Konsistensi Tak Hanya Milik Orangtua, Anak Muda Juga

Rabu, 27 Desember 2017 | 07:51 WIB
0
472
Konsistensi Tak Hanya Milik Orangtua, Anak Muda Juga

“Jadwal buka lapak perpustakaannya gak tentu, sih,” kata Kang Ipul, pengelola Panti Baca Ceria. Panti Baca Ceria seminggu sekali menggelar lapak perpustakaan di Alun-Alun Kota Sumedang. “Kadang Sabtu sore, sering juga Minggu pagi. Pokoknya seminggu sekali. Tergantung bisanya saya...”

“Kalau kayak gitu ada yang nyariin, gak?” tanyaku. “Misalnya biasanya Minggu pagi trus tiba-tiba Kang Ipul buka pas Sabtu sore, gitu.”

“Ya ada aja sih. Kadang Kalo hari Minggu saya bangunnya kesiangan gitu udah ada yang nelpon, ‘buka gak nih?’” jawab Kang Ipul.

“Sebenernya, kita, anak muda yang melakukan kegiatan literasi dengan tujuan menyediakan fasilitas baca untuk masyarakat, harus bisa konsisten. Kalau emang mau buka lapak bacanya Minggu pagi ya usahakan setiap Minggu pagi bisa hadir. Kalau gak konsisten kasian masyarakatnya,” Kata Rifal, seorang relawan dari TBM Pohaci di Kabupaten Bandung.

“Dan konsistensi itu adalah masalah utama pada anak muda gak sih?” sahut Khusnul, relawan dari Perpustakaan Jalanan Atap Usang dari Kabupaten Bekasi.

**

Percakapan tadi adalah sepenggal obrolan yang terjadi ketika aku memandu diskusi tentang kegiatan literasi yang dilakukan oleh pegiat literasi muda. Tanggal 14 Desember 2017 lalu, aku mendapat kesempatan menjadi fasilitator acara Workshop Menulis Essay Bagi Pegiat Literasi yang diadakan di DISPUSIPDA Jawa Barat.

Dalam acara ini, dipaparkan materi Tips dan Trik Menulis Essay oleh Pak Nanang Supriatna, redaktur pelaksana Tabloid Mingguan Galura. Setelah itu peserta dibagi dalam kelompok untuk berlatih menulis dengan tema yang ditentukan. Aku menjadi fasilitator untuk tema tren anak muda dalam kegiatan literasi.

Dalam percakapan itu aku kemudian berfikir, “Iya juga yah?”

Walaupun sebenarnya konsisten itu bukan hanya masalah anak muda. Orang-orang dewasa juga ada yang tidak bisa konsisten.

Aku pernah bekerja sebagai penanggung jawab di sebuah klinik. Setiap akhir bulan, orang yang mengurus administrasi di klinik selalu lembur untuk membereskan laporan-laporannya. Beliau, sudah bukan lagi anak muda. Laporan-laporan itu sebenarnya bisa dikerjakan setiap hari dan akhir bulan tinggal direkap.

Aku mencoba memberi usul pada petugas administrasi itu untuk menyisihkan waktu 30 menit sebelum pulang untuk membuat laporan harian supaya tidak menjadi beban di akhir bulan. Pembuatan laporan harian itu hanya bertahan selama 1 minggu. Hari berikutnya, ada berjuta alasan ketika ditanya mengapa tidak membuat laporan harian. Dan pada akhir bulan, beliau kembali lembur untuk membuat laporan.

[irp posts="6688" name="Lebay Sebut Pesepakbola Yang Tuntut Ilmu sebagai Penghianat Bangsa"]

Saat sedang surfing di dunia maya, aku menemukan sebuah video menarik. Video ini adalah marshmallow test yang dilakukan oleh Dr. David Walsh. Marshmellow test atau marshmellow experiment adalah percobaan tentang delayed gratification atau menunda kepuasan dan self control atau kemampuan mengontrol diri sendiri yang pertama kali dilakukan oleh seorang psikolog bernama Walter Mischel.

Dalam percobaan ini, anak-anak berusia 4-5 tahun diajak ke sebuah ruangan dan diberi pilihan untuk mendapatkan sebuah marshmellow secara langsung atau mendapatkan 2 buah marshmellow jika mau menunggu selama waktu yang ditentukan (15-20 menit).

Reaksi anak-anak bermacam-macam. Ada yang langsung memakan marshmellow tersebut, ada yang menunggu beberapa menit namun kemudian memakan marshmellow tersebut, ada juga yang menunggu hingga waktu yang ditentukan sehingga berhasil mendapatkan 2 buah marshmellow. Dalam percobaan tersebut, Dr. Walsh ingin orang tua bisa mengatakan ‘tidak’ pada anaknya untuk membentuk perilaku self control dan delay gratification.

Kita sadar, dalam kehidupan nyata, imbalan saat bisa melakukan self control dengan baik bukan sekedar 2 buah marshmellow. Dalam konteks diskusi yang terselenggara di DISPUSIPDA Jawa Barat kemarin, self control pegiat literasi muda untuk bisa konsisten dalam menyediakan bahan bacaan untuk masyarakat harus betul dijaga. Yang secara langsung menikmati hasil dari konsistensi mereka bukanlah diri mereka sendiri.

Ngomong-ngomong, untuk diri sendiri apa saja resolusi yang sudah tercapai di tahun 2017? Dan apa resolusi tahun 2018?

***