Dua perdebatan ini hampir selalu muncul pada tiap akhir tahun, ya, halal-haram terkait Natal dan merayakan Tahun Baru Masehi. Sesungguhnya, ini perdebatan klasik sejak era Orde Baru yang entah sampai kapan bisa selesai.
Kita mundur ke tahun 1968 sebentar, pada mulanya perdebatan timbul ketika Hari Raya Idul Fitri berdekatan dengan perayaan Natal pada 1-2 Januari dan 21-22 Desember. Kemudian banyak instansi menginginkan perayaan Natal dan Halal Bihalal bersamaan.
Ketegangan itu terus berulang hingga puncaknya pada Maret 1981. Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang diketuai Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) merilis fatwa haramnya ummat Islam turut merayakan natal.
Topik bergeser mengenai pengenaan atribut dilanjutkan “ronde” halal-haram ucapan selamat Natal. Jika menelusur jejak digital di Google, kita bisa lihat perkembangannya. Perdebatan memanas kembali lima tahun belakangan.
Tidak mengucapkan Natal adalah prinsip dan harus dipegang kuat-kuat. Turut mengucapkan pun sama demikian. Yang salah adalah memaksa orang lain mengikuti prinsip yang bertentangan dengan nuraninya. Apalagi sampai membuat gaduh ruang publik.
Soal tahun baru begitu juga, kita masih berkutat dengan tahun baru sementara sebuah permen kopi telah menjelajah ke angkasa baru. Karena perayaan ini dianggap menyelisih paham agama maka linimasa media sosial memanas dengan sendirinya.
Menyongsong 2018 mari kita sudahi perdebatan semacam ini di dunia maya dan ruang-ruang publik lainnya. Karena yang kita perdebatkan adalah masalah yang sulit dijelaskan ukurannya, tak dibisa dilihat bentuknya.
[irp posts="6658" name="Tak Hanya Ucapan Selamat", Islam Tebar Keselamatan dan Kedamaian"]
Tahun depan, mungkin kita bisa ubah tradisi diskusi maya kepada diskusi yang memiliki orientasi nyata. Saya sendiri lebih senang dengan perdebatan “Bumi Datar” yang juga sempat heboh tahun ini, meskipun lucu juga sebenarnya.
Berdebat soal semesta akan membawa kita pada ruang eksplorasi yang seluas-luasnya. Sementara perdebatan agama hanya membawa kita pada wilayah interpretasi (tafsir). Ujung-ujungnya kita terjebak pada situasi mengkafir-kafirkan sesama ummat beragama.
Kesimpulan bahwa bumi itu datar mungkin tak bisa kita peroleh sepenuhnya, tetapi dalam perjalanannya kita akan menemukan fakta-fakta alam semesta yang luar biasa, yang juga bisa menambah keimanan pada Yang Maha Kuasa.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews