GWK

Kini, GWK menggeliat lagi. Ratusan pengunjung tadi terlihat berjalan, berfoto, menonton pertunjukan di berbagai venue di dalam kawasan GWK.

Kamis, 4 Agustus 2022 | 06:56 WIB
0
155
GWK

Nun di perbukitan batu Kabupaten Badung, Bali, teronggok mahakarya seniman I Nyoman Nuarta ini. Sudah empat tahun selesai, baru tadilah saya sampai ke sini. Sudah keduluan ribuan orang asing -- tapi tak apalah. 

Patung Garuda Wisnu Kencana ini tinggi benar. Menjulang seperti raksasa nangkring di langit. Ia memang raksasa yang menjejak gedung setinggi 121 meter - lebih tinggi dari Patung Liberty di Amerika Serikat.

Konstruksinya seberat lebih 2.000 ton dari tembaga dan kuningan, ditopang 21.000 batang baja, dan dirangkai dengan 170.000 baut besi.

Sebenarnya, kawasan GWK ini sudah dibangun semenjak 32 tahun lalu oleh I Nyoman Nuarta. Anggarannya ternyata begitu besar dan tak mungkin disangganya sendiri. Ketika bukit-bukit batu sudah dipapas, potongan kepala garuda sudah teronggok di satu pojok, dan patung separuh badan Dewa Wishnu di pojok lain, saya sempat datang berkunjung.

Itu sekitar 10 tahun lalu. Saat itu pengunjung sudah banyak.

Lalu Alam Sutra, perusahaan besar pengelola banyak kawasan perumahan dan mal, akhirnya mengambil alih kelanjutan proyek ambisius I Nyoman Nuarta ini. 

Begitu bangunan utama, Garuda Wisnu Kencana di atas gedung tinggi di belakang saya ini selesai empat tahun lalu, pengunjung kian membludak. Hampir satu juta wisatawan datang dalam setahun, sampai kemudian pandemi datang dan GWK jadi sepi. 

Kini, GWK menggeliat lagi. Ratusan pengunjung tadi terlihat berjalan, berfoto, menonton pertunjukan di berbagai venue di dalam kawasan GWK.

Cuaca cerah, tak panas benar. Langit terang. Paruh sang garuda kukuh dan jumawa terlihat menantang di pucuk gedung.

***