Kata seorang bijak, setiap orang sesungguhnya membawa kegembiraan. Ada yang menggembirakan bila ia datang, ada juga yang menggembirakan bila ia pergi.
Lebih sepuluh tahun lalu, di zaman blog mulai disenangi publik, ada yang meramal: tak lama lagi setiap orang punya halaman di Internet. Ramalan itu terbukti. Media sosial telah mewujudkannya. Masyarakat dunia maya terbentuk dengan segala warnanya.
Di Facebook ini juga.
Setiap rumah di Facebook punya cirinya sendiri. Ada yang beratap merah saga, penghuninya selalu marah, kata-katanya seperti ayunan pukulan ganda.
Ada pula yang beratap lembayung, penghuninya kemayu, tulisannya mendayu-dayu, keluh-kesahnya seperti lirik keroncong Melayu.
Juga tak sedikit rumah berdinding jingga, penghuninya merindu pada kekasih yang jauh. Isinya curahan hati dan kata cinta merayu. Dia patah hati melulu.
Ada rumah yang dihuni orang bijak-laksana, yang penuh petuah-petuah dan kutipan-kutipan matang dari para legenda dunia.
Eh, dan tentu saja, rumah para alim dan pendakwah yang tak lelah mengingatkan para pendosa, seraya menangisi dunia yang kian gila.
Ya, inilah masyarakat dunia maya.
Halaman Facebook saya ini, tuan dan puan, ibarat rumah tak berdaun pintu. Siapa pun boleh datang dan pergi. Tak harus datang tampak muka, tak perlu pergi tampak punggung.
Baca Juga: Sipirit Awal Facebook
Boleh datang beruluk salam, sila datang sembari meracau, juga tak dilarang berkeluh-kesah. Toh, saya juga bisa menyambutnya dengan sumringah, bisa dengan amarah, bisa pula dengan diam sahaja. Tapi saya akan tetap gembira.
Kata seorang bijak, setiap orang sesungguhnya membawa kegembiraan. Ada yang menggembirakan bila ia datang, ada juga yang menggembirakan bila ia pergi.
Selamat pagi dunia maya....
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews