Pertemuan tertutup Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PDI Perjuangan selama tiga jam di Istana Batu Tulis, Bogor, Minggu 22 Oktober 2017 lalu mengundang banyak pertanyaan. Apalagi pada saat bersamaan, sore itu mestinya Jokowi hadir di GOR Delta Sidoarjo.
Sebelumnya, dalam peringatan tiga tahun Hari Santri Nasional (HSN) yang digelar di Sidoarjo itu, Jokowi menyatakan kesiapannya untuk hadir bersama puluhan ribu santri se-Jawa Timur tersebut. Namun, hingga menjelang akhir acara, Jokowi batal hadir.
Ternyata, ketidakhadiran Presiden di Sidoarjo ini karena ada tamu istimewa di Istana Batu Tulis, yaitu Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Menurut Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, pertemuan tersebut memang mendadak.
“Dan, sebagaimana kebiasaan Ibu Megawati, beliau menyiapkan menu makanan spesial buat Pak Jokowi. Makanan tersebut dimasak sendiri oleh Ibu Megawati,” kata Hasto Kristiyanto melalui keterangan tertulisnya kepada pers, hari Minggu itu usai pertemuan.
Dalam keterangannya itu, kata Hasto Kristiyanto menyebutkan, pertemuan sejak pukul 17.00 WIB itu berlangsung santai dan penuh canda. Namun beberapa kali, keduanya tampak serius ketika membicarakan topik tentang perpolitikan nasional.
Hasto Kristiyanto menolak untuk menjelaskan substansi dalam pertemuan tersebut karena itu pembicaraan empat mata. Namun, sumber PepNews.com menyebutkan, pertemuan Jokowi – Megawati itu juga membicarakan soal Pilkada 2018 dan Reshuffle.
Dalam Pilkada 2018 mendatang, PDI Perjuangan sangat berharap bisa menang di Jawa Barat dan Jawa Timur. Untuk Pilkada Jatim 2018, PDI Perjuangan dan PKB sudah mengusung Saifullah Yusuf , Wakil Gubernur Jatim, dan Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi.
Pasangan Gus Ipul – Azwar Anas maju Pilkada Jatim 2018 sebagai bakal calon gubernur dan bakal calon wakil gubernur Jatim 2018. Lawan yang akan dihadapinya adalah Khofifah Indar Parawansa, Menteri Sosial RI, yang sudah diusung Partai Golkar.
Daerah lain yang juga diincar PDI Perjuangan adalah Jawa Barat. Kabarnya, PDI Perjuangan mengincar Deddy Mizwar yang sudah “dibuang” oleh Gerindra, untuk dicalonkan sebagai bacagub Jabar. Tapi, hingga kini belum jelas benar bagaimana kelanjutan rencana itu.
Kabarnya, Demiz tersingkir karena terlalu keras menolak kehadiran proyek prestisius milik James Riyadi, Meikarta. Sikap Demiz tanpa kompromi itulah yang menyebabkan posisinya sebagai bacagub yang diusung Gerindra menjadikannya tersisih.
Sebenarnya, PDI Perjuangan berniat mengusung Ridwan Kamil, Walikota Bandung. Tapi, Walikota yang akrab dipanggil Kang Emil itu lebih memilih melalui Partai Nasdem sebagai bacagub Jabar. Kini, Kang Emil masih dicarikan bacawagub pendamping.
Dua wilayah (Jabar dan Jatim) tersebut menjadi “taruhan” bagi PDI-P untuk bertarung dalam Pilkada Serentak 2018. Sedangkan untuk Jawa Tengah, PDI Perjuangan tak merasa khawatir, karena di sini masih ada Ganjar Pranowo yang diyakini bakal menang lagi.
Makanya, sempat muncul pertanyaan terkait “ngototnya” Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak agar bisa menjadi bacawagub mendampingi Khofifah. Manuver putra mantan Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak ini, “mengejutkan”.
Meski pada akhirnya, konon, Megawati keberatan jika Emil Dardak maju sebagai bacawagub pendamping Khofifah. Dan, karena dinilai berhasil “mengacaukan” kekuatan Khofifah, Emil Dardak bakal ditarik menjadi Menteri PU dan Perumahan Rakyat.
Emil Dardak akan menggantikan Basuki Hadi Muljono yang menggeser posisi Luhut Binsar Panjaitan sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman. Luhut bakal menggeser posisi Darmin Nasution sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Darmin Nasution sendiri, dikabarkan, bakal menggantikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Sedangkan posisi Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa yang mengundurkan diri terkait dengan Pilkada Jatim 2018, bakal digantikan kader PDI Perjuangan.
Kabar santer pengganti Khofifah yaitu Djarot Syaiful Hidayat, mantan Wagub dan Gubernur DKI Jakarta. Ini apabila Tjahjo Kumolo masih dipertahankan sebagai Menteri Dalam Negeri. Jika tidak, maka posisi Tjahjo Kumolo akan digantikan oleh Djarot.
Konon, Tjahjo Kumolo tersingkir terkait dengan kegagalannya mengamankan Kementerian Dalam Negeri yang “diamuk” warga Kabupaten Tolikara beberapa waktu lalu yang sempat unjuk rasa di Kemendagri, sehingga menimbulkan kerusuhan massa.
Itulah di antara hasil pembicaraan tiga jam Jokowi dengan Megawati. Substansi pembicaraan jelas terkait dengan rencana reshuffle jajaran Kabinet Kerja dan kekhawatiran kekalahan PDI-P dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 terulang kembali di Pilkada 2018.
Moment Pilkada Serentak 2018 akan dipakai Jokowi untuk melakukan reshuffle. Apalagi, jika sebelumnya Jokowi juga tak menjamin tidak ada reshuffle tahun ini. Artinya, peluang Jokowi untuk melakukan reshuffle anggota Kabinet Kerja itu masih tetap ada.
Mengutip Merdeka.com, Presiden Jokowi mengaku tak menjamin adanya reshuffle kabinet tahun ini. Jokowi pun mengaku tetap mengevaluasi kinerja para anak buahnya dalam bekerja membantu presiden dan wakil presiden. “Belum tahu,” ujar Jokowi.
Beredar kabar Jokowi akan me-reshuffle Kabinet Kerja jilid IV. Menteri yang bakal terkena reshuffle adalah Sri Mulyani Indrawati. Namun, Jokowi pun memastikan tak ada perombakan kabinet atau reshuffle dalam waktu. “Enggak ada reshuffle hari ini enggak ada, minggu ini juga enggak ada,” tegas Jokowi, dikutip Antara, Jumat 14 Juli 2017.
Jadi, tak mungkin pembicaraan 3 jam antara Jokowi dengan Megawati itu hanya membahas dinamika politik nasional. “Kebiasaan membahas berbagai persoalan bangsa diantara kedua tokoh ini telah dilakukan sejak Pak Jokowi menjabat Walikota Solo,” ujar Hasto.
Terkait kuliner yang dimasak dan disiapkan Megawati untuk Presiden, menunya benar-benar khas Indonesia seperti ayam goreng bumbu lajak, sayur lodeh kesukaan Bung Karno, rendang ikan, ikan cue goreng, tempe goreng, dan bubur jagung.
Kalau mau jujur, itulah kepiawian Megawati dalam melobi Presiden Jokowi, karena dia tahu apa saja makanan kesukaan Jokowi. Sehingga, Megawati cepat tanggap dan memasakkannya. Dan, di sini ternyata ada aroma Pilkada dan Reshuffle.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews