Kita sudah sampai di era teknologi yang memperkuat individu. Walau kita tak punya stasiun TV, walau tak punya penerbitan koran, tapi jika kita memiliki akun media sosial: Facebook, atau Instagram, Tik Tok, Twitter hingga YouTube, maka suara kita, gagasan kita, bisa menyebar melampaui batas-batas provinsi, bahkan melampaui batas-batas negara.
Ini yang dialami oleh seorang wanita bernama Nadia Murad di tahun 2016. Ia berasal dari etnik Yazidi, yang tinggal di seputar negara Syria, Irak, Iran Turki. Nadia ujungnya mendapatkan nobel perdamaian (Nobel Peace Prize) di tahun 2018.
Nadia diculik dan dijadikan budak seksual oleh ISIS. Ia ceritakan pengalamannya lewat buku, dan dilanjutkan banyak pihak melalui media sosial.
Akhirnya pengalamannya didengar oleh PBB. Kita pun terbelalak mata, mengetahui ternyata telah terjadi di sana peristiwa Genocide. Bahkan terjadi Ethnic Cleansing atas etnik (Etnoreligius) Yazidi oleh ISIS. Sebuah etnis dibasmi dan ditindas atas nama ideologi, agama, perang.
Kita melihat hebatnya buku dan media sosial di sini. Tapi bagaimana dengan Indonesia? Seberapa banyak di Indonesia yang memiliki akun media sosial?
Kita mulai dengan data. Ini survei LSI Denny JA, bulan Agustus 2023.
Di Indonesia, ternyata yang sudah memiliki akun Facebook itu sebanyak 49,3%, hampir separuh populasi Indonesia.
Yang menonton YouTube sudah di atas majoritas, di 57.3 %.
Yang memiliki akun Tik Tok 29,3%. Sebernarnya, angka pemain TikTok lebih banyak lagi. Data LSI hanya dari warga yang sudah memiliki hak pilih, di atas 17 tahun. Tapi penggemar tiktok juga banyak sekali menjangkau mereka yang dibawah 17 tahun.
Yang memiliki Instagram sebanyak 26%. Punya akun Twitter sebanyak 7%. Di luar medsos, mereka yang menggunakan di WA sebanyak 64,6%.
Sudah banyak sekali di Indonesia yang menggunakan media sosial!
Ini era individu perlu lebih aktif menyatakan dirinya, gagasannya, rasa keadilannya. Teknologi sudah sampai di tahap ini.
Terhidang sudah media sosial bagi kita untuk seluas-luasnya menyampaikan gagasan, untuk mencerahkan, untuk menyentuh hati publik luas.
Denny JA
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews