Tapi sesungguhnya, jangan pernah seenaknya memindahkan tulisan media sosial ke media cetak semacam koran atau majalah. Begitu juga sebaliknya.
Perempuan itu bergaun panjang dengan rambut sebahu yang mengibas malam. Ia berdiri kesepian dan diam di ujung peron, menanti lelaki yang takkan pernah datang ...
Ah, …. jangan menunggu kelanjutan kisahnya. Saya tak hendak bercerita tentang perempuan kesepian.
Saya ingin mengungkapkan: betapa bebas berselancar dengan kalimat di media sosial ini, nyaris tiada batas, dengan khayalan yang tak terangkum kata-kata di kamus-kamus bahasa. Celoteh, celotehlah sendiri. Murka, murkalah sendiri. Atau jika hendak menyindir, media sosial ini sungguh ruang yang lapang.
Tapi sesungguhnya, jangan pernah seenaknya memindahkan tulisan media sosial ke media cetak semacam koran atau majalah. Begitu juga sebaliknya. Tulisan ala media sosial ini bukan produk jurnalisme, ia tak mematuhi – kalau tidak disebut melanggar -- begitu banyak pakem-pakem penulisan ala wartawan.
Pagar api yang membatasi opini dan fakta, yang begitu dijunjung dalam penulisan di media massa, misalnya. Media sosial memberi kita ruang untuk memadukannya, menulis angka, nama, peristiwa, kutip sana-sini sembari memuji atau menghinakan – menelusupkan sebesar-besar pendapat dan perasaan pribadi di dalamnya.
Saya ingat satu nasehat klasik buat para penulis baru: “Jika Anda tak penting benar di dalamnya, jangan pernah masukkan dirimu dalam tulisan.”
Tapi di media sosial, sungguh nikmat menulis apa saja, sembari bersaya-saya dan mendaku-daku, seolah-olah kehadiran diri lebih penting dari siapa pun dalam cerita. Seperti saya, yang berpose di sebuah negeri, tapi bukan negeri itu sesungguhnya yang hendak saya tampilkan. Tapi "saya" …
Dan satu hal lagi pembedanya: menulis di media sosial itu tanpa gaji. Entah buat mereka yang mencari nafkah di situ.
Oya, ini status tiada arti. Anggap sebagai celometan. Namanya saja media sosial.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews