Menjadi ibu saja, adalah sebuah pilihan yang sudah disadari konsekuensinya. Memang tidak mudah dan melelahkan.
Pertanyaan di atas seringkali berubah jadi perdebatan panjang, di antara para ibu yang memiliki pilihan yang berbeda. Masing-masing memiliki pembenaran sendiri. Dan perdebatan itu tidak menemukan titik akhir. Karena sudah diawali dari titik pandang yang berbeda.
Penulis pernah mengalami kedua-duanya. Jadi secara prinsip jauh berbeda dan keduanya sama sekali tidak bisa diperdebatkan. Apalagi yang sering mendasari perdebatan adalah ibu rumah tangga itu tidak mendapat gaji dan jam kerjanya tidak jelas. Sebuah pemikiran yang keliru jika menempatkan gaji dan jam kerja sebagai salah satu dasar perbedaan ibu yang bekerja dengan ibu rumah tangga.
Tak ubahnya menyamakan sebuah lembaga pernikahan dengan perusahaan. Rasanya seperti mendegradasi hakikat sebuah pernikahan yang merupakan kesepakatan sepasang suami istri menjalani rumah tangga mereka. Termasuk jika di dalamnya ada kesepakatan apakah sang istri ikut mencari nafkah atau tetap di rumah.
Secara prinsip tanggung jawab seorang ibu atau istri dalam sebuah lembaga pernikahan tetaplah sama, terlepas pilihan akan tetap bekerja setelah menikah atau menjadi ibu rumah tangga. Ada anggapan bahwa ibu yang bekerja seringkali abai terhadap kehidupan keluarganya karena hanya sibuk di luar dan fokus pada karir, anak-anak lebih dekat pada baby sitter ketimbang ibunya sendiri.
Tapi tak ada yang bisa menjamin seorang ibu rumah tangga akan jadi istri atau ibu yang ideal. Karena seorang ibu rumah tangga yang jenuh dan depresi dengan belitan ekonomi bisa saja melahirkan prilaku penuh kekerasan dalam rumah tangga.
Baik ibu yang bekerja dan ibu rumah tangga punya tanggung jawab yang sama dalam menjaga keharmonisan keluarga dan proses tumbuh kembang anak-anaknya. Dan kedua pilihan itu sama-sama memiliki resiko dan harga yang harus dibayar baik oleh si ibu sendiri atau mempengaruhi semua anggota keluarganya.
Di era serba maju seperti sekarang, anak-anak perlu pendampingan lebih baik. Ibu yang bekerja atau yang di rumah saja harus bisa menyediakan waktu berkualitas pada anak-anak, tidak memberikan sisa waktu saja.
Tentu saja ini juga tanggung jawab dan kesepakatan bersama suami isteri. Karena anak-anak tidak pernah memilih berada dalam keluarga yang seperti apa.
Yang terpenting bukanlah memperdebatkan dua pilihan para ibu yang berbeda ini. Tapi memastikan setiap ibu bahagia menjalani pilihan mereka masing-masing. Menjadi ibu saja, adalah sebuah pilihan yang sudah disadari konsekuensinya. Memang tidak mudah dan melelahkan. Tapi bukankah dipercaya sebagai seorang ibu adalah sebuah anugerah. Jadi mari kita jalani tanggung jawab sebagai seorang ibu dengan baik dan riang hati.
Selamat Hari Ibu untuk semua Ibu Indonesia
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews