Jenazah Pesepeda Indonesia Yang Meninggal di Nepal itu Segera Tiba

Senin, 11 Desember 2017 | 21:39 WIB
0
367
Jenazah Pesepeda Indonesia Yang Meninggal di Nepal itu Segera Tiba

Umartono Nafal Quryanto (28), pesepeda jarak jauh asal Indonesia yang meninggal dunia dalam perjalanannya menyusuri perbatasan India-Nepal, dijadwalkan akan dipulangkan dari India pada Senin, 11 Desember 2017. Kalau tidak ada halangan, jenazah Nafal akan tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada Selasa, 12 Desember 2017.

Dia dikabarkan meninggal dunia setelah terjatuh ke jurang di wilayah Uttarakhand, perbatasan antara India-Nepal, sebagaimana terlihat dari berbagai foto yang dirilis otoritas India dan tersebar di media sosial.

Nafal, kata berbagai media, sebelumnya sempat menggugah sebuah video ucapan selamat ulang tahun yang ditunjukkan kepada sahabat sesama pesepeda, yakni dokter Aristi.

Dikutip dari Wartakota, Lelaki yang lahir di Bogor, Jawa Barat itu pertama sekali mewujudkan impian keliling dunia dengan sepeda pada hari ulang tahunnya ke-28, tepatnya pada 11 Mei 2017, lima bulan yang lalu.

Dalam sejumlah media, sahabat Nafal, dokter Aristi mengatakan, kabar meninggalnya Nafal diketahuinya dari staf KBRI di New Delhi, Novandri Wibowo.

"Staf KBRI di New Delhi, Novandri Wibowo, kemarin sore menghubungi aku dan temanku. Kami awalnya belum percaya, lalu dikirimi foto ID dan sepedanya. Baru kami telepon kakaknya. Tetapi, kami belum pastikan sampai tadi pagi dapat kabar lagi bahwa jenazahnya ada di rumah sakit kecil di Uttarakhand," kata Aristi, Minggu 9 Desember 2017 kemarin.

Pedalis itu memang giat. Kabarnya, keliling dunia yang dilakukannya dengan sepeda bukan sekedar ingin mencari sensasi belaka. Mahasiswa Universitas Ibn Kaldun, Bogor itu memilki tujuan mulia, yakni memperkenalkan Indonesia. Dia telah berhasil melewati empat Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Laos.

Bahkan, Nafal butuh waktu tiga tahun untuk mempersiapkan dirinya agar bisa keliling dunia. Mulai dari perencanaan, merancang rute, dan menabung. Nafal juga melakukan serangkaian diskusi dengan pesepeda lainnya yang sebelumnya telah berhasil menyusuri jalur sepeda di Asia Tenggara sampai ke China.

Selama tiga tahun dia mempersiapkan perjalanan keliling dunia dengan sepeda itu, mulai dari perencanaan, merancang rute, dan menabung. Dia juga berdiskusi dengan sejumlah pengelana sepeda jarak jauh, seperti dr Aristi Pradjwalita yang sudah pernah menyusuri jalur sepeda di Asia Tenggara sampai ke China.

Selama perjalanan, Nafal memakai topi anak SD sebagai cara untuk memberitahu kepada siapapun yang melihatnya bahwa dia berasal dari Indonesia.

[caption id="attachment_5657" align="alignright" width="525"] Rongsolkan sepeda Nafal (Foto: Pedalku.com)[/caption]

Namun, 26 November 2017, kata kakak Nafal, Dewi ia mulai khawatir saat kedua kakak-beradik itu mulai hilang komunikasi. Terakhir, Nafal sempat mengatakan pada dirinya bahwa saat itu dia berada di wilayah yang susah mendapatkan sinyal ponsel.

"Dia bakal nggak bisa dihubungi karena akan lewat rute perjalanan yang susah untuk komunikasi, karena sudah masuk perbatasan," kata Dewi, saat ditemui di rumah duka, di Bogor, Jawa Barat, Senin 11 Desember 2017.

Dewi mengatakan, adiknya ingin mengelilingi dunia dengan sepeda terinspirasi dari sahabat-sahabatnya dari komunitas sepeda. Bahkan, kata dia, adiknya itu juga mulai hidup sehat dan sering latihan demi mencapai cita-citanya itu.

"Mulai sering latihan, hidup sehat, jarang naik motor lebih sering naik sepeda. Memang inspirasi Nafal itu dari para komunitas-komunitas pesepeda dari dalam dan luar negeri. Dia yakin bisa melakukan perjalanan ini sampai selesai karena support dari temen-temen komunitas juga," ungkap Dewi.

Salamat jalan Nafal.

***