Kalau saja Abu janda menggunakan matanya untuk membaca, penampilannya di ILC TV One beberapa waktu lalu tidak akan mempermalukan dirinya sendiri. Entahlah apakah Abu Janda masuk dalam golongan penulis atau penyinyir. Kalau penulis, membaca itu hukumnya wajib. Menulis tanpa membaca seperti memasak tanpa paham menu. Mestinya pake micin tapi malah pake jahe.
Seperti kerasukan setan komandan Kompeni ( belum dengar ya jenis setan itu? ) Abu Janda memerintahkan polisi menangkap pembawa bendera hitam bertuliskan lafadz syahadatain. Suaranya lebih keras dari komandan upacara. Kosa katanya khas, “ Tangkaaaaaap. “
Untuk mengurangi sedikit rasa malunya sebelum terlanjur ada yang bertanya dalil, buru-buru Abu Janda mengaku bukan ustadz. Dia juga buru-buru menolak menolak jika ada yang ada menyebut bendera itu adalah bendera Rasulullah. Dengan sok pede, dia memberi contoh bendera Rasulullah.
[irp posts="5380" name="Denny Siregar, TV One, Media Sosial dan Politik"]
Karena matanya cuma digunakan buat menggoda jejaka kampung sebelah, walhasil dia dipermalukan ust. Felix yang dengan akurasi pas mantab dengan sedikit jurus sombong untuk orang sombong, bahwa gambar yang ditunjukkan oleh Abu Janda adalah bendera Utsmani. Mata Abu janda langsung menyipit seperti orang teler.
Untuk menutupi rasa malunya, Abu Janda tetap ngotot kalau bendera hitam bertuliskan syahadatain adalah bendera HTI. Kalau saja mata Abu Janda digunakan untuk membaca, sedikit meluangkan waktu mengunjungi website resmi ini.
Pernyataan resmi Mendagri menyebutkan, Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Soedarmo membantah berita yang mengakabarkan kalau dirinya melarangan pengibaran bendera tauhid yang identik dengan logo dan lambang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
“Yang kami larang itu adalah bendera dengan simbol HTI, bukan bendera tauhid. Keduanya berbeda, kalau HTI ini mencantumkan tulisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di bawah kalimat Laillahaillallah,” kata Soedarmo lewat pesan singkatnya pada, Sabtu 22 Februari 2017 lalu.
Menurut dia, media tersebut menyebarkan informasi yang sifatnya provokatif tanpa melihat dampak yang akan timbul bagi bangsa dan negara ke depannya. Ia juga mengimbau agar publik tak bersikap reaktif dan terpancing dengan berbagai isu-isu pemberitaan seperti ini.
[irp posts="3539" name="Hanya Ustad" Felix Siauw Pesaing Berat Prabowo Saat Ini"]
Sangat mengherankan dari jutaan pasang mata yang menyaksikan Reuni 212, cuma Abu Janda yang punya foto bendera Arrayah berada di atas bendera Merah Putih. Dari mana foto itu? Siapa pembawa foto itu? Dari sejumlah foto, video yang beredar, bendera Merah Putih selalu ditaruh di atas bendera Arrayah.
Kalau pun foto itu benar, maka bahasanya kan bukan, “tangkaaaap” tapi minta kepada polisi untuk menyelidiki kebenaran foto itu dan minta untuk menindaknya. Jadi sangat mencurigakan. Jangan-jangan… ah sudahlah.
Kembali ke soal bendera. Kalau pake logika paspasan Abu Janda, bahwa setiap bendera warna hitam bertuliskan syahadatain pasti bendera HTI, maka Polandia menghina bendera kita karena menggunakan bendera terbalik. Monaco juga harus dituntut karena “menjiplak” bendera kita.
Celakalah kedua mata Abu Janda.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews