Tahun Toleransi

Itu karena UEA ingin tetap menanamkan nilai-nilai toleransi dalam masyarakat multikultural. Dengan cara itu UEA menegaskan kembali sebagai negara metropolis yang sangat toleran.

Kamis, 4 Juli 2019 | 11:11 WIB
0
352
Tahun Toleransi
Pencakar langit Dubai (Foto: Hipwee)

Ini bukan soal putusan Mahkamah Konstitusi. Bukan pula soal damai di Papua. Tapi oleh-oleh dari Dubai. Kalau date line tertulis Timika, semata karena coretan dibuat di sela-sela riset untuk Papua.

Mendadak Dubai hanya karena tawaran “Buy 1 Get 1” beberapa bulan yang lalu. Hampir lupa tanggal dan bulan keberangkatan kalau tiga teman yang lainnya tidak meributkan kostum apa yang akan dibawa dan dikenakan.

“You can see,” ujarku menyebut jenis pakaian yang memungkinkan see yang tak seharusnya boleh di-see. Janganlah... meskipun negara Arab yang terbuka, pakai pakaian yang sopan lebih baik.

Dan inilah kota di Uni Emirat Arab (UEA) yang sangat modern dan terbuka. Banyak perempuan mengenakan cadar, tapi yang pakai hotpants tak terhitung jumlahnya. Mereka lalu lalang saling bincang tanpa risih. Laki-laki mengenakan busana Nabawi. Jauh dari kesan angker, apalagi radikal fundamentalis.

Hak pribadi sangat dihormati dalam rangka menghargai hak orang lain untuk hidup nyaman. Jangan kaget kalau whatsapp call tidak berfungsi di kota yang memiliki teknologi informasi dan telekomunikasi canggih.

Ada yang mengatakan, pembatasan aplikasi sosial media untuk melindungi provider lokal. Ada juga yang menyebut kebijakan itu agar dampak buruk sosial media tidak merusak harmoni masyarakat.

Pemandu wisata yang membawa kami, lebih ekstrim lagi menjelaskan. Jangan pernah memotret orang tak dikenal di tempat umum sekalipun dengan cara pura-pura selfie. Kalau yang bersangkutan tahu dan tidak suka, mereka bisa lapor polisi. Tak sampai satu jam polisi akan menangani laporan itu.

Iyalah... polisi cepat bertindak. Seluruh kota dicover CCTV, sekalipun tak berkeliaran di tempat umum, polisi cepat menjangkau tempat kejadian peristiwa dengan Lamborghini atau Ferrari. Cie cieee jadi pengen masuk Akpol Dubai nih.

Keamanan terjamin. Perempuan berrok mini jalan malam-malam gak bakalan dicolek laki-laki iseng hidung belang. Masih kata si pemandu wisata, ia pernah menemani kawannya perempuan Arab yang ditatap lekat-lekat seorang pria.

Risih diperlakukan seperti itu, didatanginya laki-laki ganjen itu dan menegur dengan membacakan salah satu ayat dalam Quran. Bahkan ia mengancam akan lapor polisi bila sikapnya tak berubah.

Kalau kehidupan sosial di Dubai sudah sangat harmonis, menghargai sesama yang memiliki perbedaan ras, suku, kewarganegaraan, kenapa masih mencanangkan 2019 sebagai tahun toleransi?

Itu karena UEA ingin tetap menanamkan nilai-nilai toleransi dalam masyarakat multikultural. Dengan cara itu UEA menegaskan kembali sebagai negara metropolis yang sangat toleran. Slogan tidak hanya berhenti dalam upacara dan pernyataan tetapi diimplementasikan dalam undang-undang.

Ah... jadi pengen menyinggung toleransi di Indonesia. Tak usahlah...

Kristin Samah, penulis dan mantan jurnalis.

 ***