Pernikahan Dini Sandiaga-Mardani Terancam Berakhir Sampai di Sini

Selasa, 13 September 2016 | 18:58 WIB
0
601
Pernikahan Dini Sandiaga-Mardani Terancam Berakhir Sampai di Sini

Sekian lama menjomblo tanpa pasangan, bagi kader Partai Gerindra Sandiaga Uno yang telah menjadi bakal calon Gubernur DKI Jakarta adalah siksaan. Namun siksaan itu segera berakhir setelah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyodorkan pasangan untuk Sandiaga, yaitu Mardani Ali Sera. Ibarat menemukan oase di padang pasar, kehausan akan hadirnya pasangan bakal calon wakil gubernur itu pun segera terpuaskan.

Tanpa melihat elektabilitas calon pasangannya, Sandiaga setuju dan mengajak Mardani langsung menikah tanpa pertunangan dan restu para mitranya, yakni anggota Koalisi Keleluargaan alias Kokeluar. Alhasil, pernikahan dini Sandiaga-Mardani itu terancam berantakan karena banyak mengecewakan beberapa kompradornya, antara lain Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Sandiaga memang hanya berhitung matematika sederhana ketika disodorkan Mardani, bahwa Gerindra yang memiliki 15 kursi DPRD plus PKS dengan 11 kursi, bisa segera mengusung pasangan calon gubernur dan wakilnya. Sebab, syarat partai atau gabungan partai dapat mengusung bakal pasangan gubernurnya minimal memiliki 22 kursi.

Bukan hanya sesama kamerad di Koalisi Kekeluargaan yang mempertanyakan elektabilitas Mardani, bahkan publik Jakarta pun bertanya-tanya siapa sosok politisi yang disodorkan PKS secara serta-merta itu.

Tentu saja keterkenalan Mardani tidak diragukan lagi di lingkungan terbatas PKS, tetapi di masyarakat luas nama Ahmad Dhani, Ratna Sarumpaet, Yusril Ihza Mahendra, Haji Lulung, dan Ustad Yusuf Mansyur jauh lebih moncer. Bahkan di kalangan PKS sendiri, nama Mardani pasti kelelep jika dibandingkan Fahri Hamzah atau Fathanah.

Namun bagi Ketua Dewan Syariah Wilayah PKS DKI Jakarta Abdurrahman Suhaimi nama Mardani Ali Sera bukan nama yang baru kemarin sore terdengar. "Kalau di internal PKS-nya mah sudah dikenal. Beliau (Mardani) di bidang kepemudaan dan pernah menjadi wakil sekjen," kata Suhaimi sebagaimana diberitakan Kompas.com, Jumat 9 September 2016.

Menurut Suhaimi, Mardani bergelar doktor, anggota DPR yang secara politik, secara akademis, secara pengalaman organisasi, dan pengalaman di partai cukup memadai untuk ditunjuk menjadi bakal calon wakil gubernur mendampingi Sandiaga. Selain itu, Mardani juga orang DKI. "Artinya lahirnya di DKI, orang Betawi begitu, jadi untuk masalah DKI, beliau tahu," jaminnya.

PKS tak lupa mengklaim bahwa Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto telah merestui pasangan Sandiaga-Mardani untuk bertarung di palagan Pilkada Jakarta 2017 melawan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang santer disebut bakal berpasangan dengan Djarot Saeful Hidayat.

Namun klaim PKS bahwa pasangan Sandiaga-Mardani telah direstui Prabowo dipatahkan Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta Mohammad Taufik. Menurut dia, Prabowo belum menyetujui kader PKS Mardani diusung menjadi pendamping Sandiaga Uno. Alasannya, Mardani harus mengikuti uji kelayakan dan kepatutan terlebih dahulu sebelum bisa menjadi wakil Sandiaga. "Belum (disetujui), 'kan harus melalui fit and proper test untuk cawagub," katanya.

Sebagaimana telah diulas PepNews! sebelumnya bahwa PKS berkontribusi atas perpecahan Koalisi Kekeluargaan dengan didorongnya Mardani secara sepihak. Setidak-tidaknya PKB balik badan dan mengancam membuat "Poros Baru" dengan mendorong Yusril Ihza Mahendra yang akan dipasangkan dengan Sekda DKI Jakarta Saefullah.

Demikian pula PPP yang langsung menyatakan tidak akan merestui pernikahan dini pasangan Sandiaga-Mardani. PPP mengancam akan mengalihkan perhatian kepada Yusuf Mansyur.

Dengan belum disetujuinya pasangan Sandiaga-Mardani oleh Prabowo dan ancaman PKB dan PPP yang merupakan anggota KoKeluar, nasib pasangan yang belum merasakan indahnya bulan madu ini terancam bubar.

Sandiaga sendiri tidak bisa lepas dari Gerindra secara dia adalah kadernya yang didorong sebagai bakal calon gubernur. Tanpa restu Prabowo, sulit bagi Sandiaga untuk mengajak kawin lari politik pasangannya itu.

Mardani juga seperti serba salah. Mau tersenyum gembira bukan saatnya, mau sedih bermuram durja juga masih dalam suasana euforia. Pilihan terbaiknya memang tidak banyak bicara dan tidak menonjolkan diri seperti Sandiaga Uno.

***