Jika mengamati dan menyimak perkembangan di Suriah, dunia semakin cemas akan terjadinya pertarungan besar-besaran di antara Amerika Serikat (AS) dan sekutunya dengan Rusia, juga dengan sekutunya. Lihat peta kekuatan mereka di peta Daily Mirror di atas. Boleh jadi peta itu sedikit berubah dengan masuknya Israel di Suriah dan berkurangnya kekuatan pasukan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
Baru-baru ini ada dua peristiwa penting yang diprediksi akan menyulut pertempuran lebih besar di Suriah.
Pertama, peringatan Presiden Rusia Vladimir Putin kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar jangan menyulut pertikaian di Suriah.
Sudah tentu peringatan Presiden Putin ini terjadi setelah pesawat tempur Israel ditembak jatuh oleh pasukan militer Suriah. Peringatan ini boleh jadi bisa diterima oleh Israel, sebaliknya boleh jadi ditolak. Saya memprediksi akan diabaikan saja oleh Israel. Bukankah Israel merupakan sekutu terdekat AS?
Kedua, Jerman, sekutu AS sudah mengingatkan Suriah bahwa negara itu telah menggunakan senjata kimia.
Sebelumnya Ban Ki Moon, ketika masih sebagai Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, ikut mengecam Suriah menggunakan senjata kimia.
Peristiwa ini sudah tentu mengingatkan kita akan invasi AS dan sekutunya ke Irak. Alasan penyerangan itu, Irak nemiliki senjata pemusnah massal. Meski kemudian tidak ada bukti yang kuat, Presiden Irak tetap saja dinyatakan membantai suku Kurdi dan Syiah. Akhirnya, ia dihukum gantung di negaranya sendiri.
Apakah dunia, termasuk Indonesia memprotesnya, di mana pimpinan negara yang secara legal dipilih rakyatnya kemudian dihukum gantung oleh rakyatnya, dalam tanda kutip diperintahkan AS, memprotes? Tidak, termasuk Indonesia.
Saya masih ingat bagaimana Menteri Luar Negeri kita Hassan Wirajuda meng-ubah kebijakan luar negeri RI dengan memaklumi apa yang terjadi di Irak.
Sebelumnya? Sesuai isi buku yang saya tulis tahun 1998 "Saddam Hussein Menghalau Tantangan," halaman 134 di sub bab "Sikap Indonesia Terhadap Irak," yang penterjemahan dari bahasa Arab dibantu Kedutaan Besar Irak di Jakarta, dikutip pernyataan Menlu RI Ali Alatas:
"Tujuan utama Resolusi Dewan Keamanan PBB adalah penarikan mundur pasukan Irak dari Kuwait dan mengembalikan pemerintah Kuwait yang sah. Tetapi tujuan perang ini tidak menghendaki Kuwait hancur, maka jangan buat Irak hancur. Bukan kehancuran Irak yang dikehendaki, bukan pula penyerahan Irak, terapi pengusiran Irak. Penghancuran pemerintah Irak tidak termasuk dalam resolusi PBB," ujar Ali Alatas.
[irp posts="6103" name="Peta Koalisi Perang Dunia III Bisa Dimulai oleh Tindakan Trump"]
Kemudian yang kita saksikan, Irak hancur dan himbauan Menlu RI diabaikan. Apalagi setelah Negara Islam di Irak dihancurkan dihancurkan Irak, negara Seribu Satu Malam" itu semakin hancur. Pemerintah Irak sekarang sedang sibuk mencari dana untuk membangun Irak.
Itu contoh di Irak, di mana AS dan sekutunya sendiri yang menyerang Irak. Tanpa ada kekuatan Rusia membantu Irak. Hal ini dikarenakan Rusia baru mulai bangkit setelah ambruknya perekonomiaan Rusia di masa pembaharuan yang dijalankan mantan Pemimpin Uni Soviet (nama Rusia kala itu) Mikhail Gorbachev.
Di Suriah, perekonomian Rusia sudah pulih. Lihatlah produksi senjatanya semakin modern untuk membela Presiden Suriah sekarang, Bashar al-Assad. Itulah yang kita cemaskan. Apakah Perang Dunia III akan bermula di Suriah atau tidak?
Tulisan pernah dimuat di wartamerdeka.net
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews