Memasuki akhir pekan biasanya masyarakat agak menjauhi dunia politik. Kalau tidak bercengkerama dan berdekat-dekat dengan keluarga, akhir pekan biasanya diisi dengan liburan. Tetapi tidak demikian di Kabupaten Jember. Di salah satu provinsi di Jawa Timur ini, Sabtu 27 Januari 2018, ratusan purnawirawan TNI dan Polri mendeklarasikan dukungan terhadap Prabowo sebagai calon presiden untuk periode mendatang.
Prabowo yang dimaksud adalah Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra yang pada Pilpres 2009 gagal menjadi wakil presiden berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri dan gagal lagi menjadi presiden pada Pilpres 2014 karena dikalahkan Joko Widodo.
Namun demikian, mau merujuk survei manapun, tidak ada sosok yang bisa mengimbangi popularitas maupun elektabilitas Jokowi selaku Presiden RI saat ini selain Prabowo Subianto. Wajar kalau harapan sebagian masyarakat masih bertumpu pada mantan Pangkostrad ini untuk menjajal sekali lagi Jokowi di Pilpres 2019, termasuk para purnawirawan TNI/Polri di Jember itu.
[irp posts="8291" name="Ketelanjangan Prabowo Dipandang dari Kultur Jawa"]
Coba dengar penjelasan Koordinator Daerah Purnawirawan Pejuang Indonesia Rayat (PPIR) Jember, Usdhiyanto, dukungan itu sengaja diberikan kepada Prabowo karena diyakini bisa mengemban amanah dengan baik dan bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
“Jadi dukungan itu bukan semata- mata karena beliau dulu adalah pimpinan kami, tetapi kami yakin, beliau bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik,” kata Usdiyanto sebagaimana dikutip Kompas.com.
Selain sosok Prabowo mereka anggap satu-satunya sosok yang bisa mengimbangi keperkasaan Jokowi, program yang ditawarkan Partai Gerindra pun dinilai cukup tepat sesuai dengan tantangan dan bisa menjawab kebutuhan masyarakat.
Untuk itulah dirinya memilih bergabung ke organisasi PPIR karena Gerindra dinilai memiliki komitmen untuk membangun bangsa.
Tentu saja dukungan para purnawirawan TNI/Polri di Jember ini disambut baik Ketua DPC Partai Gerindra setempat, HM Satib, yang mengapresiasi dukungan tersebut. Ia menyebutnya sebagai "suntikan moral" sekaligus modal bagi Gerindra untuk Pemilu mendatang, yaitu menjadikan Prabowo sebagai Presiden RI berikutnya.
[irp posts="8492" name="Kekuasan Partai Gerindra Terlalu Memusat di Prabowo Subianto"]
Survei Lingkar Survei Indonesia beberapa waktu lalu masih menunjukkan PDIP dan Partai Golkar menjadi dua partai teratas untuk bersaing di pemilu legislatif (pileg) 2018 mendatang. Meski demikian, bukan tidak mungkin Partai Gerindra yang dipimpin Prabowo yang saat ini berada di posisi ketiga akan menjadi kuda hitam dengan catatan partai tersebut mengusung Prabowo sebagai calon presiden.
Survei yang dirilis Rabu 24 Januari 2018 itu menunjukkan, apabila pileg dilakukan hari di mana survei dilakukan, maka PDIP akan dipilih oleh 22,2 persen responden, disusul Golkar dengan 15,5 persen dan Gerindra 11,4 persen.
Peneliti LSI Rully Akbar menilai, Prabowo adalah figur sentral Partai Gerindra, sehingga keputusan politiknya di Pilpres 2019 akan sangat mempengaruhi elektabilitas partainya. "Faktor figur Prabowo sebagai kompetitor Jokowi masih memberikan harapan bagi Partai Gerindra," katanya
Tidaklah berlebihan jika Rully mengatakan Gerindra bisa menjadi nomor 1 atau 2 jika Prabowo Subianto sukses sebagai capres atau bahkan cawapres, terlebih lagi pemilu legislatif dan pemilu presiden akan digelar secara serentak. Dengan kata lain, figur capres yang diusung akan menentukan perolehan suara pemilu legislatif.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews