Jadi sisihkan waktu untuk berhenti sejenak ketika ada godaan membagikan berita yang masih diragukan kebenarannya.
"Eh, tolong berita yang baru saya 'share' barusan jangan diteruskan ya. Ternyata hoax!"
Mungkin kalimat di atas sudah sering ditemui di berbagai grup obrolan dan platform media sosial. 'Niat' yang baik untuk mencegah orang meneruskan berita bohong yang sudah terlanjur dia share' tanpa proses cek dan ricek.
Tapi yang tidak pernah kita sadari saat terburu-buru membagi sebuah berita adalah : sudah berapa orang yang terlanjur meneruskan berita bohong itu dengan bermodalkan tombol berbagi pada ponsel pintarnya?
Di era teknologi informasi sedemikian pesat, sebagian besar orang sudah menggunakan ponsel pintar untuk mempermudah aktivitasnya. Apalagi selama pandemi yang memaksa mobilitas orang jadi lebih banyak dihabiskan di rumah. Jelas keberadaan ponsel pintar amat membantu.
Orang dipermudah untuk mendapatkan berbagai kebutuhan sehari-hari tanpa harus keluar rumah. Berbagai layanan publik juga sudah bisa diakses lewat ponsel pintar. Di ujung jari jemari semua bisa didapat.
Dan liukan jari-jemari juga mempermudah orang mendapatkan berbagai informasi hingga membagikannya. Tapi seringkali ponsel pintar tak menjamin penggunanya cukup bijak menelisik kebenaran sebuah informasi. Bahkan tak jarang orang-orang dengan latar pendidikan tinggi ikut membagikan berita bohong tanpa proses cek dan ricek.
Dan informasi yang beredar di berbagai platform media sosial sudah sedemikian canggih, ada yang menambahkan angka dan data untuk meyakinkan pembacanya. Dan tak jarang juga mencatut nama-nama orang penting dari berbagai bidang, sehingga terlihat isinya seperti 'berbobot'.
Pernahkah terbayang di benak kita, apa jadinya ketika kita dengan mudah ikut meneruskan berbagai informasi dan berita tanpa proses cek dan ricek? Pernahkah kita membayangkan respon berbeda-beda dari setiap orang yang menerima informasi bohong itu bisa menyisakan dampak buruk?
Mungkin belum ada data yang pasti berapa prosentase pengguna ponsel pintar di negara kita yang juga suka 'mengkonsumsi' berita bohong dan cepat meneruskannya ke segala penjuru. Tapi kita dapat melihat contoh nyata bagaimana kekuatan berita-berita bohong membuat orang rela menyerbu supermarket saat awal pandemi, karena kekuatiran akibat simpang siurnya berita dan orang sudah sulit menemukan mana berita yang valid.
Terkadang, hanya perlu meluangkan sedikit waktu untuk melakukan cek dan ricek. Jari jemari yang digunakan pada ponsel pintar tak harus selalu digunakan untuk menekan tombol 'berbagi postingan'. Jari jemari dapat digunakan untuk mencari informasi pembanding.
Ada kala jari jemari dibiarkan beristirahat sejenak agar tak terlalu sibuk membuat komentar yang bisa saja bukan bidang keahlian kita. Banyak membaca itu jelas perlu. Tapi menyaring bacaan jauh lebih perlu. Jari jemari terlihat kecil tapi dalam kehidupan serba maya, kekuatan jari jemari menggantikan fungsi mulut dalam kehidupan nyata. Kecil tapi sanggup mengendalikan apa yang baik dan buruk.
Jadi sisihkan waktu untuk berhenti sejenak ketika ada godaan membagikan berita yang masih diragukan kebenarannya. Berkomentarlah sesuai dengan apa kemampuan dan bidang kita masing-masing. Jika membagikan berita dan berkomentar tak membawa kebaikan, itulah saatnya jari jemari kita beristirahat sejenak.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews