangsa Yahudi tersebut.

Meskipun demikian, Indonesia tetap konsisten mendukung kemerdekaan bangsa Arab Palestina sejak di masa pemerintahan Presiden RI Soekarno hingga Presiden Joko Widodo sekarang ini. Lihatlah foto di atas ketika Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno L.P. Marsudi dengan bangganya berjalan memakai syal Palestina di pembukaan "Bali Demokracy Forum," ke-10 di Tangerang Selatan, Banten, pada hari Kamis, 7 Desember 2017, tahun lalu. Berarti benar bahwa dalam hal mendukung kemerdekaan bangsa Palestina, sikap Indonesia tidak pernah berubah.

Ada sedikit gangguan dari Israel ketika Indonesia memilih memihak Palestina dan mengecam Israel mendirikan negaranya di wilayah penduduk Arab Palestina. Bahkan ketika Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu berkunjung ke Singapura dan ingin menuju ke Australia, ia lebih memilih memutar agak lebih lama dari pada melintasi wilayah udara Indonesia. Sebenarnya waktu itu tidak menjadi persoalan buat Indonesia, jika pesawat PM Israel itu melintasi udara Indonesia. Sudah tentu sebelumnya meminta izin kepada Indonesia.

[irp posts="5332" name="Syal Palestina" Retno Marsudi dan Desakan Dubes AS Angkat Kaki"]

Hubungan sejarah Indonesia-AS ini sudah tentu sebelumnya sangat erat. Mulai dari hubungan baik antara Presiden Soekarno dengan Presiden AS Kennedy, di mana AS menekan sekutunya Belanda, agar menyerahkan Irian Barat (Papua) ke pangkuan RI. Juga dalam melatih pilot pertama kita yang oleh pilot Israel dan sudah tentu izin dari AS. Buktinya latihan ini harus dirahasiakan. Itu sebabnya setelah dilatih di Israel, pilot kita disuruh ke AS. Setibanya di Indonesia, dipesankan jangan katakan dari Israel, tetapi latihan di AS.

Selanjutnya keberhasilan Indonesia, yaitu Mayor Jenderal Rais Abin menjadi Panglima Pasukan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa pun dibayangi persetujuan AS.

Buktinya bangsa Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, tetapi negara itu setuju agar Rais Abin jadi Panglima Pasukan Perdamaian PBB yang mengusahakan agar Mesir-Israel mau melakukan perundingan. Bukankah tanpa keterlibatan AS diam-diam, Israel juga menyetujui Rais Abin jadi panglima?

Bagaimanapun di bidang ekonomi, Indonesia-AS terus berusaha meningkatkan minat investasi pengusaha AS ke Indonesia.

Direktorat Amerika, Kementerian Luar Negeri, bekerja sama dengan KJRI New York, telah menyelenggarakan “Seminar Investasi Nasional “How to Attract Investors from US Investors Perspective”. Seminar dihadiri 16 orang investor Amerika Serikat, unsur pemerintah Indonesia terkait, serta perwakilan berbagai asosiasi dagang dan pengusaha di dalam negeri, termasuk Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO).

Secara khusus, Seminar diselenggarakan untuk menggali pandangan preferensi investor AS atas sektor-sektor investasi di Indonesia serta tukar pikiran pengalaman langsung berinvestasi di Indonesia, termasuk dari segi regulasi.

Seminar ini diharapkan dapat tingkatkan kepercayaan dan minat investor AS untuk tingkatkan penanaman modal di sektor yang menjadi prioritas nasional, seperti infrastruktur.

Dalam pembukaan, Acting Direktur Jenderal Amerika dan Eropa, Ratu Silvy Gayatri menyampaikan bahwa saat ini Indonesia telah memperoleh predikat “Investment Grade” dari tiga lembaga pemeringkat internasional dan melakukan lompatan signifikan dalam IndeksKemudahan Berbisnis dari urutan ke-114 pada tahun 2015 menjadi ke-72 di tahun 2017.

[irp posts="6508" name="Watak Hubungan Palestina dan Indonesia"]

Hal tersebut didukung situasi kondusif politik dan keamanan dalam negeri dan upaya terus-menerus dari pemerintah untuk menyediakan kerangka hukum yang ramah investasi.

Selain Seminar, ke-16 investor AS juga melakukan kunjungan ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Bali, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Investor asal AS sampaikan komitmen untuk membantu program prioritas pembangunan di berbagai daerah.

Dalam pertemuan dengan Gubernur D.I. Yogyakarta, misalnya, investor AS sampaikan ketertarikan untuk terlibat dalam proyek pembangunan rumah sakit berstandar internasional dan fasilitas layanan kesehatan lainnya.

Penguatan hubungan ekonomi bilateral, termasuk investasi dinyatakan oleh kedua kepala negara saat kunjungan Presiden RI, Joko Widodo, pada Oktober 2015 lalu. Komitmen tersebut kembali diperkuat pada saat kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat, Mike Pence ke Indonesia, bulan April 2017.

Seminar dan rangkaian kunjungan investor AS selama di Indonesia diselenggarakan sebagai persiapan penyelenggaraan “Roadmap on Trade, Tourism, and Investment” yang akan diselenggarakan di New York, AS, pada bulan Agustus 2018.

Tulisan pernah dimuat di wartamerdeka.net

***