Kadis Pendidikan Jatim Terima Penghargaan dari Yayasan Hang Tuah

Rabu, 24 Januari 2018 | 19:20 WIB
0
425
Kadis Pendidikan Jatim Terima Penghargaan dari Yayasan Hang Tuah

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur menerima penghargaan buku 71 Tahun Yayasan Hang Tuah. Penghargaan itu diserahkan langsung oleh Ketua Pembina Yayasan Hang Tuah, Ny. Endah Ade Supandi kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur DR Saiful Rachman, MM, M.Pd, di Graha Samudera Bumimoro, Komando Pembinaan Doktrin Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Laut (Kodiklatal) Surabaya, Kamis (18/1/2017).

Penyerahan penghargaan dihadiri, Koorsahli Kasal Mayjen TNI (Mar) Guntur Irianto Cipto Lelono, para Pimpinan Kotama AL Wilayah Timur dan para Kepala Dinas Jajaran Mabesal serta para mantan dan Ketua Pembina Yayasan Hang Tuah.

Ketua Pembina Yayasan Hang Tuah Ny. Endah Ade Supandi mengatakan, kerja keras para insan pendidikan sudah menunjukkan dan membuktikan prestasi yang brilian. Sejauh ini, mampu mencetak generasi muda yang berakhlak, berbudi, dan berkarakter maritim.

“Kami mengucapkan terima kasih atas terselesaikannya buku 71 Tahun Perjalanan Yayasan Pendidikan Hang Tuah,” tegasnya. Prestasi ini, lanjut Ny. Endah Ade Supandi, agar terus ditingkatkan dengan selalu bersinergi bersama jajaran Disdik Jatim guna memajukan pendidikan di Jatim.

Ia menambahkan, adapun bagi para pendidik terus dimotivasi untuk terus meningkatkan prestasi, mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam membuat konsep model belajar mengajar. Karya tersebut sangat dibutuhkan sebagai pedoman atau pegangan bagi para pendidik kedepannya guna mencetak generasi-generasi berwawasan kemaritiman.

“Kami berharap ke depannya para pendidik juga semakin kreatif dan berinovasi dalam membuat konsep model belajar mengajar sehingga lebih banyak mencetak generasi-generasi berwawasan kemaritiman,” katanya.

Sementara itu, Saiful Rachman mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Yayasan Hang Tuah yang selama ini telah memberikan kontribusi sangat besar dan positif bagi kemajuan pembangunan pendidikan di Jatim.

“Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ketua dan Pimpinan Yayasan Hang Tuah yang selama ini turut membantu program-program pendidikan di Jatim, salah satunya Yayasan Pendidikan Hang Tuah dan terbentuknya SMAN Taruna Nala di Malang,” tutur Saiful Rachman.

Pengurus Yayasan Nala yang juga menjabat Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Danlantamal) V Laksamana Madya TNI Edi Sucipto menyatakan bahwa pembangunan pendidikan di Jatim harus terus ditingkatkan dengan melibatkan semua pihak.

Karena itu, ia juga berharap sinergi para pemangku kepentingan dan masyarakat agar terus didorong untuk memajukan dunia pendidikan terutama pendidikan karakter kemaritiman. Penghargaan yang diberikan kepada Disdik Jatim itu adalah penghargaan di luar lembaga pemerintahan.

Sebelumnya, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menganugerahkan penghargaan dalam Anugerah Kita Harus Belajar (Kihajar) 2017, Kamis 16 November 2017.

Memasuki tahun ke-6 Anugerah Kihajar, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy memberikan apresiasi kepada Provinsi Jatim setelah mampu membuat kebijakan sekaligus mengimplementasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), sehingga dunia pendidikan maju sangat pesat.

Provinsi Jatim  menerima penghargaan Anugerah Kihajar dengan predikat Provinsi Khusus tahun 2017. Menurut Saiful Rachman, prestasi ini merupakan prestasi bersama para kepala sekolah, guru, siswa dan semua elemen pendidikan se-Jatim.

“Terima kasih banyak atas kerjasamanya selama ini. Saya berharap kerjasama ini tetap terjalin selamanya sehingga tahun depan kita akan meraih prestasi-prestasi di segala bidang di dunia Pendidikan,” tuturnya kepada Pepnews.com.

Dalam penganugerahaan penghargaan ini, Mendikbud Muhadjir Effendy menyerahkan Anugerah Kihajar kepada 15 kepala daerah, yakni 6 gubernur dan 8 walikota/bupati. Para kepala daerah itu menerima penghargaan karena menunjukkan kepedulian dan komitmen terhadap pengembangan TIK untuk dunia pendidikan dan kebudayaan.

Anugerah yang diselenggarakan setiap tahun sejak tahun 2005, sudah menjadi tolok ukur perkembangan TIK untuk pendidikan di Indonesia. Bahkan sebagai wadah tahunan bagi para pemangku kepentingan untuk bisa mempublikasikan karya, berbagi ide, saling menginspirasi, dan memperoleh informasi terkini.

Adapun penganugerahan didahului dengan pendaftaran dan pelengkapan berkas oleh Dinas Pendidikan provinsi, kabupaten/kota pada bulan Agustus hingga awal Oktober 2017. Proses kemudian berlanjut pada penilaian yang dilakukan pada Oktober hingga awal November 2017. Tim juri yang menilai terdiri dari praktisi TIK, akademisi, perwakilan media, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta internal Kemendikbud.

Prestasi Pendidikan Jatim

Berdasarkan Data Pendidikan Tahun 2016, kondisi pendidikan di Jatim berada di atas standar atau rerata nasional. Contoh paling nyata dan dapat diperbandingkan adalah indeks angka partisipasi murni (APM) dan angka partisipasi kasar (APK) pada semua tingkatan sekolah dasar dan menengah.

APM SD sederajat se-Jatim berada pada kisaran 98,56% dan APK berada pada 112,84%. Sementara secara nasional, APM SD sederajat hanya 93,38% dan APK 108%. Pada tingkat SMP sederajat se-Jatim, APM mencapai 88,14% dan APK 103,42%;

Sementara secara nasional APM SMP sederajat hanya 81,01% dan APK 100,72%. Dan pada tingkat SMA sederajat se-Jatim, APM tercatat 68,21% dan APK 80,42%; jauh di atas rerata nasional di mana APM hanya 59,10% dan APK 76,45%.

APM adalah proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut. APK adalah Proporsi anak sekolah pada suatu jenjang tertentu terhadap penduduk pada kelompok usia tertentu. Sejak tahun 2007, pendidikan non-formal (Paket A, Paket B, dan Paket C) turut menjadi indikator APM dan APK.

Kondisi pendidikan terkini di Jatim lainnya terlihat dari angka transisi pada tingkat SMP sederajat sebesar 99,02% dan pada tingkat SMA sederajat 89,88%. Angka putus sekolah pada tingkat SD sederajat berkisar 0,08%, tingkat SMP sederajat 0,31%, dan SMA sederajat 0,58%.

Angka mengulang pada tingkat SD sederajat sekitar 1,33%, SMP sederajat 0,09%, dan SMA sederajat 0,12%. Sedangkan angka lulusan pada tingkat SD sederajat mencapai 99,95%, SMP sederajat 99,11%, dan SMA sederajat 98,63%.

Rasio siswa per kelas, pada tataran SD sederajat berkisar pada angka 25 siswa/kelas, SMP sederajat 27 siswa/kelas, dan SMA sederajat 31 siswa/kelas. Ada pun rasio ruang belajar per kelas pada tataran SD sederajat mencapai 1,29 ruang/kelas, SMP sederajat 0,89 ruang/kelas, dan SMA sederajat 1,07 ruang/kelas.

Sementara, rasio siswa dibandingkan guru, pada tataran SD hingga SMA sederajat berada pada tataran 13 siswa per 1 guru. Kemudian, rasio siswa dengan sekolah, pada tingkat SD sederajat mencapai 151 siswa/sekolah, SMP sederajat 244 siswa/sekolah, dan SMA sederajat 286 siswa/sekolah. Dilengkapi dengan rasio siswa SMA dibandingkan dengan SMK yang mencapai 37,98% dibandingkan dengan 62,02%.

Untuk mewujudkan capaian tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan sejumlah program dan kegiatan yang dialokasikan anggarannya di dalam APBD Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2017.

Program BOSDA MADIN, salah satunya. Program ini bertujuan memberikan bantuan biaya operasional penyelenggaraan pendidikan di Madrasah Diniyah sesuai dengan kebutuhan dasar dan pokok. Tercatat 1.097.548 orang yang merasakan manfaat kegiatan ini.

Sebanyak 847.866 santri tingkat ula mendapat bantuan masing-masing Rp 15.000 per bulan dan santri tingkat wustha mendapat bantuan @ Rp 25.000/bulan untuk 197.139 santri. Sementara untuk ustadz dan pengasuh guru swasta yang berjumlah 52.543 orang diberikan pula bantuan @ Rp 300.000/bulan.

Program lainnya, BOS SMA dan SMK, atau dikenal dengan nama BKSM (Bantuan Khusus Siswa Miskin) diberikan kepada 52.690 siswa. Terbagi atas 22.810 siswa SMA dan 29.880 siswa SMK. Masing-masing dari mereka mendapatkan bantuan Rp 65.000/siswa/bulan (sekita Rp 780.000/siswa/tahun).

Salah satu program unggulan lainnya adalah pendirian SMK Mini. Pembangunan SMK mini ini bertujuan untuk mewujudkan SMK mini di pondok pesantren berbasis kewirausahaan yang menghasilkan sejumlah produk unggulan. Sehingga, terciptalah sentra usaha yang berbasis pesantren (pesantren-preneurship).

Dari target 470 lembaga SMK mini pada tahun 2019, dalam konteks kekinian telah terealisasi sebesar 370 lembaga. Artinya, “Tinggal 100 lembaga lagi yang harus diwujudkan dalam 2 tahun mendatang,” ungkap Saiful Rachman.

***

Editor: Pepih Nugraha