Peran TNI dan BIN dalam Membebaskan Sandera Indonesia

Kamis, 25 Januari 2018 | 19:06 WIB
0
609

Ketika saya menyaksikan video pembebasan sandera Indonesia yang dibuat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, saya ikut terharu. Bagaimana tidak. Seorang suami yang biasanya pulang membawa rizqi untuk keluarga, sudah tidak muncul-muncul lagi.

Tiba-tiba muncul Meteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi memberitahukan bahwa suaminya berhasil dibebaskan. Sudah tentu rasa gembira dan tetesan air mata menetes di pipi menyaksikan suami sudah ada di depan mata dalam keadaan selamat dan sehat.

Semua peristiwa itu terekam di Kemlu RI pada hari Selasa,  23 Januari 2018.

"Delapan November 2016, tiga hari setelah kejadian, saya mengunjungi Ibu berdua di Sandakan untuk menyampaikan komitmen Pemerintah guna mengupayakan pembebasan Pak La Utu dan pak La Hadi. Hari ini saya memenuhi janji Pemerintah. Saya serahkan suami masing-masing dalam keadaan sehat wal afiat. Terima kasih atas kepercayaan, dukungan dan kerjasamanya kepada kami,"  pesan Menlu Retno kepada istri La Utu dan La Hadi.

La Utu dan La Hadi adalah WNI yang bekerja sebagai nelayan di kapal penangkap ikan di Sabah, Malaysia. Keduanya diculik dan disandera oleh kelompok bersenjata di Filipina Selatan pada tanggal 5 November 2016. Keduanya berhasil dibebaskan pada 19 Januari 2018 lalu.

Sejak 2016 sebanyak 32 WNI disandera di Filipina Selatan. 29 WNI sudah dibebaskan dan 3 WNI lainnya masih disandera kelompok penyandera yang berbeda. Pemerintah akan terus mengupayakan pembebaskan 3 WNI lainnya," ujar Menlu pasti.

WNI memang sering menjadi korban penyanderaan oleh kelompok-kelompok Muslim Moro dan berbagai kelimpok Muslim lainnya di Filipina Selatan. Yang menjadi pertanyaan, kenapa hanya WNI yang jadi sasaran?

Kalau melihat peta, di perbatasan Pulau Kalimantan itu terdapat negara Malaysia, apakah para warga Malaysia tidak  menjadi sasaran penculikan juga? Seorang teman saya mengatakan, boleh jadi Indonesia pernah memberikan uang tebusan, sehingga mereka berharap akan terus diberikan uang tebusan.

Menurut saya, asumsi itu bisa saja keliru. Boleh saja para penculik berpikiran akan memperoleh uang tebusan, tetapi pembebasan dua orang WNI terakhir ini, tanpa yang tebusan, karena dalam pernyataannya, Menlu juga berterimakasih kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan BIN.

[irp posts="8813" name="Masalah Sandera Kita di Filipina Selatan Yang Tak Pernah Usai"]

Menlu menyinggung pentingnya peran dan dukungan TNI serta BIN dalam upaya pembebasan 2 sandera WNI dari Filipina Selatan.

"Pembebasan ini adalah hasil orkestra kemitraan yang sangat harmonis di antara berbagai instansi pemerintahan terkait, khususnya dengan TNI dan BIN", ujar Menlu Retno.

Hal ini disampaikan Menlu Retno saat menyerahterimakan La Utu bin Raali dan La Hadi bin La Adi, yang baru terbebas dari penyanderaan di Filipina Selatan 19 Januari 2018 lalu, kepada istri masing-masing yang didatangkan secara khusus oleh Kemlu dari Sandakan, Sabah, Malaysia.

Pembebasan sandera yang dibantu TNI dan BIN ini sudah tentu mengingatkan saya tentang peristiwa pembebasan sandera oleh TNI dalam operasi Woyla. Yang menjadi komandan operasi penyadera pesawat Garuda 206 DC-9 Woyla di Thailand itu adalah almarhum Jenderal TNI LB Moerdani.

Tulisan pernah dimuat di wartamerdeka.net

***

Editor: Pepih Nugraha