Konsolidasi Demokrasi Yang Rapuh (2)

Sabtu, 30 Desember 2017 | 04:00 WIB
0
468
Konsolidasi Demokrasi Yang Rapuh (2)

Di era kenabian, para nabi pemilik kekuasaan absolut karena nabi mendapatkan otoritas langsung melalui wahyu. Prophetic concept of power ini masih tersisa di masa sahabat, tabi'in, tabi-tabi'in dan seterusnya. Di tangan mereka peradaban manusia menjadi rahmatan lil'alamiin.

Di era modern state, negara dibangun karena adanya kecurigaan terhadap kecenderungan kekuasaan yang absolut menjadi korup. Sebagaimana Lord Acton mengingat, "Power tends to corrupt, absolute power tends to corrupt absolutely".

Di peradaban modern ini, manusia bagai serigala bagi yang lain. Mereka membunuh bukan karena perjuangan suci. Tetapi mereka membunuh karena alasan periuk nasi. Kapitalisme global menghisap kekayaan bsngsa manapun tanpa peduli mereka telah merampas kehidupan manusia. Komunisne sama saja. Mereka berkuasa dengan segala cara, dengan merampas hak-hak hidup manusia.

Bagaimana dengan negara Pancasila ini? Pancasila tampaknya sebatas retorika. Negara diberikan kepada asing, di saat yang sama rakyat terlunta-lunta mencari sesuap nasi. Anak gadis harus bertarung kehormatan dan nyawa menjadi pembantu di negara lain. Pada saat yang sama, pekerja asing diberi fasilitas yang memadai. Kesenjangan menganga. Negara seolah tiada.

Kebebasan atau freedom dalam berbicara tinggal satu-satunya yang tersisa untuk mengawal negeri ini agar tetap bisa berjalan sesuai konstitusi. Akan tetapi, kebebasan itupun mulai terancam dengan dalih kegentingan yang dipaksakan. Anehnya banyak yang tiarap sepi.

Di era modern state, manusia selalu mencurigai kekuasaan karena adannya declining quality of leadership. Oleh karena itu mereka berusaha membangun mekanisme checks and balances antarlembaga negara sebaik mungkin agar kekuasaan itu bisa dikontrol. Kalaupun ada kesalahan akibatnya tidak fatal. Kalau jatuh hanya terkilir saja, tidak sampai patah.

Dalam kasus Indonesia, banyak pakar memuji demokrasi Indonesia. Indonesia disebut "a new emerging democracy". Tapi itu mungkin beberapa tahun lalu. Faktanya, demokrasi Indonesia masih rapuh. Maju mundur. Muddled democracy kata Lindsey atau fragile democracy menurut Aspinal.

Tanda-tanda konsolidasi kekuasaan lebih dominan daripada konsolidasi demokrasi yang seharusnya dilakukan oleh rezim pasca reformasi. Praktik kekuasaan yang terjadi semakin menjauh dari cita reformasi. Sebagian pejuang reformasi telah merasakan nikmat kekuasaan. Tapi mereka lupa, bukan seperti ini ysng dicita-citakan saat perjuangan reformasi.

Reformasi artinya mengembalikan kedaulatan negara kepada rakyat, memajukan kesejahteraan mereka, mendidik rakyat agar kuat dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

***

Tulisan sebelumnya:

Konsilidasi Demokrasi Yang Rapuh (1)