Oalaaah.... PKS Mau Merapat ke Jokowi...!?

Minggu, 18 Februari 2018 | 14:10 WIB
0
435
Oalaaah.... PKS Mau Merapat ke Jokowi...!?

Ada isu besar akhir minggu ini Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akan merapat ke Jokowi dengan menaruh beberapa nama yang bisa diajukan sebagai Cawapres. Padahal, apa yang dituju PKS itu bukan Cawapres, mereka cukup bisa dapat beberapa posisi menteri saja.

Tapi, ada yang lebih penting dari sekadar komposisi kabinet yaitu PKS nggak ingin nyungsep di Pemilu 2019. Survey Pollmark punya-nya Eep Saefullah Fatah kemarin baru saja merilis PKS diprediksi hanya mendapatkan suara 2,4% pada Pemilu 2019. Satu satunya cara untuk menaikkan elektabilitas PKS, ya merapat ke Jokowi!

Karena Jokowi ini seperti magnet besar di tahun 2019, kejadian di Sumbar saat Jokowi dikerubungi rakyat dengan teriakan teriakan eforia sudah menyadarkan beberapa lawan politiknya untuk tidak melakukan serangan politik.

PKS ditengarai akan mengikuti cara cara Partai Golkar untuk menyelamatkan suaranya, yaitu merapat ke Jokowi atau setidak tidaknya mengurangi intensitas gesekan dengan kubu Jokowi.

Pilkada 2018 ini juga akan melihat gambaran paling jelas dari posisi Jokowi di 2019, bila kemudian Banteng menang 70% dari seluruh wilayah, dipastikan posisi Jokowi juga menguat dan gejolak politik stabil.

Anies juga keliatannya agak ogah ogahan maju ke posisi capres atau cawapres, dia lebih mementingkan jabatan yang pasti yaitu Gubernur DKI Jakarta. Jusuf Kalla belum dipandang kuat sebagai patron atau Godfather untuk level pertarungan Pilpres 2019.

[irp posts="9327" name="9 Poin Ini Menyebabkan PKS Terpuruk dan Terancam Gagal ke Senayan"]

Kalau saja Prabowo Subianto sudah melihat posisinya kuldesak, satu satunya cara ia merancang kubunya mengajukan calon cawapres. Kalau ini terjadi maka Pilpres selesai. Tapi dari tarik ulur masih ada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menunggu keadaan dan memperhatikan situasi.

Seandainya seluruh hitung hitungan politik Jokowi di atas 50% sampai Agustus 2018, maka pilpres 2019 yang diperkirakan berlangsung panas dan penuh gejolak malah bisa jadi Pilpres yang adem, karena pertarungan sesungguhnya adalah 2024.

***

Editor: Pepih Nugraha