Ahok, Kenapa Kau Dulu Ada

Kamis, 21 Desember 2017 | 21:40 WIB
0
427
Ahok, Kenapa Kau Dulu Ada

Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar kita merindukan sosok "ceplas-ceplos" dan kadang kontroversial ini, sekian puluh tahun Jakarta sejak ditinggal Bang Ali seolah tenang dan damai ditangan penerusnya, ternyata damainya karena pinter bagi-baginya, semua kebagian kerja dan hasil siluman lainnya.

Sejak Jokowi dan Ahok memasuki Jakarta, menjadi Gubernur, transparansi biaya dilakukan, APBD diterang benderangkan, rapat disiarkan, kerja dijalankan. Jakarta menjadi Ibu kota yang sebenarnya, bukan ecek-ecek, becek dan bengek. 

Sayang umurnya tak lama hanya karena mereka tak suka kepada orang yang tak seagama, jujur mengatur uang negara agar tidak lagi di mangsa. Itulah masalahnya, sehingga hasil kerja yang nyaris sempurna dianggap tak ada, bahkan yang baikpun dicari-cari kejelekannya agar bisa di cela.

 

[irp posts="5929" name="Retorika Anies-Sandiaga Bikin Jakarta Kian Terisolir"]

Sekarang kita menganga melihat Gubernur penggantinya yang terus salah gaya, dan tak bisa kerja, kelihatan banget mau bagi-bagi duitnya, membetulkan kolam saja begitu mahalnya, dana hibah salah alamat, mengangkat pembantu melebihi menteri negara, gajinya besar tak berdasar, sayang uang KJP dipenggal daging pun sulit dibeli untuk menambah gizi anak-anak negeri karena subsidi dialihkan kepada tim untuk balas budi.

Benar kata kawan-kawan, Anies dan Sandi itu apes, mereka meneruskan kerja Gubernur yang digdaya. Coba kalau meneruskan bekas Gubernur yang malas pastilah mereka aman dan bisa tidur pulas.

Sekarang mereka duduk dikursi panas. Kebiasaan Ahok kerja cepat dan tepat sasaran jadi bandingan. Tidak usah kebijakan, Tanah Abang saja sudah membuat perbedaan bagaimana mereka tidak bisa mengatur pedagang kaki 5 yang membuat jalanan porak poranda. Gubernur tak berdaya dan tak bisa, malah ngomongnya ke mana-mana.

Oh Jakarta, andai saja engkau bisa bicara, pastilah engkau memilih kembali menjadi Batavia daripada diurus orang gila kuasa tapi tak bisa kerja. Atau ibarat ruang kelas matematika diajar guru bahasa, angkanya ke mana-mana, dijawab sekenanya.

[irp posts="5616" name="Lain Sandiaga Lain Ahok, Unggah Video Rapim di Youtube pun Dihentikan"]

Kini masyarakat Jakarta jadi pengap, dan megap-megap. Inilah risiko memilih orang yang gagap hasilnya cuma mangap, pengusungnya alap-alap yang targetnya kekuasaan dan membuat Indonesia jadi tontonan karena kita dianggap menelan ketololan gara-gara memilih pengembik daripada petarung.

Jakarta itu beranda Indonesia, bukan kandang kuda, sehingga perlu dijaga bukan dicoba-coba. Jadi kalau tak bisa kerja mundur saja daripada terus dicela. Kalau kelas menjangan jangan ikuti jejak harimau, selain kelihatan kerdil Anda tak kan bisa sama karena memang belangnya berbeda.

Jakarta darurat pemimpin.

***