Kita hidup di abad informasi. Setiap detiknya, jutaan informasi baru timbul mengisi keseharian kita. Informasi begitu mudah didapat. Semua ini menjadi mungkin, karena perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang amat cepat.
Kita juga hidup di jaman revolusi industri yang keempat. Sekedar informasi, revolusi industri pertama dipicu dengan penemuan mesin uap dan air untuk menggerakkan mesin produksi. Revolusi industri kedua dimulai dengan penggunaan energi listrik untuk mendorong mesin produksi. Revolusi industri ketiga didorong oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di dalam proses produksi.
Setiap revolusi industri baru berpijak pada revolusi industri sebelumnya. Revolusi industri keempat juga bersandar pada revolusi industri ketiga. Ia sudah terjadi sejak pertengahan abad 20. Ciri utamanya adalah percampuran teknologi dengan semua unsur kehidupan manusia, yakni ketika unsur biologis, fisik dan digital kini bercampur menjadi satu membentuk seluruh kehidupan.
Penemuan baru di bidang teknologi kini terus berlangsung dengan kecepatan yang amat tinggi. Peningkatannya tidak lagi linear, melainkan eksponensial. Banyak sekali model bisnis lama kini harus mengubah diri dengan cepat, atau gulung tikar. Semua sistem produksi, ilmu pengetahuan dan tata kelola politik kini harus memikirkan bentuk baru yang lebih sesuai.
Masa ini juga ditandai dengan beragam krisis. Pada tingkat yang lebih luas, kesenjangan ekonomi, sosial dan politik justru semakin besar antara negara yang kaya dan yang miskin. Kesenjangan ini menciptakan begitu banyak masalah sosial, mulai dari radikalisme, terorisme sampai dengan masalah lingkungan hidup. Pada tingkat yang lebih kecil, kita mengalami banjir informasi.
Informasi menjadi begitu mudah dan murah untuk didapat. Ini mudah sekali disalahgunakan, mulai dari pelanggaran privasi sampai dengan pemerasan dan penghancuran nama baik. Ini juga menciptakan kebingungan, karena orang tak lagi memiliki waktu dan tenaga untuk mengolah informasi tersebut menjadi pengetahuan, apalagi menjadi kebijaksanaan.
Banjir informasi, pada akhirnya, menciptakan ketidakpedulian yang berujung pada beragam masalah di dalam hidup bersama, mulai dari krisis identitas, depresi yang terus menyebar sampai dengan tingkat bunuh diri yang terus meningkat dari tahun ke tahun di berbagai belahan dunia.
Informasi, pengetahuan dan kebijaksanaan
Informasi (Information) adalah data tentang sebuah keadaan di dunia. Ia bisa berbentuk kuantitatif, misalnya dalam bentuk statistik. Ia juga berbentuk kualitatif, yakni dalam bentuk penggambaran dengan menggunakan kata dan kalimat. Kita bisa begitu mudah mendapatkan informasi sekarang ini, seperti sudah disinggung sebelumnya.
Pengetahuan (Knowledge) berada di tingkat yang lebih tinggi, daripada informasi. Pengetahuan adalah informasi yang bisa digunakan, baik untuk tujuan luhur maupun untuk tujuan-tujuan jahat. Dengan pengetahuan, manusia bisa menciptakan keadilan dan kemakmuran di dunia. Dengan pengetahuan pula, manusia bisa menghancurkan semua yang ada.
Di sinilah diperlukan kebijaksanaan (Wisdom).
Kebijaksanaan adalah kemampuan manusia untuk menggunakan semua pengetahuan dan informasi yang ada sesuai dengan konteks, yakni untuk kebaikan semua mahluk yang ada, dan bukan hanya manusia. Kebijaksanaan terletak di dalam pembuatan keputusan. Ia berakar tidak hanya pada informasi dan pengetahuan, tetapi pada kesadaran (Awareness).
Kesadaran setidaknya memiliki tiga bentuk. Pertama adalah kesadaran yang muncul di dalam setiap tindakan dan perilaku manusia. Ia adalah hidup sendiri. Kita sebagai manusia adalah kesadaran yang menyala dari waktu ke waktu.
Kedua adalah kesadaran yang meluas. Kita mengalami ini, ketika kita menyadari sesuatu tanpa penilaian, misalnya menyadari suara, bau atau sensasi di kulit. Kita hanya mencerap, dan tidak memberi penilaian baik dan buruk. Kesadaran menciptakan perasaan kesatuan dengan antara lingkungan sekitar dengan diri kita.
Yang ketiga adalah kesadaran murni. Ia berada di luar ruang dan waktu. Ia tidak diciptakan dan juga tidak bisa dihancurkan. Kesadaran inilah yang memungkinkan kita sebagai manusia untuk melihat apa yang kita lihat, dan mendengar apa yang kita dengar.
Kebijaksanaan semacam ini adalah tingkat tertinggi yang bisa diraih oleh manusia dalam hidupnya. Di tingkat ini, orang menyadari kehadiran Sang Pencipta di dalam dirinya sendiri. Cinta, kesabaran, kebaikan dan sikap lemah lebut secara alami mengalir dari dirinya. Moralitas tidak lagi diperlukan.
Di masa revolusi industri keempat ini, kita justru semakin membutuhkan kebijaksanaan yang berakar pada kesadaran semacam ini. Kebijaksanaan ini memungkinkan kita untuk menggunakan semua pengetahuan yang ada demi tujuan-tujuan yang luhur.
Kebijaksanaan ini memungkinkan kita untuk menciptakan peradaban yang seimbang dalam hubungan dengan alam dan mahluk hidup lainnya. Sayangnya, google, dan beragam mesin pencari berbasis teknologi canggih lainnya, tidak mampu menyediakannya.
Anda harus melatih diri, guna mendapatkannya. Siapkah Anda?
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews