Dari tiga putri pasangan Laszlo Polgar dan Klara, yang paling mudah itu adalah menulis tentang Sofia, karena prestasinya di bidang catur tidak sehebat Susan dan Judit meski ia juara dunia catur rapid tahun 1986.
Susan, Sofia dan Judit Polgar adalah nama-nama tenar di dunia catur. Tetapi dibandingkan dengan kakak dan adiknya, Sofia memang agak sedikit berbeda. Kalau Susan dan Judit mengabdikan seluruh hidup mereka untuk catur, maka setelah dewasa Sofia mengambil jalan lain.
“Sophia adalah artis dalam keluarga," kata Susan mengomentari adiknya ini. Dia senang bermain catur, tetapi pada bagian analisis menjadi beban baginya." Sofia berjuang keras untuk menciptakan keindahan di dalam permainan caturnya tapi melupakan sisi lainnya, seperti instink membunuh” tambahnya.
Namun secara tidak langsung Susan memuji bahwa Sofia memiliki bakat catur lebih di banding dirinya dan Judit. Pada usia 14 tahun Sofia meraih performance rating 2700+ dalam sebuah turnamen di Roma setelah membukukan 8½ poin dari sembilan babak dengan menyikat GM-GM dari Uni Soviet.
Ironisnya Sofia kemudian tidak pernah meraih gelar GM mungkin karena hatinya sudah tertarik pada hal-hal lain selain catur. Ia pensiun dengan gelar IM di depan namanya.
"Catur itu terlalu sedikit buat saya," kata Sofia. Maksudnya masih banyak hal-hal lain yang perlu dipelajari di dunia ini selain catur. Maka dia pun belajar melukis dan desain interior.
Sofia berhenti bermain catur setelah menikah tahun 1999 dengan GM Israel Dr. Yona Kosashvili yang juga seorang ahli bedah ortopedi. Setelah sempat tinggal di Toronto, Kanada, sekitar tahun 2012 Sofia, suami dan dua anak mereka Alon dan Yoav memutuskan untuk menetap di Tel Aviv, Israel.
Ternyata dari tiga putri pasangan Laszlo Polgar dan Klara, yang paling mudah itu adalah menulis tentang Sofia, karena prestasinya di bidang catur tidak sehebat Susan dan Judit meskipun ia juara dunia catur rapid tahun 1986.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews