Di Balik Pernyataan Irak, Masalah ISIS Telah Selesai

Selasa, 12 Desember 2017 | 18:35 WIB
0
401
Di Balik Pernyataan Irak, Masalah ISIS Telah Selesai

Perdana Menteri (PM) Irak Haider al-Abadi sangat sering muncul di Twitternya sebagaimana fotonya di atas. Terakhir PM Irak itu mengumumkan bahwa militer Irak telah memenangi perang melawan Negara Islam di Irak.

Pernyataan PM Irak ini mengingatkan kita ke istilah pertama kali  yang dipakai pendiri negara itu sendiri setelah Presiden Irak Saddam Hussein tewas digantung di negaranya. Yang menjadi pertanyaan kita sekarang, siapa yang membentuk Negara Islam di Irak, sekaligus di Suriah, sehingga bernama ISIS, Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS)?

Berpedoman kepada pidato kamoanye Donald Trump ketika kampanye, Barack Obamalah yang membentuk ISIS. Kenyataan awal berdirinya Negara Islam di Irak, memang demikian. Pasukan Irak banyak yang meninggalkan pos-posnya. Sangat mudah gerilyawan itu masuk ke Irak.

Pernyataan Haider al-Abadi ini tidak lama setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan gerilyawan Negara Islam di Suriah berhasil dikalahkan. Pertanyaan selanjutnya, kenapa bukan Presiden Suriah Bashar al-Assad yang mengatakan?

Selama ini memang Rusia yang membantu Presiden Suriah dari usaha penggulingan Amerika Serikat. Rusia bangkit lagi menjadi sebuah kekuatan di samping Amerika Serikat ialah sewaktu perang di Suriah ini.

Sebelumnya ketika Amerika Serikat menyerang Irak, Rusia waktu itu tidak berdaya apa-apa. Rusia ikut menyetujui serangan ke Irak di Dewan Keamanan PBB, meski menyatakannya belakangan. Waktu itu Rusia belum pulih sepenuhnya setelah  konsep pembaharuan Gorbachev gagal dilaksanakan.

Ketika saya ke Rusia di bulan Desember 1992 dalam rangka menuju Irak, pembaruan Gorbachev sangat berpengaruh kepada rakyat Rusia. Rakyat miskin semakin bertambah dan negara satelit Rusia, waktu itu masih bernama Uni Soviet, di antaranya memisahkan diri dan membentuk negara negara sendiri. Tetapi ketika Amerika Serikat masuk ke Suriah melalui pihak opisisi, waktu ini kekuatan Rusia sudah pulih. Lihatlah senjata mutakhir Rusia dikirim ke Suriah.

[irp posts="485" name="ISIS Redup, Jabhat al-Nusra Jadi Idola Baru Pengagum Teroris"]

Kembali ke masalah Negara Islam di Irak. Saya melihat, masuknya Irak dan perginya gerilyawan Negara Islam di Irak, mirip sama. Hal ini dikaitkan dengan masih berkomunikasinya pasukan Amerika Serikat. Lihat contoh sebuah surat yang dikeluarkan Sputniknews yang ditemukan di medan pertempuran di Irak. Isinya, kekuatan Negara Islam di Irak jangan menembak pesawat tempur Amerika Serikat yang sedang melintas.

Jika ISIS memang diminta Amerika Serikat mengakhiri tugasnya, sudah pasti ke depan akan muncul lagi skenario baru. Kelihatannya Amerika Serikat akan memainkan kartu suku Kurdi yang hingga kini tidak memiliki tanah air. Mereka ada di wilayah Irak, Iran, Suriah dan Turki. Ada bangsa, tetapi tidak memiliki tanah air.

Berbeda dengan warga Palestina yang awalnya memiliki tanah air, sekarang wilayahnya bertambah kecil karena pemerintah Israel menerapkan kebijakan mendirikan pemukiman baru di wilayah Palestina. Pun warga Palestina belum memiliki wilayah merdeka secara "de jure,," sehingga bisa saja tanah itu diklaim sebagai milik Yahudi.

***