Kala Mensos Idrus Marham Bicara tentang Sejarah

Kamis, 15 Februari 2018 | 10:44 WIB
0
417
Kala Mensos Idrus Marham Bicara tentang Sejarah

Menteri Sosial Idrus Marham di tengah kesibukannya menyempatkan hadir di acara Sarasehan Nasional bertema "Keindonesiaan dalam Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa Menghadapi Tantangan Global dan Lokal" di Kalibata Convention, Jakarta,  Rabu, 14 Februari 2018.

Sarasehan ini terselenggara atas kerjasama antara Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI) dengan Laboratorium  Sejarah Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahun Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI).

Selain Idrus Marham sebagai "Keynote Speaker," tampak pula Guru Besar FIB-UI, Prof Dr Susanto Zuhdi dan Prof Dr Haryono serta Prof Dr Hamid Hasan.

Dalam acara pembukaan,  Mensos  Idrus Marham mencatat bahwa, selama ini ada kesalahan dalam memahami sejarah bangsa serta memaknai semangat patriotik para pahlawan yang berjuang untuk mencapai kemerdekaan bangsa. Kesalahan ini memunculkan masyarakat yang kurang produktif,  baik dari segi perilaku maupun pemikiran.

"Selama ini kita memandang sejarah seolah membaca buku catatan masa lalu saja. Kita melihat pahlawan hanya melalui foto yang terpampang saja tanpa berusaha memaknai lebih dalam apa esensi dari perjuangan itu sendiri," ujar Idrus Marham.

Menurut Idrus, pada masa dahulu, diskusi atau perdebatan dilakukan secara konseptual dengan menghasilkan keputusan dan pemikiran yang benar-benar bermanfaat untuk bangsa. Berbeda dengan sekarang, Idrus mengatakan, justru, lebih banyak orang yang berpikir pragmatis dan cenderung lebih mengedepankan intrik atau bahkan fitnah.

"Persoalan bangsa bukan hanya kesenjangan sosial. Tetapi kesenjangan niat. Niat perjuangan kita. Niat pengabdian kita. Maka berjuanglah dari motivasi ideologis yang sudah terbukti tahan banting," katanya.

Lebih lanjut, Idrus mengungkapkan, harus ada reaktualisasi mengenai pandangan terhadap makna sejarah itu sendiri.

Sementara, jika sebelumnya sejarah dipandang sebagai masa lalu, Idrus mengajak masyarakat untuk memaknai sejarah untuk masa depan.

"Jadikan sejarah dan kisah heroik itu sebagai motivasi dan inspirasi untuk membangun bangsa. Kita bicara sejarah, berarti bicara masa depan. Dan terpenting, Indonesia maju harus tetap menjunjung karakter orisinil bangsa ini," tegas Idrus Marhan.

[irp posts="5506" name="Membedah Isi Kepala Idrus Marham, Sang Spesialis Sekjen Golkar"]

Apa yang diungkapkan Mensos Idrus Marham ini, kita ikuti pula pendapat Dr Alfian, sejarawan Indonesia yang sekarang sudah almarhum. Di dalam sebuah pengantar buku: "Meluruskan Sejarah," karya B.M Diah, Alfian mengatakan bahwa sesuai dengan tuntutan profesi keilmuannya, para ahli sejarah tentu berusaha keras untuk bersikap obyektif dalam menulis karyanya.

Sungguhpun, ujar Alfian, jauh di lubuk hati dan alam pikirannya, mereka mengetahui betul bahwa adalah mustahil bagi siapa saja, berapapun pintar dan ahlinya, untuk menghasilkan tulisan sejarah yang dapat dikatakan betul-betul obyektif dan sempurna.

Sebuah tulisan sejarah dapat dikatakan, ditinjau dari segi mutu dan sebagainya lebih obyektif dan lebih sempurna dari karya lainnya. Terapi tulisan tersebut tidaklah dapat dikatakan sebagai sesuatu yang final atau sebuah karya tanpa kelemahan dan kekurangan sama sekali. Di samping banyak tulisan sejarah yang buruk dan tidak bermutu, biasanya ada sejumlah karya yang dinilai baik dan berkualitas tinggi.

Bagaimanapun juga, tegas Alfian, para ahli sejarah sendirilah yang pertama-tama mengakui bahwa tidak ada tulisan sejarah yang betul-betul sempurna dan juga betul-betul lurus.

"Itulah antara lain sebabnya mengapa sejarah merupakan salah satu bidang studi yang bagaikan sumur penelitian yang tak pernah kering atau lahan pengkajian yang tak pernah habis. Dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi, berbagai ahli datang menimba atau nenggarapnya dan dari situlah lahir karya-karya sejarah baru memperkaya khasanah yang sudah ada dan terus membesar," ujar Alfian.

Tulisan pernah dimuat di wartamerdeka.net

***