Saat Presiden Joko Widodo akan memberhentikan Arcandra Tahar selaku Menteri Energi Sumber Daya Mineral, tidak banyak yang tahu bahwa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok diam-diam keluar dari samping Istana setelah menemui Presiden Jokowi.
Apa urgensinya pertemuan antara Ahok-Jokowi di tengah situasi genting? Tidak banyak yang menelisik. Perhatian media luput atas peristiwa itu, tidak mengendus dan menghubung-hubungkan kemungkinan kehadiran Ahok untuk menggantikan Arcandra. Padahal, tidak ada yang tidak mungkin dalam dunia politik karena "Politics is the art of possibilities".
Memang kepada pers yang memergokinya Ahok hanya mengatakan melaporkan harga daging dan operasi pasar di DKI Jakarta, bukan tawaran Jokowi kepadanya untuk menggantikan posisi Arcandra. Tetapi, alasan mengurusi daging di saat persediaan masih melimpah ruah di Jakarta, kurang tepat. Sayang, media tidak menelisiknya lebih dalam.
Mengapa Ahok? Yang dibutuhkan untuk menjadi Menteri ESDM selain keahlian khusus di bidang tambang, minyak, dan energi, adalah nyali alias keberanian.
Nyali dan keberanian untuk melawan mafia migas. Kalau soal nyali dan keberanian, Ahok memang layak dicurigai sebagai orang yang ditawari Presiden Jokowi untuk menggantikan Arcandra.
Lha, bukannya Ahok lekat sebagai birokrat, kepala daerah, yang jauh-jauh dari urusan minyak dan gas bumi? Benar, tetapi Ahok adalah jebolan Fakultas Teknik, Teknik Geologi Universitas Trisakti, yang ilmunya tidak jauh-jauh dari kandungan dalam bumi, antara lain minyak bumi dna gas. Sedangkan S2 Ahok di jurusan Manajemen Prasetya Mulya.
Jika Ahok menjadi Menteri ESDM, otomatis pencalonan dirinya selaku Gubernur DKI petahana gugur dengan sendirinya. Kalau Ahok mundur, tertawalah sedikit Sandiaga Uno maupun Djarot Saeful Hidayat, bahkan mungkin Ahmad Dhani. Sebab, mereka sangat berpeluang menjadi gubernur DKI Jakarta jika Ahok tidak turun dalam Palagan Pilkada 2017.
Momen ini bertepatan dengan pidato epic Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, boss Sandiaga, bahwa mereka yang tidak memilih Sandiaga adalah "Antek Asing". Atas dukungan moril bossnya ini Sandiaga semakin percaya diri setelah kesendiriannya di metromini yang ibarat "Mahluk Manis dalam Bis" tidak mengesankan publik. Dengan imbauan Prabowo dan kemungkinan Ahok mundur dari pencalonan, peluangnya sangat terbuka.
Demikian pula PDIP tanpa keraguan akan mendorong Djarot Saeful Hidayat yang kini menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk maju sebagai bakal calon gubernur. Siapa bakal calon wakilnya, bisa dicari dari Koalisi Kekeluargaan alias KoKeluar dan Koalisi Golkar, Nasdem, Hanura alias KoGaNahan.
Hanya saja, ucapan Prabowo bisa jadi pedang bermata ganda. Warga etnis Betawi sebagai "pemilik" kota Jakarta dan jamaah Habib Rizieq yang tidak memilih Sandiaga mau tidak mau akan dicap sebagai "Antek Asing" jika tidak memilih Sandiaga. Antek asing itu bisa antek Amerika, antek Tiongkok, antek Turki, atau antek Arab.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews