Panglima TNI Gatot Nurmantyo pensiun per maret 2018. Sebagaimana prediksi banyak pihak. Panglima berpotensi maju dalam Pemilihan Pasangan Presiden dan Wakil Presiden 2019.
Bagi Gatot, kesempatan emas memimpin Indonesia bisa dipertimbangkan. Gatot adalah prajurit. Dalam relung hati terdalamnya, pengabdian terhadap bangsa dan negara terpatri kuat. Kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia akan diperjuangkan. Dengan mengenakan pakaian militar maupun paska pensiun.
Akan tetapi, politik selalu menggunakan hitung-hitungan survei. Katanya sih untuk mengukur tingkat keterkenalan dan ketokohan seseorang. Hasil survei berpengaruh dalam pertimbangan partai politik untuk mengusung bakal calon Presiden dan Wakil Presiden.
[irp posts="4501" name="Panglima TNI Baru Perhatikan Poros Maritim dan Tak Berpolitik Praktis"]
Nah, sekarang bagaimana potensi popularitas Panglima TNI Gatot Nurmantyo? Peps merekam hasil survei dari Segitiga Institute, SMRC, Median dan KedaiKopi. Lihat saja nama Panglima selalu masuk dalam survei dengan angka yang berbeda.
Segitiga Institute
Kompas.com merekan hasil survei yang dilakukan Segitiga Institute. Menurut Segita Institute, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo merupakan tokoh yang paling banyak dipilih untuk menjadi presiden dengan latar belakang militer.
"Dari data yang diperoleh, ternyata pilihan tertinggi jatuh pada Gatot Nurmantyo yang tingkat elektabilitasnya mencapai 35,9 persen," ujar Direktur Eksekutif Segitiga Institute Muhammad Sukron di Jakarta, Sabtu 30 Desember 2016.
Survei bertajuk "Kerinduan Publik Akan Pemimpin Militer" ini dilakukan dengan pertanyaan yang mengerucut kepada sosok pimpinan berlatar belakang militer. Sukron mengatakan, pihaknya memberikan pertanyaan tertutup dengan menawarkan empat nama yang pernah menjadi panglima TNI.
Kata Segitiga Institute:
Di bawah Gatot menyusul nama Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto dengan elektabilitas 27,4 persen. Kemudian, Jenderal (Purn) Moeldoko dengan elektabilitas 19,3 persen, dan disusul Laksamana TNI (Purn) Agus Suhartono dengan 2,2 persen. Muncul pula nama mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Pramono Edhie Wibowo dalam survei tersebut meskipun Pramono Edhie tidak pernah menjabat panglima TNI. Elektabilitas Pramono dalam survei ini mencapai 18,6 persen.
Mujani Research & Consulting ( SMRC)
Berbanding terbail dengan Segitiga Institute, Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting ( SMRC) Djayadi Hanan mengatakan, elektabilitas Gatot Nurmantyo masih rendah.
"Gatot Nurmantyo masih rendah, masih di bawah 1 persen (0,3 persen). Itu top of mind, dukungan solid yang agak sulit diubah," kata Djayadi, di Kantor SMRC, Jakarta, Kamis, 5 Oktober 2017.
Kata Djayadi, Gatot akan susah menggaet kekuatan politik. karena sisa waktu Pilpres 2019 yang kurang dari dua tahun lagi.
Berikut hasil survei yang dilakukan SMRC, saat responden ditanya siapa yang akan dipilih sebagai Presiden jika Pilpres digelar saat ini:
Media Survei Nasional (Median)
Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun mengatakan, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo berpeluang dalam bursa calon Presiden RI pada 2019 mendatang.
[irp posts="4518" name="Jokowi Masih Rahasiakan Nama Panglima TNI Yang Baru"]
Dari hasil survei Median yang dimuat oleh Tribun News, Jenderal Gatot menempati urutan kelima dari 10 tokoh nasional, dengan elektabilitas 2,8 persen.
"Jenderal Gatot tetap tetap berpeluang (Capres 2019)," kata Rico Marbun saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Senin, 2 Oktober 2017.
Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI)
Pendiri Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), Hendri Satrio, turut berkontribusi dalam memuat nama Panglima dalam surveinya.
Dalam berita yang dimuat oleh Tempo.co, Hendri mengatakan elektabilitas Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai calon wakil presiden pendamping Joko Widodo berada di angka 12 persen. Angka tersebut ada dalam hasil survei KedaiKOPI yang akan dirilis, Minggu, 8 Oktober 2017.
"Survei ini dilakukan terhadap 800 responden di delapan provinsi, tiga minggu kami melakukan survei," kata Hendri dalam acara diskusi Politik Bukan Panglima di restoran Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu, 7 Oktober 2017.
Cepat tepat
Terkenang pesan seorang bapak kepada anaknya, jika cita-cita tinggi, maka kerjakan nasehat ‘cepat dan tepat’. Karena nasehat ‘biar lambat asal selamat’ telah usang ditelan perkembangan zaman.
Jika Panglima Gatot ingin menambah tingkat elektabilitasnya, maka nasehat ‘Cepat dan tepat’ menjadi solusi. Apalagi dalam budaya militer sudah terbiasa gerakan ‘cepat’ dan ‘tepat’.
Hitung-hitungan ini tentu bisa dipertimbangkan untuk mengukur popularitas seseorang. Tentu saja lembaga survei tidak mengungkap rahasia meningkatkan popularitas secara detil. Semua kembali kepada Panglima, apakah ia berniat menghubungi semua lembaga survei. Kemudian meminta nasehat politik? Tergantung Gatot.
Tapi ingatlah wahai Panglima, namanya saja survei. Dia seperti ramalan politik. Bisa saja benar atau tidak. Semua tergantung dengan strategi ‘cepat’ menggunakan alat dan ‘Tepat’ mengenai sasaran.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews