"Piye Enak Melu Aku Tho...!?"

Kamis, 18 Januari 2018 | 09:54 WIB
0
499
"Piye Enak Melu Aku Tho...!?"

Piye enak melu aku Thoooo....

Presiden Joko Widodo hari Rabu melakukan reshuffle kabinet sekaligus melantik Kepala Staf TNI AU, Kepala Staf Kepresidenan, dan Dewan Pertimbangan Presiden. Salah satu yang kena reshuffle adalah menteri Khofifah Indar Parawansa yang maju ke pilkada Jawa Timur untuk yang ketiga kalinya sebagai calon gubernur.

Yang menggatikan menteri sosial Khofifah adalah Idrus Marham yang tak lain sekjen Partai Golkar. Ia adalah kader Golkar yang setia selalu kepada ketua Umum Golkar. Ia jarang berseberangan dengan ketua Umum-nya. Idrus Marham ini dulu kalau berdebat atau dialog di media TV selalu penuh semangat dan gaya bicaranya juga meledak-ledak dan sedikit cempreng.

Tetapi semenjak menikah (karena telat nikah selisih 19 tahun) dan pengaruh usia, gaya bicaranya tidak seperti dulu, sekarang jauh lebih santai dan kalem. Eh, ada ga ya pengaruhnya antara bicara kalem dengan menikah?

Nama Idrus Marham juga tidak pernah disebut-sebut dalam kasus korupsi,tidak seperti kader-kader Golkar yang lainnya. Dewi fortuna rupanya berpihak kepada tokoh dari Sulawesi Selatan ini. Bagaimana tidak beruntung kalau kita mau menengok ke belakang profil Idrus Marham pada pilpres 2014.

Waktu Pilpres 2014 yang mengharu-biru itu, Partai Golkar dengan Aburizal Bakrie (ARB) sebagai ketua Umum dan Idrus Marham sebagai sekjen adalah mendukung berat Prabowo Subaianto.

[irp posts="5023" name="Idrus Marham dan Golkar"]

Indrus Marham berkampaye untuk kemenangan Prabowo dan menjadi lawan Joko Widodo saat itu. Tetapi kan sejarah mencatat bahwa "si kerempeng" itu yang mengalahkan Jenderal yang sekarang menjadi Presiden RI. Bahkan setelah kekalahan Prabowo, Idrus Marham ditunjuk sebagai komandan Koalisi Merah Putih atau KMP (pernah diplesetkan jadi "KMPret" oleh pendukung Jokowi) dan menggalang kekuatan di DPR untuk mengganjal atau mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintahan Joko Widodo.

Jadi di awal-awal pemerintahannya Joko Widodo cukup berat menghadapi "germobolan siberat" macam politikus dari Koalisi Merah Putih seperti Idrus Marham itu. Serangan demi serangan dilancarkan politikus Senayan ini kepada presiden Jokowi, apalagi di awal memerintah Jokowi ia langsung menaikkan harga BBM, suatu kebijakan yang sangat tidak populer dan tidak prorakyat yang menjadi kebalikan dari kebijakan Presiden sebelumnya yang malah menurunkan harga BBM tetapi dengan konsekuensi subsidi membengkak.

Presiden Joko Widodo menghadapi masalah ekonomi dan politik, dijepit dari dua sisi; ya politikus Senayan ya masyarakat yang menjadi "haters" abadinya. Sudah bukan rahasia bahwa masyarakat terbelah pasca Pilpres 2014 seperti terbelahnya Jalur Gaza dan Tepi Barat di Palestina. Bahkan sampai sekarang masyarakat masih terbelah.

Lambat laut dengan keuletan presiden Joko Widodo, ia bisa menjinakkan (emang buaya harus dijinakkan) Koalisi Merah Putih dan mengajak Partai Golkar untuk mendukung program pemerintah serta meninggalkan Koalisi Merah Putih yang tidak jelas juntrungannya. Paling tidak kesannya saat itu.

Dan karena Partai Golkar dilanda kisruh ketua Umum antara Aburizal Bakrie dengan Agung Lasono, maka diadakan kongres di Bali dan terpilihlah Setyo Novanto yang saat ini kena kasus hukum. Tetapi yang sakti ya Idrus Marham, sebab siapapun ketua umumnya, sekjennya ya Idrus Marham. Kayak iklan teh botolan, ya?

Dan ketua Umum baru yaitu Setyo Novanto saat itu mendeklarasikan untuk mendukung pemerintahan Joko Widodo dan sebagai kompensasi dukungan itu maka partai Golkar masuk jajaran kabinet. Dukungan membuahkan hasil, yaitu jatah satu menteri yaitu Airlangga Hartarto yang sekarang dilalah jadi ketua umum Golkar.

[caption id="attachment_8507" align="alignleft" width="480"] Airlangga Hartarto dan Idrus Marham (Foto: Youtube)[/caption]

Kurang baik apa lagi tuh Presiden Joko Widodo ke Golkar, partai yang datang belakangan ini malah dapat jatah dua menteri, yaitu Airlangga Hartarto plus Idrus Marham. jadi ini unik; ketua umum dan sekjennya sama-sama jadi menteri, hanya ada di jaman Jokowi loh.... Nikmat mana lagi yang kau dustakan?

Bahkan partai Golkar dapat kompensasi lagi dari presiden Joko Widodo yaitu Airlangga Hartarto sebagai menteri Perindustrian dan merangkap jabatan sebagai ketua Umum Partai Golkar, sampai-sampai partai-partai pendukung presiden Joko Widodo yang lain pada iri.

Kebaikan Presiden Jokowi bukan hanya diberikan kepada partai Golkar tapi kepada partai yang mengaku berkoalisi atau mendukung pemerintah tapi dalam praktiknya justru mengkritisi atau sering berseberangan dengan pemerintah Joko Widodo, yaitu PAN. Partai ini ibarat pendirinya, bisa berbuah menjadi "Brutus", menikam dari dalam!

Partai ini dapat jatah satu menteri yaitu Menpan, malah menteri ini tidak kena reshuffle presdien Joko Widodo karena atas kebaikan sang Presiden dan memang menteri Menpan ini kinerja juga termasuk bagus. Tidak pernah ada di dunia ini orang kampanye untuk calon presiden lain (Prabowo) tapi ujung-ujungnya malah diangkat jadi menteri oleh presiden Joko Widodo.

Inilah beruntungnya Idrus Marham dulu jadi lawan politik sekarang jadi anak buah sang Presiden.

Selamat bekerja menteri baru Idrus Marham, setialah seperti setia kepada ketua umum partaimu!

Piye, enak melu aku thooo...?!

***

Editor: Pepih Nugraha