'Kekuatan' Jari Jemari

Jadi sisihkan waktu untuk berhenti sejenak ketika ada godaan membagikan berita yang masih diragukan kebenarannya.

Selasa, 7 Desember 2021 | 08:26 WIB
0
132
'Kekuatan' Jari Jemari
Jemari seringkali lebih cepat bereaksi dibanding otak

"Eh, tolong berita yang baru saya 'share' barusan jangan diteruskan ya. Ternyata hoax!"

Mungkin kalimat di atas sudah sering ditemui di berbagai grup obrolan dan platform media sosial. 'Niat' yang baik untuk mencegah orang meneruskan berita bohong yang sudah terlanjur dia share' tanpa proses cek dan ricek.

Tapi yang tidak pernah kita sadari saat terburu-buru membagi sebuah berita adalah : sudah berapa orang yang terlanjur meneruskan berita bohong itu dengan bermodalkan tombol berbagi pada ponsel pintarnya?

Di era teknologi informasi sedemikian pesat, sebagian besar orang sudah menggunakan ponsel pintar untuk mempermudah aktivitasnya. Apalagi selama pandemi yang memaksa mobilitas orang jadi lebih banyak dihabiskan di rumah. Jelas keberadaan ponsel pintar amat membantu.

Orang dipermudah untuk mendapatkan berbagai kebutuhan sehari-hari tanpa harus keluar rumah. Berbagai layanan publik juga sudah bisa diakses lewat ponsel pintar. Di ujung jari jemari semua bisa didapat.

Dan liukan jari-jemari juga mempermudah orang mendapatkan berbagai informasi hingga membagikannya. Tapi seringkali ponsel pintar tak menjamin penggunanya cukup bijak menelisik kebenaran sebuah informasi. Bahkan tak jarang orang-orang dengan latar pendidikan tinggi ikut membagikan berita bohong tanpa proses cek dan ricek.

Dan informasi yang beredar di berbagai platform media sosial sudah sedemikian canggih, ada yang menambahkan angka dan data untuk meyakinkan pembacanya. Dan tak jarang juga mencatut nama-nama orang penting dari berbagai bidang, sehingga terlihat isinya seperti 'berbobot'.

Pernahkah terbayang di benak kita, apa jadinya ketika kita dengan mudah ikut meneruskan berbagai informasi dan berita tanpa proses cek dan ricek? Pernahkah kita membayangkan respon berbeda-beda dari setiap orang yang menerima informasi bohong itu bisa menyisakan dampak buruk?

Mungkin belum ada data yang pasti berapa prosentase pengguna ponsel pintar di negara kita yang juga suka 'mengkonsumsi' berita bohong dan cepat meneruskannya ke segala penjuru. Tapi kita dapat melihat contoh nyata bagaimana kekuatan berita-berita bohong membuat orang rela menyerbu supermarket saat awal pandemi, karena kekuatiran akibat simpang siurnya berita dan orang sudah sulit menemukan mana berita yang valid.

Terkadang, hanya perlu meluangkan sedikit waktu untuk melakukan cek dan ricek. Jari jemari yang digunakan pada ponsel pintar tak harus selalu digunakan untuk menekan tombol 'berbagi postingan'. Jari jemari dapat digunakan untuk mencari informasi pembanding.

Ada kala jari jemari dibiarkan beristirahat sejenak agar tak terlalu sibuk membuat komentar yang bisa saja bukan bidang keahlian kita. Banyak membaca itu jelas perlu. Tapi menyaring bacaan jauh lebih perlu. Jari jemari terlihat kecil tapi dalam kehidupan serba maya, kekuatan jari jemari menggantikan fungsi mulut dalam kehidupan nyata. Kecil tapi sanggup mengendalikan apa yang baik dan buruk.

Jadi sisihkan waktu untuk berhenti sejenak ketika ada godaan membagikan berita yang masih diragukan kebenarannya. Berkomentarlah sesuai dengan apa kemampuan dan bidang kita masing-masing. Jika membagikan berita dan berkomentar tak membawa kebaikan, itulah saatnya jari jemari kita beristirahat sejenak.

***