Marudang, Martabak Level Udang Rasa Pedas Kreasi Sidoarjo

Kamis, 2 November 2017 | 22:04 WIB
0
887
Marudang, Martabak Level Udang Rasa Pedas Kreasi Sidoarjo

Meski belum genap sebulan meluncur di Sidoarjo, Jawa Timur, Martabak Level alias MARVEL sudah berani turut serta lomba kuliner dalam rangka Hari Pangan se-Dunia ke-38 yang diadakan oleh Pemkab Sidoarjo dengan kemasan “Lomba Festival Udang”.

Marvel hadir dalam lomba pada Selasa, 31 Oktober 2017, ini dengan kreasi unik Martabak Udang alias Marudang. Martabak unik ini mengkombinasikan udang khas Sidoarjo dengan bumbu spesial Marvel yang digemari anak muda dengan selera pedasnya.

Rasanya akan beda dan tentu luar biasa rasanya dan bila penasaran kunjungi gerai Marvel di Sidokare Timur, Bundaran Air Mancur, Taman Pinang, Sidoarjo. Belum genap satu bulan buka, selain martabak, Marvel juga menyediakan Terang Bulan aneka rasa.

Menurut chef Marvel Nurman Hadi Setyawan yang akrab dipanggil Mas Iwan, sejak Marvel  launching sekitar awal Oktober 2017, sudah banyak digemari masyarakat Sidoarjo, terbukti dengan customer yang datang banyak yang kembali lagi untuk membeli.

Bu Ida, seorang pelanggan menyebutkan, “Makan martabak di Marvel itu endak enak di perut tapi di lidah goyang terus. Ketagihan, nich!” Lain lagi cerita Bu Endah. “Saya suka ke Marvel karena ada red velvet-nya, Ok rasanya lain dengan martabah manis di tempat lain,” ujarnya.

Menurut owner Marvel Muhammad Ali yang akrab dipanggil Gus Ali, ia visi-misi Marvel itu menghadirkan martabak asin/manis yang enak, disukai semua kalangan, selalu update dengan berbagai varian, sehat dengan bahan pilihan bermutu, enak rasanya tapi tetap terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Adalah Gus Ali yang sudah pengalaman dalam coach kuliner yang mencoba menggandeng seorang jurnalis dan Mas Mas Iwan, yang sudah 10 tahun tekuni dunia martabak. Keinginan Gus Ali pada 2003 yang lalu untuk belajar martabak akhirnya kesampaian juga.

Bersama dua sahabatnya ini, mereka menciptakan sebuah kuliner martabak yang bernama Marvel, pedasnya martabak level. Tepat di saat pekik Merdeka mengaum dan sepakat untuk usung kuliner ini dari ide ke dunia kuliner martabak yang sebenarnya.

Ada apa dengan Marvel? Martabak ini yang pertama kali mengenalkan martabak dengan level yang beda original, so hot, dan crazy hot. Ada sedekah dalam setiap gigitannya. Marvel mengusung konsep bisnis share to care.

“Sudah berinfak lima ratus rupiah dalam setiap pembelian martabak asin/manis. Jika biasanya Anda sampai menunggu lama ketika pesan martabak maka di Marvel Anda hanya butuh dua menit untuk menunggu,” ungkap Gus Ali kepada PepNews.com.

Dihadirkan cita rasa martabak pete dan martabak kupang, khas Marvel. Dengan hanya Rp15.000 Anda bisa menikmati martabak manis atau yang lebih dikenal dengan nama terang bulan. Dan, dengan Rp 18.000 Anda bisa menikmati martabak.

Boleh Mengembang Asal Sejalan

Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat tak pernah puas dengan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Selalu muncul keinginan untuk meraih yang lebih besar dan lebih baik. Itu dorongan naluriah yang sangat manusiawi.

Demikian pula dalam bisnis. “Ketika bisnis yang kita bangun sudah berjalan stabil bahkan cenderung meningkat, maka tidak ada salahnya mulai berpikir untuk melakukan diversifikasi usaha,” kata Gus Ali, pengusaha kuliner.

Jangan pernah biarkan keuangan perusahaan berada pada posisi hijau alias aman-aman saja. Kondisi ini akan membuat kita terlena atau bahkan kehilangan energi kreatif. Sehingga kita harus sengaja membuatnya ke posisi kuning.

Caranya, lanjut Gus Ali, dengan mengalokasikan sedikit dari keuntungan itu untuk membuka usaha baru. “Contohnya saya sendiri. Ketika gerai utama M2M sudah berjalan lancar, maka saya coba untuk membuka resto Asapasap,” ujarnya.

Berikutnya ia pun membuka cabang M2M di beberapa kota di Jawa Timur. Dibukanya gerai-gerai baru ini membuat Gus Ali harus kembali memeras otak dan tenaga seperti ketika awal ia membangun bisnis ini sebelumnya.

Langkah kreatif dan inovatif harus dikerahkan untuk menjadikan cabang-cabang baru ini sebaik induknya. Dan, setelah semuanya berjalan, muncul niat untuk membuka gerai yang baru dengan nama K5 Steak, disusul GO Fish & Chicken.

Kondisi seperti itu terus berulang dan berputar-putar hingga tak terasa hingga menjadi seperti sekarang ini. Saat melakukan usaha pengembangan ini, tumbuhan trust yang Gus Ali tanam sebelumnya menumbuhkan buah yang lain.

“Saya tak pernah kesulitan untuk menuai tambahan modal karena begitu banyak pihak, baik dari lembaga keuangan maupun pribadi, yang dengan sukarela mempercayakan dananya untuk saya kelola karena rasa percaya mereka pada track record saya,” lanjutnya.

Hanya saja, sama seperti saat memulai, dalam tahap pengembangan ini kita pun harus cermat dan jeli dalam melihat peluang. Langkah pengembangan ini juga harus disertai dengan perhitungan dan pertimbangan yang benar-benar matang.

Jangan terburu nafsu atau grusa-grusu. Syarat pertama adalah standar keuangan core bisnis harus sudah benar-benar ‘hijau, bukan semu hijau apalagi kuning muda’. Apalagi jika pengembangan usaha itu berbeda dengan core bisnisnya.

Walau menyimpang, ada baiknya pengembangan bisnis itu menunjang usaha utama. Misalnya mencoba peternakan ayam guna menunjang core bisnis berupa restoran yang bahan baku utamanya adalah daging ayam.

Langkah ini relatif lebih aman karena sekalipun hasil produksinya sama sekali tidak terserap pihak lain, minimal bisa memenuhi kebutuhan sendiri sehingga uangnya akan berputar-putar di dalam menejemen yang sama.

“Jika usaha kedua itu memang tidak ada hubungannya sama sekali dengan bisnis pertama, maka pertimbangan yang sangat cermat harus dilakukan guna menipiskan risiko,” ujar Gus Ali yang sudah punya 40 gerai M2M dan GO Fish & Chicken ini.

***